PARBOABOA, Jakarta - Dosen Universitas Indonesia, Ade Armando mengeluarkan pernyataan yang membela aparat kepolisian dan menyatakan Aremania, suporter Arema FC, sebagai dalang dalam kericuhan di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (01/10/2022) lalu.
"Yang jadi pangkal masalah adalah suporter Arema yang sok jagoan, melanggar semua peraturan dalam stadion dengan gaya preman masuk ke lapangan, petentengan," kata Ade, seperti dikutip dari unggahan Youtube Cokro TV, Selasa (4/10).
Ade menilai jika Aremania bersikap sombong, bergaya preman, menantang, merusak, dan menyerang saat masuk kelapangan. Karena sikap itulah, menurut Ade tragedi di stadion Kanjuruhan tersebut terjadi.
"Yang jadi masalah adalah kelakuan suporter Arema. Memang tidak semua, menurut polisi yang menyerbu lapangan hanyalah tiga ribu orang. Tapi itu sudah cukup memporak-porandakan keadaan," kata Ade.
Sebaliknya, menurut Ade pihak kepolisian hanya menjalankan tugasnya untuk mengendalikan kerusuhan yang mengancam jiwa.
"Ketika polisi menggunakan gas air mata, itu adalah tindakan sesuai protap ketika mereka harus mengendalikan kerusuhan yang mengancam jiwa. Memang akibat gas air mata para penonton berlarian panik, dan sialnya pada saat mereka hendak keluar stadion, ternyata panitia belum sempat membuka pintu keluar. Akibatnya, terjadi penumpukan penonton, saling dorong, saling injak. Itulah yang menyebabkan tragedi terjadi," ujar Ade Armando.
Selain itu, Dosen Universitas Indonesia tersebut menilai jika saat ini ada pihak-pihak yang mencoba menyalahkan kepolisian atas insiden ini. Padahal menurutnya pangkal masalah sebenarnya adalah tindakan para suporter. Sehingga dia mengajak semua pihak bersikap objektif menilai permasalah ini.
"Sekali lagi marilah kita bersikap objektif, yang jadi pangkal masalah adalah suporter Arema yang sok jagoan, melanggar semua peraturan dalam stadion, dengan gaya preman masuk ke lapangan. Petentengan. Dalam pandangan saya Polisi sudah melaksanakan kewajibannya," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Tragedi Kanjuruhan ini terjadi usai Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya pada pertandingan lanjutan Liga 1 BRI, Sabtu (01/10/2022) lalu.
Para penggemar Arema, Aremania yang tidak terima dengan hasil laga tersebut masuk ke lapangan dan membuat kericuhan. Sehingga, tim pengamanan yang berada di lokasi menembakkan gas air mata demi meredakan aksi para suporter.
Tembakan gas air mata ini kemudian membuat para Aremania panik dan berdesak-desakan untuk keluar dari stadion. Namun, kepanikan tersebut membuat para Aremania mengalami sesak napas, terjatuh, dan terinjak-injak hingga tewas.
Sejauh ini, pemerintah mencatat 125 orang meninggal dunia dan 323 orang lainnya mengalami luka-luka.