PARBOABOA, Jakarta – Pernyataan “Jangan Asal Pilih Pemimpin” oleh Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, berbuntut panjang.
Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid, mengatakan bahwa pihaknya akan mendisiplinkan Yaqut terkait pernyataan tersebut.
Menanggapi hal itu, Yaqut sendiri mengaku jika dirinya sebagai kader PKB siap dan menghormati langkah partai yang hendak mendisiplinkannya.
Kendati demikian, Yaqut menerangkan bahwa hingga saat ini belum ada surat pemanggilan dari PKB untuknya.
Di samping itu, sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB, Yaqut menyatakan jika pengurus DPP tidak berhak memanggil dirinya.
Terlebih, lanjut dia, PKB memiliki anggaran dasar/anggaran rumah tangga (AD/ART) dan aturannya sendiri apabila hendak memanggil kader yang bermasalah.
Dalam kesempatan yang sama, Yaqut mengaku bingung dengan masalah yang disorot saat ini. Sebab, dia hanya mengajak masyarakat untuk berpikir dengan rasional saat akan memilih pemimpin.
Meski begitu, apabila pernyataan tersebut dianggap kurang tepat, maka dirinya tidak akan mempermasalahkannya.
Namun, Yaqut dengan tegas menolak untuk mencabut pernyataan tersebut. Dia tetap teguh dalam pendiriannya bahwa masyarakat harus berpikir cerdas dalam memilih pemimpin.
Menurutnya, rekam jejak seorang calon pemimpin merupakan hal yang sangat penting karena mereka akan mengurus sebuah negara.
Sebelumnya, Jazilul menyampaikan bahwa pendisiplinan terhadap Yaqut ini akan dilakukan karena pernyataan itu membuat publik berspekulasi dan bingung.
Dia menilai, pernyataan Yaqut sebagai Menag yang bertanggung jawab terhadap kerukunan umat beragama dan bagian dari pemerintahan itu terkesan menggiring opini.
Padahal, sambungnya, Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) sendiri meminta agar jangan ada politik pecah belah jelang pemilihan umum (pemilu).
Pernyataan Yaqut
Pada Jumat, (29/9/2023) lalu di Solo, Jawa Tengah, Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, mengajak seluruh masyarakat untuk memilih pemimpin berdasarkan track record-nya yang bagus.
Menag meminta masyarakat untuk tidak terbujuk oleh pemimpin yang hanya bermulut manis dan memiliki wajah rupawan.
Dia kemudian mencontohkan Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 serta Pemilu tahun 2014 dan 2019.
Di mana, Yaqut menilai jika calon pemimpin di era tersebut menggunakan agama sebagai alat untuk meraih kekuasaan.