Pertarungan Raksasa Satelit LEO: Starlink dan Project Kuiper Siap Ubah Dinamika Pasar Global

Penampakan satelit Low Earth Orbit atau LEO di ketinggian antara 500 hingga 1.200 km (Foto: telkomsat.co.id)

PARBOABOA, Jakarta - Terobosan baru dalam industri telekomunikasi global menghadirkan tantangan serius bagi para 'pemain lama'. 

Starlink, misalnya dengan teknologi Direct to Cell berhasil menghadirkan layanan internet satelit langsung ke perangkat seluler LTE dan menghilangkan ketergantungan pada parabola.

Setelah peluncuran 13 satelit pada Juni lalu, kehadiran Starlink memicu kekhawatiran di kalangan industri. 

Para pengamat teknologi memprediksi adanya pertarungan sengit dengan penyedia layanan internet nirkabel berbasis BTS seperti T-Mobile di Amerika Serikat.

Amazon juga tak kalah ambisius dengan Project Kuiper yang berencana meluncurkan ribuan satelit di Amerika Selatan dan memperluas dominasinya dalam layanan internet satelit. 

Dengan biaya proyek yang mencapai miliaran dolar, kedua raksasa ini berpotensi mengubah dinamika pasar global dengan teknologi satelit LEO.

Teknologi tersebut menawarkan koneksi internet lebih cepat, stabil, dan lebih murah.

Sementara di Indonesia, kedatangan Starlink sebagai strategi Elon Musk membangun jaringan internet di daerah terpencil telah menimbulkan polemik. 

Meskipun diakui sebagai solusi untuk memperluas akses internet melalui proyek Satria 1, keputusan ini menuai kritik terkait keseimbangan kompetisi dan dampak ekonomi bagi penyedia layanan lokal.

Dengan investasi yang menggiurkan dan teknologi yang terus berkembang, masa depan industri telekomunikasi global dipenuhi dengan ketidakpastian. 

Imbasnya, para pemain teknologi lama dengan modal yang minim akan terdepak. Publik tentu lebih memilih produk baru dengan harga yang lebih terjangkau. 

Apa itu Teknologi Satelit LEO?

Orbit Rendah Bumi (Low Earth Orbit atau LEO) merupakan wilayah di angkasa yang berada pada ketinggian antara 500 hingga 1.200 km dari permukaan Bumi. 

Melansir laman telkomsel, orbit LEO menjadi tempat bagi ribuan satelit yang beroperasi dengan fokus utama pada keperluan ilmiah dan pencitraan. 

Di era digital sekarang, satelit-satelit High Throughput Satellite (HTS) yang berada di orbit LEO memiliki peran penting dalam menyediakan koneksi internet broadband untuk berbagai segmen, termasuk perusahaan, usaha kecil dan menengah (UKM), serta pemerintahan.

Salah satu keunggulan utama satelit yang berada di LEO adalah waktu transmisi data yang rendah. 

Hal ini dikarenakan jaraknya yang relatif dekat dengan permukaan bumi sehingga sinyal dapat ditransmisikan lebih cepat dibandingkan dengan satelit di orbit yang lebih tinggi. 

Kecepatan ini sangat krusial untuk aplikasi-aplikasi yang membutuhkan respons cepat, seperti komunikasi dan layanan internet.

Meskipun memiliki banyak keunggulan, satelit di orbit LEO juga menghadapi tantangan tersendiri. 

Karena satelit-satelit ini mengorbit bumi lebih cepat dibandingkan dengan rotasi bumi, maka dibutuhkan lebih dari satu satelit untuk dapat memberikan layanan yang kontinu pada satu lokasi. 

Hal ini berarti bahwa sebuah konstelasi satelit harus bekerja secara harmonis untuk memastikan cakupan yang berkelanjutan dan konsisten.

Kontribusi LEO terhadap Masa Depan Teknologi

Dengan populasi satelit yang terus meningkat, satelit LEO memainkan peran yang semakin signifikan dalam mendukung berbagai aplikasi teknologi masa depan. 

Dari penelitian ilmiah hingga komunikasi global, orbit ini menawarkan potensi besar dalam mendukung kemajuan teknologi dan meningkatkan konektivitas global. 

Satelit LEO bukan hanya tentang jarak yang jauh dari bumi, tetapi juga tentang pencapaian baru dalam teknologi dan inovasi yang mampu mengubah cara manusia berinteraksi dan berkomunikasi. 

Keunggulan tersebut telah memicu sejumlah negara untuk berinvestasi guna memiliki teknologi satelit LEO.

Uni Eropa, misalnya belum lama mengumumkan rencana ambisius senilai €6 miliar untuk membangun armada satelit LEO.

Tujuannya adalah memberikan komunikasi aman dan akses pita lebar yang lebih baik kepada semua pengguna. 

Investasi ini juga berupaya mengurangi ketergantungan pada perusahaan asing serta melindungi layanan komunikasi dan data pengawasan dari campur tangan luar. 

Sementara perusahaan seperti SpaceX dengan Starlink dan Amazon dengan Project Kuiper juga berlomba-lomba meluncurkan ribuan satelit LEO untuk menyediakan internet berkecepatan tinggi di seluruh dunia. 

OneWeb yang didukung pemerintah Inggris dan perusahaan dari India serta Prancis, juga telah memiliki ratusan satelit di orbit. 

Dengan tantangan dan keunggulannya, LEO tetap menjadi area yang menarik untuk dieksplorasi dan dimanfaatkan di masa depan.

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS