Kena Pecat, Mantan Karyawan Twitter Bikin Medsos Spill

Ilustrasi TikTok, foto: asharq.com

PARBOABOA - Dua mantan karyawan Twitter membuat platform media sosial baru yang bernama Spill. Platform ini didirikan oleh Alphonzo 'Phonz' Terrell dan DeVaris Brown.

Terrell sebelumnya menjabat sebagai Global Head of Social and Editorial Twitter selama tiga tahun. Ia termasuk salah satu dari ribuan karyawan Twitter yang di-PHK Elon Musk pada bulan lalu.

Sedangkan Brown merupakan Product Manager Lead di Twitter yang fokus menggarap machine learning. Tapi Brown meninggalkan Twitter pada tahun 2020 untuk mendirikan startup Meroxa.

Spill sekilas memiliki fungsi yang sama dengan Twitter, dimana sosial media ini dirancang sebagai platform berbincang yang mengedepankan budaya.

Layaknya Twitter, Spill juga memiliki fitur live news feeds yang dapat digunakan pengguna untuk mengunggah postingan.

Meski memiliki tampilan yang sama namun Spill diklaim lebih lengkap ketimbang Twitter, diantaranya dengan menyertakan fitur tea parties agar pengguna dapat menyelenggarakan acara online dan IRL, serta menyematkan bonus dalam aplikasi agar pengguna dapat meningkatkan postingan mereka.

Untuk segi desain pemasaran, Spill dibuat dengan menyasar demografik Gen Z, berbeda dengan Twitter yang menyasar semua kalangan.

Uniknya Spill dirancang dengan memanfaatkan kecanggihan jaringan blockchain sehingga aplikasi ini dapat memberikan sejumlah kompensasi kepada pengguna yang memiliki postingan populer.

"Dengan memanfaatkan blockchain kami akan memonetisasi Spill sehingga dapat  memberi kredit kepada kreator. Apabila mereka memiliki spill atau cuitan viral," jelas Terrell.

Dari gambaran yang diungkap, Spill tampaknya punya kesamaan yang cukup banyak dengan Twitter. Dikarenakan fitur dan kemampuan yang dimiliki Spill juga terdapat di Twitter.

Menurut beberapa pihak, kehadiran Spill bisa menjadi pesaing baru baru Twitter. Sebab, keduanya sama-sama memiliki misi untuk menciptakan atau mengembangkan komunitas yang beragam, dan sebagainya.

Kemunculan platform Spill dianggap dapat menjadi wadah yang lebih baik ketimbang Bluesky, aplikasi bikinan pendiri Twitter, Jack Dorsey.

BlueSky juga berfokus pada pengguna kulit hitam, tetapi sempat gagal memoderasi komentar yang mengancam pengguna wanita kulit hitam.

Untuk menghindari masalah serupa, Terrell akan memberi pengguna skor reputasi. Skor tersebut akan diberikan kepada pengguna yang memiliki perilaku baik.

Semakin tinggi skor yang dimiliki memungkinkan pengguna mengakses fitur baru atau benefit lainnya.

“Kami ingin memberi benefit kepada (pengguna yang) berperilaku baik, tidak toxic, dan benar-benar menghargai pengguna yang dapat konsisten, aktif, dan berkontribusi penuh pada komunitas, tanpa harus merasa memiliki jumlah followers yang besar,” tambah Terrell.

Namun, skor reputasi tersebut tidak akan ditampilkan di akun seseorang. Skor tersebut akan tersimpan dan dapat dilihat oleh internal perusahaan saja.

Pengguna hanya dapat melihat skornya sendiri, dan tidak dapat melihat skor orang lain atau sebaliknya.

Editor: Wanovy
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS