Peran Kurikulum Merdeka dalam Pembentukan Karakter Siswa di Pematang Siantar

Kurikulum Merdeka menawarkan beragam pembelajaran intrakurikuler yang memungkinkan siswa untuk mendalami konsep dan memperkuat kompetensi mereka dengan lebih optimal. (Foto: Parboaboa/Kristianni Halawa)

PARBOABOA, Pematang Siantar - Kurikulum Merdeka, sebuah inovasi pendidikan yang diperkenalkan oleh pemerintah, telah diterapkan di Kota Pematang Siantar, Sumatra Utara.

Program tersebut, telah memberikan dampak positif dalam pembentukan karakter siswa di berbagai sekolah di kota ini.

Kurikulum Merdeka merupakan pendekatan pendidikan yang memberikan lebih banyak kebebasan kepada sekolah dan guru dalam menentukan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lokal dan karakteristik siswa. 

Hal ini telah memberikan ruang yang lebih besar bagi sekolah di Pematang Siantar untuk mengadaptasi kurikulum sesuai dengan nilai-nilai dan budaya lokal.

Selain itu, Kurikulum Merdeka menawarkan beragam pembelajaran intrakurikuler yang memungkinkan siswa untuk mendalami konsep dan memperkuat kompetensi mereka dengan lebih optimal.

Gempar Purba, guru di sekolah Bintang Timur, membagikan pemahaman tentang inovasi pendidikan yang tujuannya untuk mengembangkan karakter.

Purba mengungkapkan bahwa Ia merupakan orang yang mengusulkan ide dan pengembangan program "Bina Mental".

“Dengan melibatkan beberapa guru, saya melatih mereka agar program ini mencapai tahap pelaksanaan hingga saat ini”,  ungkapnya.

Purba menjelaskan bahwa program ini difokuskan pada pendekatan berbasis game yang memungkinkan siswa untuk belajar bekerja sama dan meningkatkan kekompakan.

"Kami percaya bahwa pembentukan karakter tidak hanya bisa dicapai melalui materi saja. Kami ingin menciptakan pengalaman belajar yang menarik dan bermakna bagi siswa kami dengan permainan yang dirancang khusus, seperti outbound," katanya.

Dari game-game itu, Purba berharap karakter siswa terbentuk secara alami, tanpa tekanan atau kebosanan yang sering terjadi dalam metode konvensional.

“SMA Bintang Timur memahami bahwa sekolah tidak hanya tentang pengetahuan akademis, tetapi juga pembentukan karakter yang kuat”, ungkapnya.

Purba juga menekankan bahwa proses pembentukan karakter tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga di luar sekolah.

Menurutnya, karakter siswa harus terbentuk melalui pengalaman nyata dalam masyarakat, sebagai langkah untuk memastikan bahwa siswa benar-benar siap untuk masa depan mereka dan dapat berkontribusi positif dalam masyarakat.

Hal senada juga diungkapkan Kepala Sekolah SMP Taman Siswa, Juli Wardani.

Menurutnya, Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) itu terinspirasi oleh sistem pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Juli menjelaskan bahwa pendidikan menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara, bukan hanya alat untuk melakukan mobilisasi politik, tetapi juga cara untuk mensejahterakan umat.

“Pembentukan karakter dari kurikulum Merdeka itu telah lama menjadi metode di Taman Siswa dalam membimbing siswa-siswa”, kata Juli.

Ia mengatakan bahwa pendidikan karakter dalam kurikulum Merdeka mencakup nilai-nilai karakter yang sejalan dengan profil ideal taman siswa.

Nilai-nilai karakter tersebut, tambah Juli, seperti keyakinan moral yang luhur, kemampuan beradaptasi dan semangat gotong-royong.

Ia menjelaskan bahwa untuk membangun karakter siswa itu salah satu aspek penting yang ditekankan Taman Siswa adalah sistem pendekatan secara kekeluargaan, yang menciptakan ikatan emosional antara guru, siswa bahkan alumni.

Kemudian, menurut Pengamat Pendidikan, Ari S. Widodo Poespodihardjo, kurikulum merdeka berperan sebagai panduan utama untuk mencapai tujuan pendidikan.

“Meskipun terdapat panduan pelaksanaan, sekolah memberikan kebebasan kepada siswa dalam pengisian ruang studi mereka”, katanya pada PARBOABOA, Jumat (3/11/2023).

Meski begitu, lanjut Ari, pemahaman terhadap karakter siswa menjadi hal yang kompleks. Sehingga, sekolah di Pematang Siantar juga perlu menerapkan pembentukan karakter di luar kurikulum Merdeka dalam membangun karakter siswa.

Editor: Wenti Ayu
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS