PARBOABOA, Jakarta - Mohamed Muiz, politikus pro-China berhasil memenangkan pemilihan umum Maladewa dalam putaran kedua yang digelar pada Sabtu (30/9/2023) lalu.
Terpilihnya Muiz mengindikasi bahwa Maladewa berpotensi bakal meninggalkan sekutu lamanya, India, yang mengalami ketegangan dengan China karena sengketa perbatasan dan persaingan geopolitik.
Melansir The Independent, Rabu (4/10/2023), Muiz mengantongi 53% suara, mengalahkan presiden petahana Ibrahim Mohamed Solih yang meraup 46% suara.
Kemenangan politisi oposisi ini diyakini bakal membawa perubahan terkait arah kebijakan luar negeri Maladewa. Sebab sejak awal mencalonkan diri, Muiz sudah mengkampanyekan "India Out" kepada publik.
Muiz berjanji akan mengusir pasukan India dari Maladewa dan mengembalikan keseimbangan hubungan dagang, yang selama ini disebut terlampau berat ke India.
Jejak Hubungan India dan Maladewa
Hubungan diplomatik antara Maladewa dan India memiliki akar historis yang kuat yang dapat ditelusuri hingga berabad-abad yang lalu.
Sejak zaman kuno, kedua negara telah memiliki interaksi budaya dan perdagangan yang erat.
Maladewa, yang terdiri dari kepulauan yang tersebar di Samudra Hindia, selalu memiliki hubungan perdagangan yang erat dengan India.
Begitu pun dalam konteks budaya, yang bisa dilihat dengan adanya pengaruh budaya India yang kuat di Maladewa, terutama dalam bahasa, agama, dan seni.
Selama masa kolonialisme, India dan Maladewa berada di bawah kekuasaan Britania Raya, yang memperkuat ikatan historis kedua negara.
Setelah kemerdekaan Maladewa pada tahun 1965, hubungan diplomatik antara kedua negara semakin diperkuat.
India menjadi salah satu pendukung utama kemerdekaan Maladewa dan membantu melindungi integritas wilayahnya selama krisis politik dan keamanan.
Mengutip India and Maldives Relations, sejak terjalinnya hubungan diplomatik kedua negara, hampir semua Perdana Menteri India mengunjungi Maladewa.
Bagitu pun sebaliknya, para petinggi Maladewa juga kerap melakukan kunjungan diplomatik ke India, mulai dari mantan Presiden Maladewa, Maumoon Abdul Gayoom, hingga Mohamed Nasheed.
Kedua negara juga berkolaborasi dalam meggarap isu-isu internasional. Maladewa bahkan secara konsisten mendukung India dalam forum multilateral, seperti PBB, Persemakmuran, GNB dan SAARC.
Maladewa juga menjadi salah satu negara pertama yang menyampaikan dukungannya terhadap pencalonan Shri Kamalesh Sharma sebagai Sekretaris Jenderal Persemakmuran.
Selain hubungan politik, salah satu aspek penting dari hubungan diplomatik antara Maladewa dan India adalah kerja sama dalam pembangunan ekonomi dan infrastruktur.
India diketahui telah menggelontorkan bantuan besar-besaran untuk proyek-proyek pembangunan di Maladewa, termasuk pembangunan bandara internasional, proyek-proyek energi terbarukan, dan proyek-proyek sosial lainnya.
Misalnya, India membantu pembangunan Rumah Sakit Indira Gandhi Memorial Hospital (IGMH) pada 1986 di Maldewa. Selain itu, India juga membantu mendirikan Institut Pendidikan Teknik Maladewa pada 1996.
Di bidang keamanan, India dan Maladewa juga telah lama menjalin kerja sama yang erat, termasuk dalam hal pertahanan maritim dan pengawasan perairan, khususnya di wilayah Samudra Hindia.
Kedua negara juga terlibat menggodok isu-isu perubahan iklim, mengingat Maladewa merupakan salah satu negara paling rentan terhadap perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut.
India dikethui telah mendukung upaya internasional untuk mengatasi isu-isu perubahan iklim di Maladewa.
Di bidang kebudayaan, India dan Maladewa mempromosikan pertukaran budaya melalui berbagai kegiatan seperti pertukaran seniman, festival budaya, dan pendidikan.
Meskipun hubungan diplomatik antara Maladewa dan India telah mengalami perkembangan yang positif, namun apakah akan tetap bertahan setelah Mohamed Muiz terpilih menjadi Presiden Maladewa.
Konflik India dan Cina
Terpilihnya Mohamed Muiz yang pro Beijing, tentu akan memberikan efek pada hubungan diplomatik antara Maladewa dan India.
Mengingat, hubungan India dan China hingga kini belum juga membaik setelah terlibat ketegangan soal perbatasan.
Konflik perbatasan antara Cina dan India telah menjadi isu yang kompleks dan seringkali menegangkan dalam hubungan kedua negara.
Dalam The China India Border Conflict yang diterbitkan University Colorado, konflik ini memiliki akar sejarah yang panjang, dimulai sejak tahun 1950-an setelah kedua negara merdeka dari penjajahan.
Salah satu konflik utama adalah seputar wilayah Aksai Chin di Ladakh, yang dikuasai oleh Cina tetapi juga diklaim oleh India.
Konflik mencapai puncaknya pada tahun 1962 ketika kedua negara terlibat dalam Perang Sino-India. Perang ini berlangsung singkat dan berakhir dengan kemenangan Cina.
Pada tahun 1993, Cina dan India mencapai Perjanjian Perbatasan Jangka Panjang yang bertujuan untuk menghindari konflik di perbatasan.
Namun, batas-batas yang diakui oleh kedua negara tidak sepenuhnya tumpang tindih, menciptakan potensi untuk gesekan lebih lanjut.
Pada tahun 2020, terjadi insiden serangan di perbatasan di Ladakh. Kedua negara mengirim pasukan militer ke daerah tersebut, yang semakin menciptakan ketegangan. Sebanyak 20 tentara India dilaporkan tewas.
Cina dan India adalah dua kekuatan besar di kawasan Asia, dan persaingan mereka juga terkait dengan pengaruh geopolitik yang lebih besar di Asia Tengah dan Selatan.
Ini menciptakan kompetisi yang lebih luas dalam berbagai aspek, termasuk ekonomi, militer, dan diplomasi.
Di sisi lain, peran negara ketiga, terutama Pakistan, yang memiliki hubungan dekat dengan Cina dan sejarah konflik dengan India di wilayah Kashmir, berpotensi mempertajam konflik kedua negara.