PARBOABOA, Bekasi – Ada perbedaan pendapat antara temuan pihak Kepolisian Resor (Polres) Metro Bekasi Kota dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) soal kecelakaan maut yang terjadi di Bekasi.
Kecelakaan maut yang melibatkan truk tronton dan merenggut 10 nyawa, 7 diantaranya adalah siswa siswi dari SDN Kota Baru II dan III. Meskipun adanya perbedaan temuan diantara kedua lembaga tersebut, kesimpulan dari keduanya hampir sama, yaitu akibat kelalaian sopir.
Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan mengungkapkan hasil dari pengakuan sopir, bahwa pada saat itu sopir tidak mengantuk hanya saja kebingungan karena salah jalan dan ingin berputar.
“Pengakuan pengemudi tidak mengantuk, dia hanya bingung sehingga menurun kewaspadaan karena salah jalan,” kata Ahmad Wildan.
“Dia mengalami distraction, artinya mengalami kebingungan, pengemudi salah jalan, rencana mau ke Surabaya dari Narogong seharusnya masuk ke Tol Bekasi Barat malah masuk ke Kranji,” imbuhnya.
Namun, menurut Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Metro Bekasi Kota Kombes Pol Hengki menyebutkan bahwa akibatnya adalah kelalaian sang sopir.
“Saya sampaikan akibatnya lalai. Lalai kan banyak, ngantuk, dia sedang menengok ke mana, dan lain-lain,” kata Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Metro Bekasi Kota Kombes Pol Hengki, Jumat (2/9) di Bekasi, dikutip dari Kompas.id.
Menurut Hengki, pengemudi truk berinisial AS (30) tidak salah jalan dan tidak salah dalam mengoper persneling.
“Tidak mungkin, itu jalan lurus, masa mau mutar. Kan, saya tidak pernah menyampaikan salah jalan atau apa. Yang pasti karena lalai,” ujar Hengki.
“Yang menyampaikan salah jalan, kita yang memeriksa. Dia (sopir) di Jalan Agung tiba-tiba nabrak orang, anak-anak sekolah yang sedang jajan, maupun masyarakat lain yang ada di trotoar. (Salah oper gigi) silakan tanya KNKT, silakan kutip dari KNTK kalau gitu. Jangan dari saya,” tambahnya.
Investigasi KNKT truk trailer salah jalan sudah di bantah oleh Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Metro Bekasi Kota Kombes Pol Hengki.