Respon Tegas China Atas Kesepakatan Tarif Dagang Indonesia-AS

Jurubicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lin Jian. (Foto: Dok.CMG)

PARBOABOA, Jakarta – Kesepakatan tarif dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat memicu reaksi tegas dari China.

Dalam pernyataan resminya di Beijing, Negeri Tirai Bambu menegaskan pentingnya prinsip kesetaraan dan dialog adil dalam menyelesaikan sengketa ekonomi global yang semakin kompleks.

Pemerintah China akhirnya angkat suara menanggapi manuver dagang terbaru antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Dalam konferensi pers yang digelar di Beijing pada Rabu (16/7/2025), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menegaskan kembali posisi tegas negaranya terkait praktik negosiasi perdagangan internasional.

Lin Jian menyoroti bahwa Beijing sejak lama menekankan pentingnya setiap pihak menyelesaikan sengketa ekonomi dan perdagangan melalui jalur dialog terbuka dan konsultasi yang adil.

“Sikap kami selalu menekankan bahwa para pihak perlu menyelesaikan sengketa ekonomi dan perdagangan melalui dialog dan konsultasi yang setara,” tegas Lin Jian di hadapan para wartawan, seperti dikutip dari Antara.

Pernyataan ini muncul di tengah kabar penetapan tarif baru yang disepakati Indonesia dan AS, yang dinilai China berpotensi mengubah peta perdagangan kawasan.

Kesepakatan dagang yang menjadi sorotan ini lahir dari negosiasi intensif antara Jakarta dan Washington.

Dalam poin utamanya, Amerika Serikat memberlakukan tarif bea masuk sebesar 19 persen untuk setiap produk asal Indonesia yang beredar di pasar Negeri Paman Sam.

Sebagai timbal balik, Indonesia justru membuka lebar pintu masuk produk-produk Amerika dengan membebaskan tarif sama sekali.

Menariknya, nilai tarif 19 persen ini lebih rendah dibanding ancaman awal Presiden Donald Trump yang pada 7 Juli 2025 sempat menggertak akan mengenakan tarif hingga 32 persen.

Ancaman tersebut akhirnya mereda usai Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, melakukan pembicaraan telepon langsung dengan Trump, yang membuka jalan tercapainya kesepakatan baru tersebut.

Tidak berhenti pada angka tarif semata, Indonesia juga berkomitmen membeli energi dari AS senilai 15 miliar dolar AS, serta produk pertanian Amerika senilai 4,5 miliar dolar AS. Sebagai tambahan, Indonesia juga sepakat membeli 50 unit pesawat Boeing baru, mayoritas tipe Boeing 777, meski rincian maskapai pembeli belum diungkap ke publik.

Dalam unggahannya di Truth Social, Trump bahkan mengklaim kesepakatan ini sebagai terobosan bersejarah yang akan membuka seluruh pasar Indonesia bagi produk-produk Amerika untuk pertama kalinya.

Ia juga menekankan bahwa produk dari negara ketiga yang transit melalui Indonesia tetap akan dikenakan tarif tambahan jika nilainya melebihi batas yang ditetapkan.

Sebagai pembanding, hubungan dagang antara China dan Amerika Serikat juga tidak kalah menarik untuk disorot.

Kedua raksasa ekonomi ini memang sempat melunak lewat kesepakatan sementara yang menurunkan bea masuk produk masing-masing negara.

China memangkas tarif atas barang-barang ekspor AS dari 125 persen menjadi hanya 10 persen. Di sisi lain,

AS juga menurunkan tarif produk China dari 145 persen menjadi 30 persen. Namun, angka 30 persen ini tetap mencakup “hukuman” berupa tarif tambahan sebesar 20 persen yang dikenakan Washington, sebagai buntut tudingan keterlibatan China dalam distribusi ilegal fentanil—obat penghilang rasa sakit yang kerap disalahgunakan.

Meski demikian, keringanan tarif dari pihak AS sifatnya belum permanen. Washington hanya menangguhkan tarif resiprokal tersebut selama 90 hari, terhitung hingga 12 Agustus 2025.

Artinya, peluang kembalinya perang tarif antara dua raksasa ekonomi dunia ini masih terbuka lebar jika negosiasi lanjutan tidak menghasilkan kesepakatan baru.

Melalui pernyataan Lin Jian, China menekankan pentingnya membangun suasana kerja sama yang adil dan kondusif di tengah iklim perdagangan internasional yang sarat dinamika politik.

Beijing berharap negara-negara tidak gegabah dalam menetapkan kebijakan yang bisa memicu ketegangan baru, sekaligus mengingatkan semua pihak agar prinsip kesetaraan menjadi fondasi utama setiap perundingan dagang di masa mendatang.

Reaksi China ini menjadi sinyal bahwa setiap pergeseran arah kebijakan dagang di Asia Tenggara dan Amerika akan selalu diawasi ketat oleh Beijing, demi memastikan stabilitas dan keseimbangan kepentingan ekonomi di kawasan.

Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS