PARBOABOA, Jakarta - Aksi boikot terhadap produk yang terkait dengan Israel mulai merasakan dampaknya terhadap produksi dan penjualan di Indonesia.
Boikot ini mencakup berbagai jenis produk, baik pangan maupun non-pangan, termasuk barang konsumen bergerak cepat (FMCG).
Roy Mandey, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), menyatakan bahwa penjualan produk yang diidentifikasi terafiliasi dengan Israel mengalami penurunan signifikan, sekitar 40-45%.
Meskipun demikian, produk yang terkait dengan kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, dan gula di toko-toko ritel belum terdampak.
Ajakan untuk boikot ini juga belum berdampak negatif terhadap nasib karyawan di toko-toko.
Namun, jika boikot berlanjut dalam jangka panjang, sektor industri yang memproduksi barang-barang FMCG diperkirakan akan merasakan dampak yang lebih besar.
Lebih serius lagi, dampak boikot ini dapat berimbas pada penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2023 dan potensi pemutusan hubungan kerja (PHK).
Oleh karena itu, Roy mengimbau kepada pemerintah untuk terus mendukung diplomasi, perdamaian, dan misi kemanusiaan sebagai langkah antisipatif.
Sementara itu, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah, berharap agar boikot ini tidak menimbulkan kekhawatiran di kalangan pekerja di perusahaan-perusahaan terkait.
Ida menyatakan bahwa pihaknya telah mengutus Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kemnaker, Indah Anggoro Putri, untuk menjalin komunikasi intensif dengan perusahaan yang memiliki afiliasi dengan Israel dan sekutunya.
Produk Pro Israel
Boycott, Divestment, & Sanctions atau BDS Movement adalah salah satu komunitas yang menggalakkan gerakan boikot, divestasi, dan memberikan sanksi kepada Israel.
Melalui media sosial X, @BDSmovement, mereka telah beberapa produk lokal dan internasional yang disebut pro Israel.
Beberapa perusahaan yang menjadi sasaran boikot termasuk Siemens, PUMA, Carrefour, AXA, Hewlett Packard Inc (HP Inc), SodaStream, Ahava, dan RE/MAX.
Selain itu, gerakan ini juga menargetkan divestasi dari perusahaan seperti Elbit Systems, HD Hyundai, Volvo, Barclays, CAF, Chevron, HikVision, dan TKH Security.
Gerakan BDS pun memberikan tekanan non-boikot pada perusahaan seperti Google, Amazon, Airbnb, Booking, Expedia, dan Disney.
Di sisi lain, Gerakan BDS ini sebetulnya tidak menyasar perusahaan-perusahaan ini untuk diboikot.
Hanya saja, masyarakat di beberapa negara ikut memboikot produk-produk perusahaan ini mendukung Israel dengan memberikan donasi dalam bentuk barang dan jasa.
Beberapa perusahaan itu, di antaranya McDonald's, Burger King, Papa John's, Pizza Hut, dan WIX.
Editor: Yohana