2 Bulan Harga Cabai Mahal, Masyarakat dan Petani Menjerit

Pedagang cabai di Pasar Horas Kota Pematang Siantar (Dok. Parboaboa)

PARBOABOA, Pematang Siantar - Harga cabai tidak kunjung normal sejak dua bulan terakhir, mahalnya harga pupuk menjadi penyebab kenaikan. Masyarakat dan petani pun mulai merasakan dampaknya, untuk itu pemerintah diharapkan segera mengambil tindakan.

Saat ini harga cabai merah mencapai Rp100 ribu perkilogramnya, demikian kata salah seorang pedagang di Pasar Horas, Pematang Siantar, Rizki. Kepada Parboaboa ia menjelaskan, kenaikan sudah terjadi sejak Juni 2022.

Rizki pun mengeluh, akibat harga cabai yang terlalu tinggi, tingkat penjualan yang mengalami penurunan, karena masyarakat tidak mau membeli dalam jumlah yang banyak. “Gara-gara naik harga cabai ini, jadi tidak bisa jual banyak,” katanya, Senin, (01/08/2022).

Sementara, pedagang cabai lainnya, Nelvi (35), menjelaskan, jika kenaikan harga cabai merah dipicu oleh harga pupuk yang mahal. “Bukan gagal panen, tapi pupuk yang buat itu, pupuk kan mahal,” kata Nelvi seraya menjelaskan, untuk bahan pokok lainnya, yakni bawang, telur dan minyak harganya justru turun.

Masyarakat Khawatir

Penduduk Siantar, Vera Ginting yang berbelanja di Pasar Horas mengungkapkan kekesalannya atas kenaikan harga cabai yang tidak juga kunjung normal. Ia sangat khawatir harganya akan tetap bertahan mahal dalam jangka waktu lama.

Vera merupakan ibu rumah tangga yang gemar memasak sambal dengan banyak cabai merah.

“Asli parah sih bang, saya jadi mikir-mikir lagi buat beli cabai merah saking mahalnya. Padahal, orang rumah saya paling suka masakan bersambal yang dari cabai merah. Terpaksa saya kurangi dahululah untuk sementara ini,” ucap Vera kepada Parboaboa.

Pupuk Tidak Terkendali

R Boru Saragih, petani di Tigaras yang biasa menjual hasil panennya ke Kota Pematang Siantar menyebut, saat ini ada banyak petani “menjerit” atau sangat berkeluh kesah karena terpaksa berhenti menanam akibat harga pupuk yang mahal.

Ketersediaan pasokan di sentral pertanian cabai menjadi kurang, terutama dari Berastagi dan Simalungun, untuk dikirim ke Kota Pematang Siantar, karena menurut Saragih, banyak petani memutuskan “istirahat” pergi ke ladang. 

“Petani berpikir dua kali untuk menanam, biaya operasional yang dikeluarkan besar, mulai dari menanam hingga memanen, sehingga banyak yang berpikir dua kali untuk menanam,” katanya.

Dikatakan Saragih, saat ini harga pupuk perkilogramnya mencapai Rp720 ribu per 50 kilogram (Kg).

“Harga pupuk mahal, jadi orang-orang agak sungkan menanam cabai karena ketidakmampuan untuk membeli pupuk. Terlebih, biaya operasionalnya terbilang cukup besar dalam merawat dan memanen cabai ini, karena kita kan sewa orang lagi untuk itu,” jelasnya.

Saragih juga menjelaskan, beberapa waktu lalu, ketersediaan cabai rawit sempat langka di pasaran dan memicu kenaikan harga mencapai Rp160 ribu perkilogram.

“Nah, hanya baru-baru ini harganya mulai turun, khususnya cabai rawit dan cabai hijau karena masuk barangnya dari Aceh. Gitu juga cabai merah, sampai saat ini barangnya masih belum turun dari sana,” pungkasnya.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS