PARBOABOA, Jakarta – Presiden Rusia, Vladimir Putin telah menandatangani dekrit mobilisasi usai kekalahannya di beberapa titik di ukraina beberapa waktu lalu. Oleh sebab itu, Rusia siap menurunkan 300 ribu tentara cadangan.
"Ada 300 ribu tentara cadangan yang akan dipanggil," ujar Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, seperti dilansir AFP, Rabu (21/9).
Shoigu mengatakan, jumlah tersebut hanya satu persen dari total tentara cadangan yang dimiliki Rusia berdasarkan dekrit yg telah dikeluarkan Putin. Ia menjelaskan, adapun tujuan utama pengerahan pasukan ini adalah untuk membantu mengamankan wilayah di sekitar dan di belakang garda terdepan.
Shoigu juga menyebutkan bahwa setidaknya 5.937 tentara Rusia tewas sejak pertama kali Rusia mulai melakukan invasi ke Ukraina pada Februari lalu. Ini pertama kalinya Rusia membeberkan jumlah tentara yang tewas akibat perang tersebut.
Di samping itu, Putin menganggap Rusia perlu mengambil langkah lebih jauh untuk melindungi tentara dan wilayahnya. Saat mengumumkan dekrit terbaru, Putin menyebutkan bahwa negaranya dalam bahaya akibat eksploitasi negara Barat.
Sejumlah negara Barat memang sedang menyerukan kekhawatiran mereka terkait Putin yang akan menggunakan senjata nuklir lantaran pasukannya telah terdesak di wilayah Ukraina.
Namun, Putin menganggap negara Barat sengaja mengembangkan isu tersebut untuk menyerang Rusia dengan alasan protes atas penggunaan senjata nuklir.
"Jika integritas wilayah negara kami terancam, kami akan menggunakan segala daya upaya untuk melindungi rakyat kami. Ini bukan omong kosong," kata Putin.
Untuk diketahui, ini merupakan kali pertama Rusia melakukan mobilisasi setelah Perang Dunia II. Menanggapi hal itu, penasihat Kepresidenan Ukraina, Mykhailo Podolyak mengaku tidak terkejut dengan keputusan yang telah dikeluarkan oleh Putin.
"Sungguh upaya yang sangat tertebak, yang lebih terlihat seperti upaya untuk membenarkan kesalahan mereka sendiri," ucapnya.
"Perang ini jelas tak berjalan sesuai skenario Rusia dan akhirnya Putin membuat keputusan tak populer untuk memobilisasi dan membatasi hak asasi manusia."
Sejauh ini, kondisi di Ukraina memang dianggap tidak sesuai dengan apa yang Rusia rencanakan sedari awal. Pasalnya, Ukrainan terus melakukan perlawanan yang tidak dapat dibendung oleh pasuka Rusia di beberapa wilayah.
Dengan begitu, Ukraina pun dianggap meraih kemenangan besar setelah berhasil merebut kembali wilayah Khariv, kawasan yang berbatasan langsung dengan Donbas atau tempat para separatis pro-Rusia bertengger.
Karena terus terdesak, kelompok separatis tersebut mulai mengambil keputusan untuk bergabung dengan Ukraina pada minggu ini.