Pernah Menjadi Tahanan Politik, Sejumlah Tokoh Nasional Mengalaminya

Ilustrasi penjara

PARBOABOA, Jakarta – Di era sebelum kemerdekaan hingga pasca- kemerdekaan, beberapa tokoh nasional pernah mengalami menjadi tahanan politik. Kegiatan politik yang dilakukan sebagian tokoh nasional pun kerap berujung pada penahanan dan pengasingan hingga waktu yang cukup lama.

Mendekam dan diasingkan dengan waktu yang lama juga membuat beberapa tokoh nasional tak bisa menghirup udara bebas dan menghambat aktivitas politik mereka.

Bahkan, ada juga yang sampai mengembuskan nafas terakhirnya sebelum sempat bebas dari tahanan.

Adapun tokoh-tokoh nasional yang pernah menjadi tahanan, yakni:

 1. Sutan Sjahrir

Pria kelahiran Padang Panjang, 5 Maret 1909 ini, merupakan salah satu tokoh nasional Indonesia yang di kenal hingga saat ini. Merasakan penjara dan pengasingan sering dirasakan tokoh nasional yang satu ini. Pada 1934 sampai 1942 Sjahrir hidup dari pengasingan ke pengasingan rezim Kolonial muali dari Boven Digul, Banda Neira, dan Sukabumi.

Kegiatan politik Sjahrir di PNI Baru bersama hatta menjadi alasan mengapa tokoh nasional yang satu ini kerap diasingkan. Beliau kemudian di bebaskan ketika Jepang masuk ke Indonesia.

Sjahrir di masa karirnya berpolitik, pernah di tunjuk menjadi Perdana Menteri pada November 1945 dan pada masa penjajahan Belanda, Sjahrir juga pernah menjabat sebagai ketua delegasi Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Desember 1949.

2. Mohammad Hatta  

Masyarakat Indonesia pasti sangat mengenal tokoh nasional yang satu ini. Mohammad Hatta Wakil Presiden pertama Indonesia ini juga kerap menjadi tahan dan sering diasingkan kerena aktivitas politik yang dilakukannya sejak masih mengenyam pendidikan kuliah di Handels Hooge rotterdam, Belanda.

Bung hatta menjadi ketua perhimpunan Indonesia sejak 1926-1930. Beliau sempat diasingkan di penjara Den Haag pada November 1927 dan di bebaskan Maret 1928 akibat dari beberapa aktivitas politik yang dilakukannya. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 juga terinspirasi dari aktivitas politik yang dilakukan oleh Bung Hatta.

Pada tahun 1932, Hatta mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia setelah kepulangannya ke Indonesia. Hal tersebut berakibat di tahannya Bung Hatta di penjara Glodok dan penjara Gang Tengah (Rutan Salemba), Batavia. Ia juga di buang ke Boven Digoel di Papua pada awal 1935 dan pada 1936-1942, ia di pindahkan ke Sukabumi dan Banda Neira.

3. Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien merupakan tokoh nasional perempuan Indonesia yang berasal dari Aceh. Cut Nyak Dien dibesarkan ketikah konflik antara Belanda dengan Kerajaan Aceh memanas.

Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, suami pertamanya gugur dalam pertempuran Gle Tarum 1878. Pada tahun 1880 ia menikah lagi dengan Teuku Umar dan suami keduanya juga gugur dalam pertempuran di Meulaboh pada 1899.

Akhirnya, Cut Nyak Dien melanjutkan perjuangan sendiri dengan bergerilya. Ia menjadi buronan Belanda selama 6 tahun. Belanda berhasil menangkap cut Nyak Dien setelah orang kepercayaannya yaitu Panglima Perang Pang Laot Melaporkan Ke Belanda letak keberadaan Cut Nyak Dien. Hal itu dilakukan Pang Laot karena melihat kondisi Cut Nyak Dien yang semakin Tua dan sakit-sakitan.

Cut Nyak Dien lalu diasingkan Belanda jauh dari Aceh yakni di Sumedang, jawa Barat hingga tutup usia.

4. Tan Malaka

Tokoh kelahiran Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1987 adalah Tan Malaka yang memiliki nama asli Ibrahim. Setelah menyelesaikan masa studinya di Belanda, beliau kembali ke Indonesia dan menjadi salah satu penentang Kolonial Belanda. Akibatnya, ia dituduh terlibat dalam berbagai aksi buruh dan diasingkan ke Belanda pada 1922.

Pada tahun 1942 ia kembali ke Indonesia setelah 20 tahun di asingkan bersamaan dengan penjajahan Jepang di Indonesia. Saat penjajahan Jepang hingga sebelum kemerdekaan, iya harus mengungsi karena Belanda masih terus mengincar dirinya.

Tan Malaka kembali lagi ke Indonesia setelah Indonesia merdeka. Pada tahun 1948 iamembentuk suatu partai dan menjadi Ketua Partai Murba (Partai Proletar) yang bertujuan mengorganisasi kelas pekerja oposisi terhadap Pemerintahan Sukarno.

5. Tuanku Imam Bonjol

Imam Bonjol adalah pemimpin gerakan dakwah di Sumatera dan salah satu tokoh yang paling menentang penjajahan Belanda. Imam Bonjol pada saat itu terlibat dalam perang Paderi dimana perang saudara yang terjadi antara Kaum Ulama dengan Kaum Adat.

kemudian, kaum adat meminta bantuan kepada Belanda untuk menangkap Imam Bonjol.

Alhasil, Imam Bonjol tertangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Lalu, ia di pindahkan lagi ke Ambon dan terakhir Lotak, Minahasa Sulawesi Utara dan menghembuskan nafas terakhirnya di sana.

6. Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro adalah putra dari Raja ketiga Kesultanan Yogyakarta yaitu Sultan Hamengkubuwono III. Awal mula Pangeran Diponegoro diasingkan karena ia menentang pemerintahan Kolonial Belanda yang terjadi karena Belanda mematok tanah milik Diponegoro.

Akan tetapi Belanda harus merugi akibat tindakan yang mereka lakukan sendiri. Sebab, Diponegoro yang menentang Belanda mendapat dukungan dari rakyat yang kemudian melakukan perlawanan hingga belasan ribu pasukan Belanda tewas serta kerugian materi yang mencapai US 2,2 Milliar saat ini.

Pangeran Diponegoro akhirnya tertangkap setelah di perdaya dalam perundingan dengan Letnan Jenderal Hendrik Merkus De Kock pada 28 Maret 1830 di Magelang.

Itulah beberapa tokoh nasional Indonesia yang pernah mengalami menjadi tahanan politik, di penjara hingga diasingkan.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS