Bernie Sanders: Trump Mendorong Pendulum Demokrasi Berayun ke Otoritarianisme

Demo menentang kebijakan Trump (Foto: Instagram Bernie Sanders)

PARBOABOA, Jakarta - Ia orang paling geram dan kecewa saat pebisnis Donald Trump kembali terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-47. Ketakutannya bahwa AS akan berada di bawah kendali pemerintahan oligarki, benar-benar mewujud.

Dialah Bernie Sanders, politisi berhaluan sosialis demokrat dan pemerhati rakyat kecil, yang tak henti menyuarakan pesan via medsos maupun bersafari ke sejumlah daerah mengingatkan rakyat AS bahwa negara ini tidak baik-baik saja. Menurut dia, kemenangan Trump telah menjerembabkan negara digdaya ini ke arah sistem oligarki, otoritarianisme, kleptokrasi, dan kesenjangan ekonomi yang semakin melebar.

“Selama bertahun-tahun saya telah memperingatkan bahwa kita sedang bergerak menuju masyarakat oligarki. Beberapa orang meragukan hal itu bahkan mengira saya berlebihan. Tapi sekarang semuanya [telah] ada di depan mata kita. Tidak ada lagi rahasia. [Kelompok] kelas miliarderlah yang kini menjalankan pemerintahan,” kata Sanders seperti disampaikannya di akun Instagram resminya.

Sanders yang pernah menjabat walikota Burlington (1981–1989) di negara bagian Vermont, terus mengunggah pesan anti oligarki. Ia juga rajin bersafari ke sejumlah negara bagian mengingatkan masyarakat AS untuk menyadari kemelencengan ini.

Amerika menurutnya tidak lagi menganut sistem demokrasi yang menurut Abraham Lincoln, presiden ke-16 yang memimpin AS keluar dari perang saudara, bertumpu pada azas dari, oleh, dan untuk rakyat. 

“Hari ini, jelas kita hidup di bawah pemerintahan dari, oleh, dan untuk [kaum] kelas miliarder.”

Tudingan itu bukan tanpa dasar. Bernie meyakini itulah realitasnya saat ini.

foto elon musk

ketgamb Elon Musk (foto: Instagram Bernie Sanders). #end

Elon Musk, orang terkaya di dunia, menyumbang US$277 juta saat kampanye pemilihan presiden demi kemenangan Donald Trump. Imbalannya, ia kini diberi jabatan penting dan strategis dalam pemerintahan.

“Ia [Elon Musk] menggelontorkan uang, dan ia mendapatkan persis [sepadan] seperti yang ia bayar,” ujar Bernie yang lahir pada 8 September 1941, di Brooklyn, New York.

Trump juga menunjuk 13 miliarder lainnya memimpin sejumlah lembaga pemerintahan penting dan berpengaruh. Negara praktis dijalankan oleh kelompok kecil elit super kaya AS.

Menuju Otoritarianisme

Namun, yang lebih mengkhawatirkannya adalah perubahan yang begitu cepat Amerika menjadi negara otoritarian. Kekuasaan Trump semakin menggungguli Kongres. Ia memutuskan menutup banyak program yang telah didanai Kongres. Menghabisi lembaga-lembaga yang secara hukum berada di luar jangkauan kekuasaannya.

“Dia [bahkan] telah menyerang berbagai media besar—menggugat ABC, CBS, Meta, dan Des Moines Register karena liputan yang tidak ia sukai,” kata Bernie.

Komisi Komunikasi Federal (Federal Communications Commission; FCC) yang berada di bawah Trump kini sedang menyelidiki PBS, jaringan televisi penyiaran publik yang beranggotakan 345 stasiun televisi di 50 negara bagian AS, dan NPR (radio publik AS), semata-mata karena Trump tidak sepaham dengan jurnalisme mereka. Trump mengancam akan mencabut fasilitas pendanaan federal bagi mereka.

“Ini adalah serangan langsung terhadap Amandemen Pertama dan kebebasan berekspresi. Pesannya sangat jelas: Aku yang berkuasa. Jangan mengkritikku!,” demikian disampaikan Sanders.

Tidak berhenti di sana, Trump kini menyasar lembaga peradilan.

“Ia benar-benar mencoba memakzulkan hakim-hakim hanya karena Trump tidak menyukai putusan mereka. Bukan begitu cara demokrasi bekerja. Bukan begitu cara Konstitusi bekerja. Tapi Trump tampaknya tidak peduli dengan semua itu,” katanya dengan nada emosi.

Seperti tidak ada puasnya, Trump juga menyerang universitas—mengkritik Harvard, Columbia, Princeton, dan lainnya karena menghadirkan mata kuliah atau mengizinkan acara yang tidak ia setujui.

“Selama bertahun-tahun, kaum konservatif bicara soal desentralisasi pemerintahan dan pentingnya pendidikan ditangani secara lokal. Tapi sekarang kita punya presiden yang mencoba mengatur apa yang boleh dan tidak boleh diajarkan di kampus.”

Dan sekarang, Trump mengangkat dirinya sendiri sebagai ketua dewan Kennedy Center. Tampaknya ia juga ingin mengontrol budaya.

Bernie Sanders tak akan membiarkan keadaan semakin memburuk. Dia mengajak seluruh rakyat untuk terlibat dalam gerakan melawan oligarki. Katanya: kita harus mendidik, mengorganisir, dan melawan—dengan kecerdasan dan disiplin.

“Dan jika kita melakukan itu, kita bisa menang!”

Editor: Rin Hindrayati
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS