5 Skandal yang Memaksa Boris Johnson Mundur sebagai PM Inggris

Boris Johnson mundur setelah banyaknya tekanan akibat skandal yang meliputi pemerintahannya. AP

PARBOABOA, London - Boris Johnson pada Kamis waktu setempat mengumumkan pengunduran dirinya sebagai perdana menteri Inggris. 

Dilansir Associated Press, Jumat (8/7/2022), Johnson mundur akibat tingginya tekanan terkait sejumlah skandal yang meliputi pemerintahannya. 

Tidak berhenti sampai di situ, Partai Konservatif yang dipimpinnya pun memintanya mengundurkan diri, yang kemudian ia turuti. 

Namun demikian, Johnson akan menjabat sebagai PM hingga Partai Konservatif memilih penggantinya, yang bakal diumumkan pekan depan. 

Tak hanya itu, puluhan menteri dan pejabat pemerintahan ramai-ramai mundur sebagai cara untuk mendesak agar Johnson mundur.

Kantor berita Reuters merilis lima skandal yang mewarnai pemerintahan Johnson. 

1. Skandal Pincher

Pada Februari Johnson menunjuk Chris Pincher sebagai wakil ketua pemantau Partai Konservatif. Padahal kala itu ia sedang tersandung masalah seksual. Pincher juga dilaporkan mencoba menyentuh dan mencium seorang aktivis Konservatif pada 2017.

Kantor Perdana Menteri awalnya mengatakan jika Johnson tidak mengetahui tuduhan skandal seksual masa lalu Pincher.

Akan tetapi, mantan pegawai negeri senior, Simon McDonald, menulis surat yang mengatakan bahwa dia telah menyelidiki tuduhan tersebut pada  2019. Dia juga telah menguatkan pengaduan tersebut. 

Pincher juga dilaporkan meraba-raba dua pria di dalam acara pribadi. Ia tidak mengakui tuduhan itu secara langsung, tetapi mengatakan kepada Johnson melalui sebuah surat. 

"Semalam saya minum terlalu banyak dan mempermalukan diri sendiri dan orang lain," tulisnya. Johnson akhirnya mengaku telah salah menunjuk Pincher. Sayangnya, kesalahannya seperti tak termaafkan. 

Gelombang pengunduran diri pemerintah dimulai hanya beberapa menit setelah dia meminta maaf atas keputusan tersebut.

Dimulai dari Menteri Keuangan Rishi Sunak dan Menteri Kesehatan Sajid Javid yang mengumumkan pengunduran diri mereka. Dalam 24 jam berikutnya, puluhan pejabat juga mengikuti langkah keduanya.

2. Skandal Partygate

Istilah 'partygate' merujuk pada skandal pesta yang diadakan di pemerintahan, termasuk di kantor PM Jalan Downing Street. Pesta digelar saat pandemi Covid-19 dan melanggar aturan lockdown ketat COVID-19. 

Johnson didenda polisi karena menghadiri pesta ulang tahun. Dia juga dipaksa untuk meminta maaf kepada Ratu Elizabeth II setelah diketahui staf berpesta di Downing Street pada malam pemakaman Pangeran Philip pada April 2021. 

3. Skandal Seks Lain

Anggota parlemen konservatif Imran Ahmad Khan mengundurkan diri setelah dinyatakan bersalah melakukan pelecehan seksual terhadap seorang anak laki-laki berusia 15 tahun. 

Neil Parish, anggota parlemen Konservatif lainnya, mengundurkan diri setelah mengakui telah dua kali menonton pornografi melalui ponselnya saat menghadiri pertemuan di Majelis Rendah. 

Anggota parlemen Konservatif lainnya telah ditangkap karena dicurigai melakukan pemerkosaan, penyerangan seksual, dan pelanggaran lainnya. Sejauh ini para anggota parlemen itu belum diidentifikasi di media demi melindungi identitas tersangka dan korban.

4. Skandal Owen Paterson

Pada 2021 lalu Johnson berusaha memaksa anggota parlemen Konservatif untuk memilih, mendukung, dan membatalkan penangguhan sesama Anggota Konservatif Parlemen dan mantan menteri, Owen Paterson, selama 30 hari. Dia dituduh melakukan pelanggaran "mengerikan" terhadap aturan lobi.

5. Renovasi Apartemen Pribadi 

Pada 2021, Johnson meminta dana dari donatur Partai Konservatif untuk mernovasi apartemennya di Downing Street. Media Inggris melaporkan bahwa biaya renovasi itu menelan biaya US$280.000 (sekitar Rp4,1 miliar). 

Sumbangan dan pinjaman politik dikontrol dengan ketat di Inggris. Pinjaman lebih dari US$10.400 dicatat dan diungkapkan kepada publik oleh komisi empat kali setahun. Dan Johnson tidak melaporkan sumbangan tersebut. 

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS