PARBOABOA, Jakarta – Pihak Istana Buckingham hingga kini masih bungkam terkait penyebab meninggalnya pemimpin Inggris, Ratu Elizabeth II. Hal itu membuat para ahli berlomba lomba memberikan sejumlah dugaan kemungkinan, mulai dari sindrom geriatri hingga stroke.
Seperti yang kita ketahui, Kerajaan Inggris menyebut bahwa sang Ratu 'meninggal dunia dengan tenang' pada Kamis sore di Kastil Balmoral, Skotlandia. Namun, tak dijelaskan kondisi apa yang menyebabkan kematian Ratu Elizabeth II.
Menurut para dokter, kematian Ratu kemungkinan akan menjadi 'kasus khas' pada indeks kasus keringkihan National Health Service (NHS) Inggris.
Skala ini digunakan untuk melacak dan memantau gejala seperti peningkatan gangguan mobilitas, jatuh, dan penurunan berat badan pada orang berusia 65 tahun ke atas yang mungkin hidup dengan berbagai tingkat kelemahan.
"Bagaimana tubuh kita secara bertahap kehilangan cadangan bawaannya, membuat kita rentan terhadap perubahan kesehatan yang dramatis dan tiba-tiba yang dipicu oleh peristiwa yang tampaknya kecil seperti infeksi kecil atau perubahan dalam pengobatan atau lingkungan," terang pihak NHS, dilansir dari News.
Mengacu pada tes Prisma-7, Ratu telah memenuhi lima dari tujuh kriteria yang mengklasifikasikannya ke dalam kondisi lemah. Kriteria tersebut berupa usia di atas 85 tahun, memiliki masalah kesehatan berkelanjutan, membutuhkan bantuan rutin, telah dipaksa untuk membatalkan kegiatan, dan menggunakan tongkat.
Diduga meninggal dunia karena sindrom geriatri
Tak hanya itu, pakar kedokteran juga mengatakan bahwa terdapat kemungkinan Ratu Elizabeth II meninggal dunia karena sindrom geriatri. Pada sindrom tersebut, terjadi campuran gejala, bukan hanya satu penyakit tertentu, sebagai penyebab kematian.
Dokter Ginni Mansberg dalam wawancara Weekend Sunrise mengatakan, terdapat juga kemungkinan Sang Ratu meninggal dunia karena stroke dan serangan jantung. Pasalnya, kedua penyakit tersebut juga menjadi pembunuh terbesar pada wanita, setelah demensia. Terlebih, ia menyoroti kondisi ratu yang harus mengurangi tugas pekerjaannya selama setahun terakhir.
"Dia (Ratu Elizabeth II) kehilangan berat badan, dia berjalan dengan tongkat," kata dr Ginni Mansberg.
"Seiring bertambahnya usia, Anda semakin lemah, Anda tidak memiliki kekuatan otot yang banyak, Anda tidak memiliki banyak energi. Melakukan berbagai tugas yang harus dia lakukan akan melelahkan," lanjutnya.
Sebelumnya, Ratu Elizabeth II telah menghembuskan nafas terakhirnya di usia 96 tahun pada Kamis (8/9) sore. Rencananya, jenazah Ratu Elizabeth II bakal dimakamkan pada 19 September 2022 di Kapel St George yang berada di Kastil Windsor, timur London.
Editor: -