Pojok Baca Dorong Peningkatan Literasi di Simalungun

Para siswa kelas IV saat mengikuti pembelajaran di SDN 094136 di Sait Buntu, Pematang Sidamanik, Simalungun (Foto : Jeff/Parboaboa)

PARBOABOA, Simalungun – Kecemasan orang tua terhadap menurunnya minat baca anak-anak mereka sangat beralasan.

Bagaimana tidak, anak-anak zaman sekarang lebih tertarik menghabiskan banyak waktu untuk bermain gadget daripada membaca.

Hal ini dirasakan Nurul (45), yang sangat khawatir dengan kemajuan teknologi yang mempengaruhi menurunnya minat baca anak-anaknya.

Ibu rumah tangga asal Kecamatan Pematang Sidamanik ini mengungkapkan, anaknya yang masih duduk di bangku SD seringkali menghabiskan banyak waktu untuk bermain ponsel dan menonton acara anak-anak di YouTube.

“Ya begitu sampai di rumah dari sekolah langsung main HP. Terkadang juga harus selalu diingatkan setiap malam mengerjakan PR baru dikerjakan,” katanya kepada Parboaboa, Jumat (02/08/2024).

Nurul menjelaskan, kegiatan membaca buku yang dahulu dianggap rutin kini mulai tergerus oleh kemajuan teknologi.

Padahal, kata Nurul, membaca buku memiliki nilai yang sangat penting dalam perkembangan intelektual dan imajinatif anak-anak.

Sebaliknya, jika minat baca sudah hilang pasti akan berdampak buruk bagi perkembangan keterampilan literasi dan kemampuan pemahaman anak-anak.

“Saya rencananya akan menetapkan waktu khusus untuk membaca bersama anak,” jelasnya.

Selain itu, ia juga berusaha mencarikan buku yang sesuai dengan minat anak-anaknya untuk mengusir kejenuhan.

Ia pun berharap anak-anaknya dapat menemukan kembali kegembiraan dan manfaat membaca, sekaligus memanfaatkan teknologi secara bijak.

Senada itu, Ester Fransiska Sitohang, Kepala Sekolah SDN 091434 di Sait Buntu, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, mengungkapkan dirinya juga memiliki kekhawatiran yang sama.

Namun, jelasnya, sekolahnya terus mendorong budaya membaca di kalangan siswa melalui pojok baca.

"Pojok baca ini kami sarankan dan himbau kepada guru untuk mengawasi agar anak-anak dapat memulai membaca sebelum pelajaran dimulai," ujarnya kepada Parboaboa, Kamis (01/08/2024).

Setiap kelas, jelasnya, “kecuali kelas 1 yang masih dalam masa pengenalan, memiliki pojok baca yang buku-bukunya diganti setiap minggu oleh guru kelas,” tambahnya.

Menurut Ester, buku dari pojok baca sering dibawa pulang oleh siswa untuk dibaca di rumah.

Sekolah juga, jelasnya, menganjurkan penggunaan internet untuk belajar, walaupun para siswa didorong untuk mengutamakan pencarian informasi melalui buku.

Ia mengakui, pihaknya mendukung penggunaan internet sebagai media pembelajaran tambahan.

Walau demikian, sambungnya, para siswa tidak diizinkan membawa HP ke sekolah.

Diketahui, sejak pojok baca dimulai pada tahun 2016, program ini membantu guru dalam mengarahkan murid untuk membangun budaya baca.

Ester merincikan, buku bergambar menjadi favorit siswa kelas 1-3, sedangkan minat baca siswa kelas 4-6 sudah mulai beralih ke materi yang diajarkan di kelas.

Selain itu, menurutnya, pihak pemerintah Kabupaten Simalungun turut mendukung usaha peningkatan literasi para muridnya.

Seperti kunjungan perpustakaan keliling (Bus Pintar). Bagi dia, program ini dapat memberi kesempatan siswa untuk mengeksplorasi buku yang tidak ada di perpustakaan sekolah.

