PARBOABOA, Pematangsiantar - Perusahaan pesawat Airbus disebut berhasil melakukan uji coba penerbangan dengan menggunakan bahan bakar dari minyak goreng.
Dikutip dari CNN, Rabu (6/4/2022), pesawat jumbo Airbus A380 sukses melakukan penerbangan selama tiga jam dari Bandara Blagnac di Toulouse, yang merupakan markas besar Airbus di Prancis pada 25 Maret lalu.
Dalam uji coba tersebut, pesawat bermesin Rolls-Royce Trent 900 ini didukung oleh Bahan Bakar Penerbangan Terbarukan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang sebagian besar terbuat dari minyak goreng bekas dan lemak buangan.
Airbus kemudian melanjutkan uji coba kedua dengan pesawat dan bahan bakar minyak goreng yang sama pada 29 Maret.
Pesawat terbang raksasa itu menjelajah dari Kota Toulouse menuju Nice. Penerbangan kedua digunakan untuk memantau penggunaan SAF saat lepas landas dan mendarat.
Bahan bakar tersebut dipasok oleh TotalEnergies, perusahaan yang berbasis di wilayah Normandia Prancis.
SAF terbuat dari Hydroprocessed Ester dan Asam Lemak (HEFA) yang bebas dari aromatik dan belerang.
Airbus sudah menguji penerbangan bertenaga SAF selama setahun terakhir. Sebelumnya ada pesawat A350 yang diuji pada Maret 2021 dan pesawat lorong tunggal A319neo yang terbang dengan bahan bakar minyak goreng pada Oktober 2021.
Airbus berharap mendapatkan sertifikasi terbang untuk pesawat dengan SAF pada akhir dekade ini.
Sekarang, pesawat Airbus dapat ditenagai hingga 50 persen SAF dan dicampur dengan minyak tanah tradisional.
"Meningkatkan penggunaan SAF tetap menjadi jalur utama mencapai ambisi industri nol emisi karbon bersih pada tahun 2050," demikian keterangan Airbus seperti dikutio CNN pekan lalu.
Menurut klaim Airbus, pesawat terbang dengan SAF dapat menjaring antara 53 persen hingga 71 persen pengurangan karbon yang diperlukan untuk memenuhi tujuan itu.
Airbus berencana menghasilkan pesawat tanpa emisi pertama di dunia ke pasar pada tahun 2035.
SAF, yang mengeklaim netralitas karbon karena CO2 yang diserap saat bahan organiknya ditanam, sudah digunakan dalam jumlah terbatas oleh beberapa maskapai penerbangan.
Akan tetapi, harganya masih tinggi sehingga penggunaan secara meluas belum bisa diharapkan dalam waktu dekat.
Sebagai pesawat penumpang terbesar di dunia, kiprah A380 menurun dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian dengan alasan kurang hemat bahan bakar daripada pesawat jarak jauh yang lebih modern.
Airbus mengirimkan A380 terakhirnya ke maskapai Dubai, Emirates, pada akhir 2021.
Baru-baru ini, Airbus mengumumkan bahwa pesawat raksasa itu akan dioperasikan untuk menguji mesin bertenaga hidrogen eksperimental, inovasi lain yang bertujuan membuat penerbangan tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan.