Sejarah dan Makna Idul Adha sebagai Ibadah Kurban

Sejarah dan makna Idul Adha sebagai perayaan kurban. (Foto: Dokumen Kemenag)

PARBOABOA, Jakarta - Idul Adha merupakan perayaan terbesar kedua bagi umat Muslim setelah Idul Fitri.

Setiap tahunnya, perayaan ini dirayakan pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah atau bulan kedua belas dalam penanggalan hijriah.

Berdasarkan sistem penanggalan tersebut, hari raya Idul Adha di Indonesia jatuh pada hari ini, Senin (17/6/2024).

Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) merasa bersyukur karena tahun ini seluruh ormas Islam sependapat merayakan Idul Adha pada 17 Juni 2024.

Ketua MUI, Abdullah Jaidi mengatakan, walau Saudi Arabia telah menetapkan 1 Zulhijjah pada 7 Juni 2024, dan Idul Adha-nya tanggal 16 Juni 2024, siapapun tidak boleh terusik dengan perbedaan tersebut.

"Kita ciptakan kedamaian, kasih sayang di antara kita pada kehidupan, agar bangsa Indonesia kita menjadi bangsa yang penuh kedamaian," kata Abdullah Jaidi.  

Jauh sebelumnya juga, Kementerian Agama (Kemendag) RI berharap di tahun ini Umat Muslim Indonesia dapat merayakan Idul Adha secara bersama-sama. 

Toh, kalau kemudian hari ada perbedaan terkait pelaksanaan ibadah Idul Adha, Kemendag meminta semuanya harus tetap mengedepankan harmoni.

"Kami berharap semuanya bisa mengedepankan harmoni dan toleransi serta tidak menonjolkan perbedaan yang ada," Kata Wakil Menteri Agama (Wamenag), Saiful Rahmat Dasuki.

Sementara itu, Idul Adha identik dengan penyembelihan hewan kurban atau ibadah kurban sebenarnya tidak terlepas dari Kisah Ibrahim AS dan Ismail AS yang diabadikan Al-Qur'an dalam Surat Ash-Shaffat ayat 102-107.

Melansir Tafsir Tahlili Kemenag Jilid 8, dijelaskan bahwa saat itu Nabi Ibrahim tak kunjung dikaruniai anak oleh Allah SWT.

Di usianya yang tak lagi muda, barulah Dia menganugerahkan Ibrahim AS dengan putra pertamanya yang soleh lagi penyabar. Dia adalah Nabi Ismail AS.

Namun Ketika Ismail AS beranjak remaja Allah SWT memberikan ujian berat kepada Nabi Ibrahim. Lewat mimpi, Dia menyuruh Ibrahim AS agar menyembelih anak yang ia kasihi itu sebagai kurban. 

Dengan hati yang pilu, Nabi Ibrahim menyampaikan isi mimpi itu kepada putranya sekaligus meminta pendapat Ismail AS mengenai titah tersebut.

Dengan sikap rendah hati, Nabi Ismail menunjukkan ketaatannya. Ia berkata kepada sang ayah agar melaksanakan apa yang diperintahkan Allah SWT tersebut. 

Tak hanya itu, ia juga berkata kepada orang tuanya bahwa tak gentar dan tidak ragu atas takdir yang telah ditetapkan Allah SWT.

Lalu saat Ibrahim dan Ismail menunjukkan sikap pasrah atas kehendak Allah, Ibrahim AS pun mulai melaksanakan perintah-Nya itu. 

Ia menelungkupkan Ismail AS dengan bagian wajah yang menghadap ke tanah agar dirinya tak melihat wajah sang putra. Demikian supaya perintah-Nya dapat Ia selesaikan dengan cepat.

Ketika Nabi Ibrahim mengambil pisaunya untuk menyembelih Ismail AS, tiba-tiba terdengar seruan yang menyampaikan bahwa ia telah melaksanakan perintah Allah. 

Sikap tersebut, merelakan sang putra menjadi kurban dipandang sebagai bentuk ketaatan Ibrahim kepada Allah.

Allah SWT tidak benar-benar membiarkan Ismail AS untuk disembelih melainkan hanya untuk menguji  ketaqwaan dari kedua hamba-Nya tersebut. Keduanya lalu bersyukur karena telah menghadapi ujian berat. 

Allah SWT kemudian mengganti penyembelihan Nabi Ismail dengan seekor kambing besar berwarna hitam matanya dan bertanduk besar.

Menurut Ibnu Abbas RA, kambing tebusan tersebut berasal dari surga lalu diturunkan kepada Ibrahim AS dari Gunung Tsabir. Kambing tersebut juga merupakan kambing yang pernah dikurbankan Habil, putra Nabi Adam dan diterima oleh Allah SWT.

Selanjutnya, Ibrahim AS menyembelih kambing tersebut di Mina. Sementara itu sumber Lain menyebut Nabi Ibrahim kemudian menyembelih kambing itu di Maqam Ibrahim. Wallahu a'lam.

Namun begitu, perlu diingat perayaan Idul Adha sebenarnya tidak hanya identik dengan penyembelihan hewan kurban.

Ada banyak amal soleh yang bisa dilakukan pada hari suci ini selain berkurban, yaitu berhaji, berpuasa, Sholat Idul Adha dan Berdzikir.   

Editor: Gregorius Agung
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS