PARBOABOA, Jakarta - Korea Utara (Korut) telah mengambil langkah signifikan dalam mengembangkan kemampuan angkatan lautnya dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
Ini mencakup pengembangan berbagai senjata bawah air termasuk senjata nuklir, kapal perang, dan kapal selam nuklir taktis.
Pemimpin Korut, Kim Jong-un, tampaknya mengakui pentingnya memperkuat angkatan lautnya yang selama ini lebih dikenal akan kekuatan angkatan daratnya.
Hal ini tercermin dalam upaya pengembangan program rudal balistik yang terus dikejar oleh pemerintah Korut.
Kim Jong-un bahkan menekankan bahwa angkatan laut akan memainkan peran penting dalam menjaga keamanan negara dari ancaman serangan nuklir.
Langkah-langkah Kim dalam memperkuat angkatan laut telah mendapatkan dukungan dari para petinggi militer serta meningkatkan kebanggaan di kalangan rakyat Korut.
Namun, sebelum kita mengevaluasi kekuatan angkatan laut Korut saat ini, mari kita tinjau data dari Buku Putih Pertahanan militer Korea Selatan tahun 2022.
Menurut data tersebut, Angkatan Laut Tentara Rakyat Korea atau The Korean People's Army Naval Force (KPANF) saat ini memiliki 470 kapal permukaan, termasuk kapal berpeluru kendali, kapal torpedo, kapal patroli kecil, dan kapal pendukung tembakan.
Selain itu, Korut juga memiliki 70 kapal selam, termasuk kapal selam kelas Romeo desain era Soviet, dan kapal selam super mini.
Selanjutnya, mereka juga memiliki 40 kapal pendukung dan 250 kapal pendarat.
Struktur Angkatan Laut dibagi menjadi dua komando armada yang mencakup pantai timur dan barat Korut, dengan sekitar 60 persen pasukan ditempatkan di selatan Pyongyang.
Buku Putih tersebut juga menyatakan keyakinan bahwa Angkatan Laut Korut memiliki kapasitas untuk melakukan serangan mendadak kapan saja.
Namun, kapasitas operasional lautnya masih terbatas karena kekuatannya terutama terletak pada kapal-kapal kecil berkecepatan tinggi.
Meski demikian, Korut terus menguji senjata serang bawah air tanpa awak yang memiliki kemampuan nuklir.
Sebagai contoh, pada Maret dan April, Korut menguji sistem drone bawah air baru yang disebut "Haeil".
Sistem senjata ini yang memiliki kemampuan menyerang perairan musuh secara diam-diam dan menghancurkan kelompok penyerang angkatan laut serta pelabuhan operasional utama dengan ledakan bawah air.
Konsep yang diusung mirip dengan torpedo nuklir Poseidon milik Rusia, senjata yang dimaksudkan untuk menciptakan ledakan radioaktif yang merusak di wilayah pesisir.
Walaupun memiliki potensi, laporan oleh 38 North yang berbasis di Washington mengatakan, uji coba ini menunjukkan kecepatan senjata tersebut relatif lambat dan jangkauannya terbatas.
Akibatnya, serangan tidak seakurat dan seefisien rudal balistik dan rudal jelajah bersenjata nuklir milik Korut.
Lalu pada Agustus, Kim Jong-un juga memeriksa kapal korvet kelas Amnok baru yang diklaim dapat menembakkan rudal jelajah bersenjata nuklir.
Meskipun demikian, beberapa analis militer menyebutkan bahwa sebagian besar senjata dan sensor pada kapal tersebut sudah tertinggal jauh dibandingkan dengan rancangan kapal milik negara-negara barat dan Asia lainnya.
Terbaru, pada akhir pekan lalu, Korut meluncurkan kapal selam nuklir taktis operasional pertamanya, yaitu kapal selam "Hero Kim Kun Ok."
Kapal selam ini merupakan modifikasi dari armada bawah laut kelas Romeo era Soviet.
Korut mendapatkannya dari China pada tahun 1970-an dan mulai memproduksinya di dalam negeri.
Kapal selam ini memiliki desain yang memungkinkannya dilengkapi dengan 10 lubang tabung peluncuran, yang dapat digunakan untuk membawa rudal balistik dan rudal jelajah.
Korut dengan tekad untuk memperkuat angkatan laut telah melakukan sejumlah langkah maju dalam mengembangkan kemampuan bawah airnya.
Meskipun masih ada sejumlah keterbatasan dan tantangan yang harus dihadapi, Korut terus berusaha mengukuhkan posisinya dalam bidang pertahanan laut.
Editor: Umaya khusniah