PARBOABOA, Jakarta – Jumlah korban tewas akibat gempa bermagnitudo 7,8 di Turki hingga Suriah pada Senin (6/2/2023) lalu bertambah menjadi 19 ribu jiwa per hari ini, Kamis (9/2/2023).
Dalam update terbarunya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melaporkan korban meninggal dunia di negaranya bertambah menjadi 16.170 jiwa.
Sementara itu, korban tewas di Suriah tercatat sebanyak 3.162 jiwa. Rinciannya, 1.900 di wilayah yang dikuasai pemberontak dan 1.262 di wilayah yang dikendalikan pemerintah, menurut media pemerintah negara itu.
Jumlah korban ini melampaui prediksi Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) yang memperkirakan 10 ribu orang meninggal dunia akibat bencana ini.
Angka korban meninggal akibat gempa Turki dan Suriah ini pun melebihi korban gempa di Izmit Turki pada 17 Agustus 1999 silam. Kala itu, lebih dari 17.000 orang tewas dan 50 ribu lainnya luka-luka.
Jumlah korban jiwa yang terus bertambah dinilai akibat kesalahan tim penyelamat. Banyak warga terutama keluarga korban gempa menilai pihak berwenang tak gesit dalam melakukan proses evakuasi dan penyelamatan. Tim dilaporkan tak hadir di lokasi dalam 12 jam pertama usai bencana. Mereka baru tiba pada Senin malam.
Sementara itu, pihak berwenang memang mengaku kesulitan melakukan proses penyelamatan dan evakuasi ke lokasi gempa lantaran banyak akses terputus dan luasnya daerah yang terdampak.
Selain itu, cuaca dingin ekstrem hingga badai salju turut mempersulit proses penyelamatan. Dalam beberapa pekan terakhir, badai salju memang melanda beberapa wilayah di Turki, termasuk di area terdampak gempa.
Gempa mematikan di Turki ini bukan kali pertama. Pada 1939, gempa berkekuatan magnitudo 7,8 pernah mengguncang Erzincan timur dan menewaskan lebih dari 30 ribu orang.
Kemudian pada Agustus 1999, gempa bermagnitudo 7,6 melanda Izmit. Akibat bencana ini, lebih dari 17 ribu orang tewas. Turki memang berada di salah satu zona gempa paling aktif di dunia. Oleh sebab itu, negara ini kerap diguncang gempa.