PARBOABOA, Jakarta - Pertempuran sengit Militer Israel dan kelompok militan Hamas terus melanda wilayah Gaza.
Saat banyak pihak berharap agar deeskalasi segera terwujud, perang yang mematikan ini justru masih berlanjut setelah serangan pertama pada Sabtu (7/10/2023) lalu.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, tak memberi isyarat keinginan untuk meredakan ketegangan.
Sebaliknya, dia menyatakan militer Israel akan meningkatkan serangannya dengan meluncurkan serangan darat.
Sebelumnya, militer Israel terus melancarkan serangan udara sebagai respon untuk militan Hamas.
Sejak Selasa (10/10/2023) malam hingga Rabu (11/10/2023) pagi, serangan udara terus menghantam wilayah Gaza.
Israel melakukan serangan mematikan di Ashkelon, yang menewaskan tiga militan Palestina.
Tidak hanya itu, serangan tersebut memicu kebakaran di kawasan industri dekat terminal minyak yang berjarak sekitar 10 km dari Jalur Gaza.
Pesawat tempur Israel juga menyerang lebih dari 70 sasaran pada Selasa malam di Daraj Tuffah, sebuah distrik di Kota Gaza yang digunakan oleh kelompok militan Hamas untuk mengarahkan serangan mereka.
Korban Tewas Perang Israel-Palestina
Eskalasi konflik Israel-Hamas menunjukkan dampak kemanusiaan yang mengerikan.
Kedutaan Besar Israel di Washington melaporkan, lebih dari 1.000 nyawa telah melayang akibat perang Israel-Hamas sejak akhir pekan lalu.
Lembaga penyiaran publik, Kan, bahkan mencatat angka kematian yang lebih tinggi, mencapai 1.200 orang.
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan serangan udara telah menewaskan sedikitnya 900 orang, sementara 4.600 orang lainnya terluka.
Namun, di balik angka-angka ini terdapat cerita-cerita tragis tentang warga sipil yang menjadi korban.
Mereka ditembak mati di rumah-rumah, di jalanan dan bahkan di pesta dansa di luar ruangan.
Sementara di sisi lain, pejabat Hamas melaporkan dua anggota senior kantor politik Hamas, Jawad Abu Shammala dan Zakaria Abu Maamar, tewas dalam serangan udara di Khan Younis.
Keduanya merupakan korban pertama dari tingkat kepemimpinan Hamas sejak konflik ini meletus.
Israel bahkan menyebut Abu Shammala telah memimpin sejumlah operasi yang menargetkan warga sipil Israel sebelumnya.
Selain itu, serangan terhadap sebuah rumah di lingkungan Sabra di Kota Gaza juga menewaskan lima orang tak berdosa.
Serangan Udara ke Israel Picu Perang Meluas
Konflik ini tidak hanya terbatas pada Israel dan Hamas di Gaza.
Di perbatasan utara Israel, serangkaian roket melesat dari arah Lebanon selatan menuju Israel.
Merasa terancam, Israel segera merespons serangan tersebut dengan serangan balasan.
Selain itu, lebih banyak peluru yang diluncurkan dari wilayah Suriah, mendarat di area terbuka di Israel.
Evakuasi WNI
Sebanyak 15 Warga Negara Indonesia (WNI) terjebak di tengah pertempuran sengit di Jalur Gaza Palestina, dengan akses yang terbatas untuk keluar.
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI), Jusuf Kalla (JK), bersama Palang Merah Internasional (ICRC) dan Bulan Sabit Merah Internasional (IFRC) berupaya mengevakuasi para WNI dan warga negara asing lain yang terjebak.
Sayangnya, akses bagi badan-badan kemanusiaan sangat terbatas sehingga menyulitakan proses penyelamatan.
Upaya penyelamatan juga makin rumit dengan Israel yang mengumumkan rencana untuk melakukan blokade total terhadap wilayah tersebut.
Artinya, akan ada pemadaman listrik, pemotongan pasokan air, makanan, obat-obatan, dan logistik yang vital.
Jelas hal ini akan berdampak pada kehidupan 2,5 juta warga Gaza.
JK juga meminta seluruh bangsa Indonesia untuk berdiri bersama rakyat Gaza termasuk bersama-sama berdoa sebagai bentuk solidaritas.
Editor: Umaya khusniah