PARBOABOA, Kendari - Ribuan mahasiswa se-Sulawesi Tenggara (Sultra) mengikuti demo 11 April di depan gedung DPRD Sultra pada (11/4).
Mahasiswa yang berdemonstrasi tersebut berasal dari Cipayung Plus, Universitas Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo (UHO), dan Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK).
Para mahasiswa menggelar demo untuk menyuarakan beberapa tuntutan, termasuk penolakan wacana Jokowi 3 periode, menolak penundaan Pemilu, dan menolak kenaikan harga sembako.
Namun sayangnya demo pecah menjadi kericuhan setelah massa berusaha menerobos barikade yang dibuat polisi. Massa kemudian berbuat anarkis dan melempar batu, selain itu mereka juga melemparkan petasan kearah petugas yang berjaga. Sehingga polisi terpaksa menembakkan gas air mata, untuk memukul mundur para massa.
Dikabarkan jika seorang perwira polisi Brimob Polda Sultra, Ipda Imam Agus Husain meninggal setelah mengamankan aksi unjuk rasa ini.
Kabid Humas Polda Sultra Kombes Ferry Walintukan menegaskan jika yang bersangkutan meninggal bukan karena adanya tindakan kekerasan saat demonstrasi, karena bersangkutan sendiri bertugas di dalam kendaraan taktis (rantis) barracuda.
"Dia tidak ada berbenturan langsung dengan massa pendemo, enggak ada. Memang dia bagian dari pengamanan demo, tapi tidak hubungan langsung dengan massa demo," ujar Komber Ferry, dikutip dari Suara.com. Senin (11/4).
Setelah kericuhan para massa mereda, Ipda Imam dan beberapa petugas lainnya kemudian melakukan pemantauan di lokasi, saat berkeliling yang bersangkutan kemudian mengeluh sesak dan sakit di dada.
Sehingga Ipda langsung dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk mendapat perawatan. Sayangnya nyawanya tak dapat diselamatkan, Ipda Imam meninggal pada pukul 17.30 Wita. Namun hingga saat ini penyebab almarhum meninggal masih belum disimpulkan.