Lebih lanjut ia menjelaskan, terakhir kali perpustakaan keliling tersebut berkunjung pada pertengahan tahun 2023.

“Anak-anak itu sangat senang dan gembira ketika bus pintar itu tiba di sini. Jadi setiap datang kami memberikan siswa kebebasan untuk mengeksplor buku yang ada di bus pintar tadi,” ungkapnya.

Sekolah ini juga mendorong literasi melalui jadwal yang ditetapkan oleh guru. Setiap Sabtu, jelasnya, siswa diwajibkan mengunjungi perpustakaan selama satu jam, dan pada waktu istirahat, mereka sering datang untuk membaca.

Ia menjelaskan, buku yang disediakan bervariasi dari bidang pendidikan, dongeng, bahasa, kebudayaan, hingga atlas dan pahlawan.

"Di pojok baca, buku dibagikan sebelum belajar dimulai, dan siswa menulis apa yang mereka baca untuk membantu mengingat dan memahami," tambah Ester.

Ester juga selalu memberikan himbauan dalam setiap pertemuan dengan orang tua murid untuk mengawasi anak mereka di rumah.

Menurutnya, waktu anak-anak lebih banyak di rumah daripada di sekolah.

Dia berharap agar orang tua mengurangi izin penggunaan HP kepada anak, supaya anak-anak bisa mandiri dalam menjawab tugas atau pekerjaan rumah.

Para guru juga menyadari, perkembangan teknologi yang pesat dapat menggantikan kebiasaan membaca buku.

Karena itu, pihaknya lebih merekomendasikan dan mengutamakan membaca buku bagi siswa daripada menggunakan google.

Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Simalungun, Frans N. E. Togatorop juga, melihat pergeseran kebiasaan membaca buku terjadi karena perkembangan teknologi yang pesat.

Hal ini, bagi dia, menjadi ancaman besar jika tidak ditindaklanjuti secara bijak.

Dia menegaskan, pojok baca merupakan upaya strategis untuk meningkatkan literasi bangsa.

Selain di sekolah, jelasnya, pojok baca juga harus hadir di seluruh balai desa “agar masyarakat yang datang ke balai desa bisa membaca buku,” ujarnya kepada Parboaboa, Rabu (24/07/2024).

Walaupun jumlah pojok baca di desa belum terdata secara keseluruhan, upaya ini terus didorong sehingga penyebarannya bisa merata di semua desa.

Tercatat, sejak tahun 2024, sebanyak 27 taman baca atau perpustakaan desa mendapatkan bantuan dari pusat berupa 1.000 buku dan rak buku.

Ia mengatakan, inisiatif ini merupakan bagian dari program untuk memperkuat literasi di tingkat desa.

Ia menambahkan, program mobil pintar (perpustakaan keliling) juga menjadi salah satu cara utama untuk mendekatkan perpustakaan kepada masyarakat, terutama siswa SD dan SMP.

“Dengan segala keterbatasan, kami tetap berusaha menjangkau daerah-daerah terpencil, meskipun akses jalan yang rusak menjadi tantangan tersendiri,” jelas Frans.

Ia menilai, antusiasme siswa SD sangat besar terhadap kunjungan mobil pintar ini.

Selain pojok baca di sekolah, saat ini, Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Simalungun, juga menginisiasi lahirnya Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB).

GPMB, yang diketuai oleh Ibu Bupati, bertujuan memperluas jangkauan literasi hingga tingkat kecamatan dan melibatkan ibu-ibu pangulu.

"GPMB ini berfokus pada pendidikan literasi nonformal di keluarga, karena pendidikan dan kebiasaan membaca sebaiknya dimulai dari usia dini di rumah," jelas Frans.

Ia mengaku, dengan segala keterbatasan, pihaknya terus berupaya meningkatkan literasi masyarakat melalui pojok baca di sekolah dan desa, serta berbagai inisiatif lainnya.

"Kami yakin upaya ini akan memberikan dampak positif bagi literasi masyarakat di Simalungun," tutup Frans.

Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS