PARBOABOA - “Yang jelas ada beberapa pergeseran,†ungkap Halili Hasan, peneliti SETARA Institute, Senin 10 April 2023 kepada Parboaboa. Kabar soal beberapa pergeseran dimaksudnya itu SETARA Institute memantau sedari laporan Indeks Kota Toleran 2015-2022.
Tiga kota di Provinsi Sumut, Medan, Siantar, dan Tebing Tinggi mengalami pergeseran peringkat kota toleransi.
Studi menetapkan 4 variabel dengan 8 indikator sebagai alat ukur. Yaitu: Regulasi Pemerintah Kota (Indikator 1: Rencana pembangunan dalam bentuk RPJMD dan produk hukum pendukung lainnya dan indikator 2: Kebijakan diskriminatif).Â
Tindakan Pemerintah (Indikator 3: Pernyataan pejabat kunci tentang peristiwa intoleransi dan indikator 4: Tindakan nyata terkait peristiwa).
Regulasi Sosial (Indikator 5: Peristiwa intoleransi dan indikator 6: Dinamika masyarakat sipil terkait peristiwa intoleransi).
Demografi Agama (Indikator 7: Heterogenitas keagamaan penduduk dan indikator 8: Inklusi sosial keagamaan).
Kombinasi pembobotan tersebut menghasilkan persentase akhir pengukuran sebagai berikut: Rencana Pembangunan (10%), Kebijakan Diskriminatif (20%), Peristiwa Intoleransi (20%), Dinamika Masyarakat Sipil (10%).
Pernyataan Publik Pemerintah Kota (10%), Tindakan Nyata Pemerintah Kota (15%), Heterogenitas agama (5%), dan Inklusi sosial keagamaan (10%).
Sebanyak 94 kota se-Indonesia jadi objek kajian kota toleran. Kamis 6 April kemarin, hadir laporan Indeks Kota Toleran disingkat IKT pada 2022.
Kota-kota memiliki 10 kota skor toleransi tertinggi. Singkawang skor akhir 6,583, Salatiga skor akhir 6,417, Bekasi skor akhir 6,080, Surakarta skor akhir 5,883, Kediri skor akhir 5,850, Sukabumi skor akhir 5,810, Semarang skor akhir 5,783, Manado skor akhir 5,767, Kupang skor akhir 5,687, dan Magelang skor akhir 5,670.
Sedangkan 10 kota toleransi rendah adalah Prabumulih skor akhir 4,510, Lhokseumawe skor akhir 4,493, Pariaman skor akhir 4,450, Medan skor akhir 4,420, Banda Aceh skor akhir 4,393, Mataram skor akhir 4,387, Sabang skor akhir 4,257, Padang skor akhir 4,060, Depok skor akhir 3,610, dan Cilegon skor akhir 3,227.
“Orientasinya bukan lagi bagaimana mempertahankan peringkat. Namun bagaimana mengakomodir hak setiap warga sebagai manusia?†ungkap Halili Hasan, peneliti SETARA Institute.
Sebelumnya, SETARA Institute mengeluarkan ringkasan eksekutif IKT 2021, 30 Maret 2022. Bahkan hasil rekapitulasi tersebut, menyebutkan Tebing Tinggi masuk 10 Kota Tertinggi Toleran pada 2017.
Kota Lemang julukan Tebing Tinggi berada di rangking ke-9 memiliki skor kota itu 5,80. Tebing Tinggi bersaing dengan Manado peringkat ke-1, Pematang Siantar ke-2, Salatiga ke-3, Singkawang ke-4, Tual ke-5, Binjai ke-6, Kotamabogu ke-7, Palu ke-8, dan Surakarta ke-10.
***
Parboaboa saat mencoba mengonfirmasi kepada stakeholder Pemerintah Kota Tebing Tinggi tidak ada mau menjawab hasil penelitian laporan IKT 2022 SETARA Institute.
Sebagaimana disebutkan di atas alat ukur menilai kondisi toleransi kota-kota sebagai objek penelitian. Hasil studi laporan IKT SETARA Institute menetapkan 4 variabel dengan 8Â indikator.
Sementara itu, Ketua DRPD Kota Tebing Tinggi, Basyaruddin Nasution, berpandangan pasti ada kalau memang Tebing Tinggi tidak memenuhi syarat 4 variabel dengan 8 indikator SETARA Institute. (Lihat: Negara Harus Hadir Dalam Konflik Intoleransi).
Â
Maka DPRD Kota Tebing Tinggi akan melakukan kajian-kajian bersama Pemerintah Kota Tebing Tinggi terkait regulasi.
“Mungkin masih minim,†ungkapnya kepada Parboaboa, Jumat 14 April 2023.
“Sebab regulasi khususnya Perda sampai Perwa. Kadang-kadang aturan itu mengikuti kondisi sebetulnya,†tambahnya lagi.
Basyaruddin Nasution mengungkapkan, bahwa terkait studi SETARA Institute kota toleran syarat 4 variabel dan 8 indikator. DRPD Tebing Tinggi akan mendalaminya lagi. Meski, kondisi toleransi Tebing Tinggi dari tahun ke tahun adem ayem saja.
“Demi perbaikan Kota Tebing Tinggi ke depan,†ungkapnya, sekira pukul 15.00 WIB, di kantor DPD Partai Golkar berlokasi di Jalan Simalungun Kota Tebing Tinggi.
Tak muluk-muluk, Tebing Tinggi ingin kembali masuk 10 besar kota tertinggi toleransi lagi seperti 2017.
“Karena saya rasa di Tebing Tinggi ini luar biasa tingkat toleransinya,†ungkap Basyaruddin Nasution percaya diri.
***
Sementara itu, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Tebing Tinggi, Abu Hasyim Siregar, bingung menjawab hasil laporan Indeks Kota Toleran disingkat IKT 2022 SETARA Institute.
“Bagaimana saya menjawabnya ya. Apa bedanya tahun 2017 dengan sekarang Kota Tebing Tinggi ini? Saya sendiri pun terus terang bukan mau menghindar atau apa. Kita pun tidak tahu apa pertimbangan kriteria mereka menentukan penilaian dan urutan itu,†ungkapnya, Kamis 6 April 2023 kepada Parboaboa.
SETARA Institute tidak pernah mewawancarai Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Tebing Tinggi. Khususnya menyoal indeks IKT 2022.
“Jadi yang toleran itu yang bagaimana? Karena kita merasa bahwa Kota Tebing Tinggi ini dari 2015 sampai sekarang ini. Ya sama saja kondisi lapangannya,†ujar Abu Hasyim Siregar.
Â
Meski demikian, FKUB Tebing Tinggi memiliki contoh sikap toleransi di daerahnya. Semisal mengeluarkan rekomendasi membangun rumah ibadah.
“Tidak ada satu pun rumah ibadah di Tebing Tinggi ini yang tidak kita keluarkan rekomendasinya. Semua kita keluarkan rekomendasinya. Apakah itu Vihara, Klenteng, Masjid, dan Gereja,†ungkapnya.
Abu Hasyim Siregar kembali menegaskan, tidak tahu apa pertimbangan SETARA Institute IKT Tebing Tinggi menjadi menurun.
“Di Tebing Tinggi tidak ada hal-hal menonjol terkait masalah kerukunan umat beragama,†ungkapnya.
Barangkali juga, ada penilaian versi SETARA Institute tidak diketahui oleh FKUB Tebing Tinggi. FKUB Tebing Tinggi memastikan setiap masalah menyangkut kerukunan umat beragama.
Pemerintah Kota Tebing Tinggi selalu meminta masukan kepada FKUB. FKUB berperan membantu kepala daerah dalam memelihara kerukunan umat beragama.
SETARA Institute mengklaim studi melakukan tiga teknik sekaligus.
Pertama triangulasi sumber, kedua hasil self-assessment pemerintah-pemerintah kota melalui kuesioner yang disebarkan, serta ketiga Experts meeting series atau pertemuan serial para ahli untuk mengkonfirmasi data sementara hasil score.
Sayangnya, Abu Hasyim Siregar belum pernah bertemu dengan peneliti SETARA Institute.
“Belum pernah mereka datanglah. Kalau saya ingin bertemu dengan mereka. Dan sampai sekarang ini, saya tidak pernah bertemu dengan mereka itu,†ungkap Abu Hasyim Siregar.
“Kami di sini akan menunggu agar dapat masukan dari mereka. Karena kita pun sebagai aktivis kerukunan. Kepingin Kota Tebing Tinggi mendapat penilaian positif terkait toleransi,†ucap Ketua FKUB Tebing Tinggi empat periode itu menambahkan.
Maklum, belum diketahui rangking atau peringkat Kota Tebing Tinggi berada di nomor berapa IKT 2022? Entah masuk di kota toleransi tertinggi maupun kota toleransi terendah?
Reporter: Muhammad Anshori dan Reka Kajaksana