PARBOABOA - Negara-negara Uni Eropa telah menyetujui penggunaan satu port pengisian daya ponsel, tablet dan kamera dengan menggunakan USB-C pada 2024. Alhasil, Apple harus mengubah semua port pengisian baterai dari kabel lightning ke USB-C.
"Pada musim gugur 2024, USB Type-C akan menjadi port pengisian daya umum untuk semua ponsel, tablet, dan kamera di UE," kata Parlemen Eropa, dikutip dari Reuters, Rabu (8/7/2022).
Kepala industri Uni Eropa Thierry Breton mengatakan, kesepakatan itu akan menghemat biaya yang dikeluarkan untuk konsumen yang mencapai Rp3,8 triliun.
"Ini juga akan memungkinkan teknologi baru, seperti pengisian nirkabel, muncul dan berkembang tanpa membiarkan inovasi menjadi sumber fragmentasi pasar dan ketidaknyamanan konsumen," lanjutnya.
Adapun jenis perangkat elektonik yang diwajibkan menggunakan port USB-C di antaranya adalah smartphone, tablet, laptop, earbuds/ True Wireless Stereo, dan speaker portable.
Menurut keterangan tertulis di situs resmi Parlemen Eropa, aturan yang mengatur penggunaan charger USB Type-C di Eropa ini akan disahkan dan diterbitkan sebagai undang-undang baru pada musim panas tahun ini, atau sekitar bulan Juli-September 2022 ini.
Lalu, undang-undang tersebut bakal berlaku efektif dalam waktu 24 bulan (2 tahun) setelah diterbitkan, atau sekitar bulan Juli-September 2024.
Aturan ini bakal berlaku untuk semua vendor perangkat elektronik tanpa terkecuali, termasuk Apple.
Artinya, bila tetap ingin memasarkan iPhone di negara-negara Uni Eropa, Apple harus meninggalkan port Lightning. Lalu, perusahaan yang bermarkas di Cupertino, AS ini memiliki waktu maksimal dua tahun untuk meluncurkan iPhone dengan USB C di Eropa pada 2024 mendatang.
Khusus untuk vendor laptop diberikan waktu lebih lama, yaitu sekitar 3 tahun 4 bulan untuk mematuhi kewajiban tersebut, atau mulai tahun 2025 mendatang.
Saat ini beberapa produk laptop seperti Apple, Dell, Asus, serta Lenovo sudah mulai diberikan port USB-C.
Sedangkan vendor smartphone Android kini sudah beralih memakai port USB-C, meski masih ada sedikit yang menyertakan port Micro USB.
Apple berbeda sendiri, karena iPhone masih memakai port Lightning. Namun sudah jelas, bahwa 2 hingga 3 tahun ke depan, seluruh merek perangkat elektronik di Eropa harus memakai charger USB Type-C.
Lalu apa tujuan dibuat aturan port charger USB-C itu?
Ternyata tujunanya untuk melindungi lingkungan, yaitu membantu mengurangi limbah elektronik.
Menurut anggota Parlemen EU, Malta Alex Agius Saliba, jumlah adapter charger yang tidak dipakai diperkirakan menjadi limbah elektronik 11.000-15.000 ton per tahun.
Bayangkan jika semua alat elektronik memakai port USB C, maka pemilik cukup punya satu buah charger yang bisa dipakai untuk beberapa perangkat.
Jadi tak perlu membeli charger baru saat membeli gadget baru, seperti dilansir The Verge.
Parlemen Uni Eropa mengungkapkan bahwa aturan soal lubang pengisian daya umum untuk perangkat elektronik yang dijual di Eropa itu dirancang untuk membantu mengurangi limbah elektronik.
"Undang-undang ini merupakan bagian dari upaya UE yang lebih luas untuk membuat produk di UE lebih berkelanjutan, mengurangi limbah elektronik, dan membuat hidup konsumen lebih mudah," tulis Parlemen Eropa.
Anggota Parlemen EU, Malta Alex Agius Saliba mengungkapkan, adapter pengisi daya yang dibuang dan tidak digunakan diperkirakan mewakili sekitar 11.000-15.000 ton limbah elektronik setiap tahunnya.
Nah, secara teori, jika semua smartphone dan perangkat elektronik menggunakan port USB C yang praktis dan universal itu, konsumen hanya membutuhkan minimal satu buah charger untuk dipergunakan ke beberapa perangkat.
Sehingga pengguna tak perlu membeli adapter charger baru ketika memiliki perangkat elektronik anyar.
Dari sisi materi, aturan baru ini akan membantu konsumen di Eropa menghemat hingga 250 juta euro (setara Rp 3,8 triliun) per tahun untuk pembelian adapter charger yang tidak perlu.
Tak hanya menyeragamkan lubang pengisian daya dengan USB C, Komisi Eropa juga bakal menyamakan kecepatan pengisian daya untuk perangkat yang mendukung fitur pengisian cepat (fast charging).
"Hal ini memungkinkan pengguna untuk mengisi daya perangkat mereka pada kecepatan yang sama dengan pengisi daya yang kompatibel," tulis Parlemen Eropa di situs resminya.
Selama ini, vendor berlomba-lomba untuk mengembangkan fitur pengisian cepat di ponsel bikinannya. Tak heran bila fast charging kerap menjadi fitur yang diunggulkan oleh sejumlah smartphone.