Hasil Merger 4 Bank, Anggota DPR Nilai BSI Masih Berdiri di Kubangan Saat Bank Konvensional Sudah Digitalisasi

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah mengkritik buruknya sistem pengamanan siber milik Bank Syariah Indonesia (BSI), yang baru-baru ini diserang siber ransomware. Serangan tersebut bahkan menyebabkan gangguan layanan dan kebocoran 15 juta data nasabah dan karyawannya. (Foto: tangkapan layar YouTube Bank Syariah Indonesia)

PARBOABOA, Jakarta - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah mengkritik buruknya sistem pengamanan siber milik Bank Syariah Indonesia (BSI), yang baru-baru ini diserang siber ransomware. Serangan tersebut bahkan menyebabkan gangguan layanan dan kebocoran 15 juta data nasabah dan karyawannya.

Menurut Said, bank yang terbentuk dari hasil merger empat bank syariah di Indonesia ini harusnya lebih baik secara teknologi dan Sumber Daya Manusia dari bank konvensional di tanah air.

Namun, menurutnya, BSI justru masih berada di dalam kubangan di saat bank konvensional sudah menerapkan digitalisasi.

”Ini kan mestinya harus terus berkompetisi terus dengan bank umum (konvensional). Bank Umum sudah digitalisasi, bank syariah masih berdiri di kubangan, seharusnya Bank Syariah lebih maju dong,” ucapnya, dikutip Parboaboa dari laman Parlementaria, Selasa (23/05/2023).

Selain itu, Said juga menilai nilai saham BSI di Bursa Efek Indonesia jalan di tempat. Padahal, menurutnya, bank yang menerapkan prinsip syariah mendapat antusiasme yang tinggi dari masyarakat.

Oleh karenanya, politisi Frasksi PDI Perjuangan itu menyarankan agar para pemangku kekuasaan di dalam bank terus melakukan konsolidasi, agar perbaikan layanan dapat dilakukan dan dapat menumbuhkan kepercayaan di hati masyarakat.  

”Diakui atau tidak, bank syariah kita ada titik lemah di mana-mana. Antusiasme masyarakat terhadap bank syariah luar biasa, cuma institusi bank syariah tidak segera melakukan konsolidasi,” tambahnya.

Selain itu, dia menambahkan perlunya melakukan peningkatan dan pembenahan terhadap kemampuan SDM dan teknologi yang digunakan ke depannya, agar gangguan layanan yang terjadi sebelumnya tidak terulang kembali.

“Jangan sampai, antusias masyarakatnya luar biasa tapi banknya tidak berbenah seperti yang dialami BSI,” jelasnya.

Terkait dengan aksi peretasan dan serangan siber ransomware yang dialami BSI dan menyebabkan kebocoran data 1,5 TB termasuk 15 juta data nasabah dan karyawan tersebut, Said menyayangkannya. Menurutnya, hal ini sangat merugikan nasabah.

”Masak dengan mudahnya (diretas) seperti itu. 15 Juta data pelanggan. Kita sangat menyesalkan itu terjadi. Itu menunjukan bank syariah kita tidak berbenah. Hanya jualan syariahnya, itu tidak boleh. Kasian masyarakat yang antusiasnya luar biasa, tapi banknya tidak berbenah SDM-nya, IT-nya,” ucapnya lagi. . 

Editor: Rini
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS