Kasus pengintaian dan pelanggaran privasi di perangkat iPhone dan Android oleh spyware Pegasus kembali ramai diperbincangkan. Beberapa waktu lalu, Amnesty International mengeluarkan laporan tentang siapa saja yang menjadi target sasaran Pegasus.
Berdasarkan laporan itu, terdapat 50.000 nomor ponsel yang menjadi target perangkat lunak jahat tersebut. Disebutkan targetnya termasuk para petinggi negara, aktivis, politisi hingga jurnalis.
Pendiri sekaligus CEO Telegram, Pavel Durov turut berkomentar tetang kasus ini dan menyalahkan Apple dan Google atas munculnya dan menyebarnya kasus spyware Pegasus.Durov mengatakan Apple dan Google diminta oleh badan keamanan pemerintah untuk menyamarkan spyware Pegasus Israel sebagai kerentanan biasa.
“Alat-alat ini dapat meretas ponsel iOS dan Android apapun. Bukan masalah aplikasi mana yang anda gunakan karena sistem dilanggar pada tingkat yang lebih dalam,” katanya.
Baik Apple dan Google adalah bagian dari program pengawasan global yang menerapkan pintu belakang ke dalam sistem operasi mereka, lanjut Durov.
Pintu belakang ini biasanya menyamar sebagai bug keamanan yang memungkinkan agen-agen NSO Group Israel mengakses infrormasi di ponsel manapun di dunia.
Menurut Durov, pembelaan NSO Group Israel bahwa mereka hanya menjual perangkat lunak seperti Pegasus kepada pemerintah dan badan keamanan.
Tak sampai disitu, Durov juga mengajak seluruh pemerintah dunia untuk mengambil tindakan melawan Apple dan Google di pasar smartphone demi kebaikan bersama.
Durov mengklaim bahwa duopoli Apple dan Google di pasar smartphone menyebabkan banyak masalah bagi pengguna dan masyarakat dunia.
Ia menginginkan pemerintah dunia memaksa Google dan Apple untuk membuka ekosistem mereka dan menciptakan kondisi persaingan pasar yang lebih baik.
Sindiran Durov pun tak berhenti sampai disitu, Ia bahkan skeptis dengan klaim Apple tentang keamanan dan privasi sebagai prioritas, sementara perangkat Apple terus disusupi lewat satu dan banyak cara.
Sementara Head of WhatsApp, Will Catchcart, kompak menyalahkan Apple dan mengatakan iPhone buatan mereka rentan disusupi Pegasus. Salah satu contohnya adalah kasus peretasan iPhone milik bos Amazon, Jeff Bezos tahun 2020 lalu.
iPhone milik Bezos dikabarkan terinfeksi spyware Pegasus setelah mendapat kiriman file media yang diduga berasal dari Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman.
Catchcart mengatakan, seharusnya Apple angkat bicara terkait ancaman Pegasus sebagaimana yang dilakukan Microsoft.
“Tidak cukup hanya mengatakan kepada pengguna mereka untuk tidak kahwatir dengan hal ini. Tidak cukup sekadar mengatakan bahwa 'oh ini cuma ribuan atau puluhan ribu korban'," ujar Catchcart.
Catchcart juga mengatakan jika Pegasus 'menginfeksi' jurnalis di seluruh dunia,hal ini juga akan berdampak pada pembela hak asasi manusia di seluruh dunia, dan itu akan mempengaruhi kita semua. Dan jika ponsel seseorang tidak aman, artinya ponsel semua orang juga tidak aman.