PARBOABOA, Pontianak - PT. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) Ferry Indonesia menilai perlunya revitalisasi angkutan sungai di Kalimantan Barat. Hal itu didasarkan pada panjangnya Sungai Kapuas dan grafik pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada angka produksi penyeberangan penumpang dari PT ASDP Ferry Indonesia.
“Sudah jelas, sangat diperlukan revitalisasi,” kata General Manager PT ASDP Ferry Indonesia, Sigit Purwanto saat Diskusi Revitalisasi Sungai Kalimantan Barat oleh Dirjen Perhubungan Kemenhub, Rabu (19/7/2023).
Berdasarkan data Produksi ASDP, terjadi perubahan jumlah penumpang dari periode 2020 hingga 2023 pada operasional lintasan perintis di Kalbar.
Di 2020 sebanyak 9.345 orang, menurun di 2021 sebanyak 1.650 penumpang, kemudian meningkat sebanyak 3.979 di 2022.
“Pada operasional lintasan Komersil, pada 2020 sebanyak 48.229 penumpang, kemudian menurun drastis pada 2021 sebanyak 955 penumpang, di 2022 sebanyak 6.629 penumpang, dan tahun ini hingga Juni 2023 sebanyak 6.503 penumpang,” ungkap Sigit.
Lintasan komersil di Kalbar antara lain 2 kapal di Tebas Kuala-Tebas Seberang dan 2 kapal di Rasau Jaya-Teluk Batang.
Sementara lintasan perintis di Kalbar yaitu 1 kapal rute Rasau Jaya-Pinang Liar 1 Kapal rute Parit Sarem-Sungai Nipah, 1 kapal rute Kuala Buayan-Sungai Dekan, 1 kapal rute Cermai-Sungai Sumpit, 1 kapal rute Sei Asam-Sunyat, 1 kapal rute Teluk Malike-Jangkang Dua, 1 kapal rute Sumber Agung-Seponti Jaya.
Sigit juga menilai, akses jalan dan prasarana pelabuhan merupakan beberapa hal yang mempengaruhi berjalannya operasional angkutan sungai di Kalimantan.
Apalagi dari geografis wilayah Kalimantan, mayoritas kegiatan angkutan menggunakan kapal yang lintasannya berada di sungai, rawa, kanal dan terusan untuk mengangkut penumpang atau barang, baik yang diselenggarakan perorangan maupun perusahaan angkutan sungai dan danau.
Sementara beberapa kondisi yang terjadi pada angkutan sungai di Kalbar saat ini, kata Sigit, antara lain lemahnya penerapan dan pemenuhan standar keselamatan, belum ada keterpaduan dengan moda transportasi lainnya, fasilitas sarana dan prasarana belum memadai.
"Kurangnya SDM yang memiliki kompetensi, perubahan tata guna jalan yang berdampak pada kedalaman alur pelayanan dan lemahnya pengawasan keselamatan pelayaran," imbuhnya.
Revitalisasi Angkutan Sungai Bisa Dilakukan
Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Kelas II Kalbar menyebut, revitalisasi angkutan sungai di provinsi itu dapat dilakukan dengan beberapa hal antara lain, normalisasi alur pelayanan sungai dari sedimentasi tanaman liar dan sampah, pembangunan prasarana dermaga-dermaga dan halte sungai sebagai penunjang aktivitas logistik.
Kepala BPTD Kelas II Kalbar, I Ketut Suhartana melanjutkan, revitalisasi juga berupa pemetaan terhadap pusat-pusat kegiatan atau pemukiman yang berada atau pun memiliki akses ke tepi sungai dan melakukan transformasi pergeseran angkutan barang dari moda transportasi jalan menuju transportasi sungai.
“Optimalisasi pengembangan wisata air terutama pada program susur sungai ataupun wisata lain yang dapat memanfaatkan daerah aliran sungai,” katanya.
Ketut mengatakan, Kalbar memiliki ratusan sungai besar dan kecil yang beberapa di antaranya dapat dan sering dilayari.
“Salah satunya Sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Kalimantan yang berhulu di Kapuas Hulu, Kalbar sepanjang 1.143 kilometer dan bermuara di Selat Karimata di Laut Cina Selatan,” kata dia.
Menurutnya, ada beberapa keunggulan pengoperasian angkutan sungai. Di antaranya efisiensi waktu dan penghematan bahan bakar, mampu mencapai daerah pedalaman yang didominasi perairan, kemampuan untuk mengangkut barang tanpa mempengaruhi pembebanan pada badan sungai.
“Lebih ramah terhadap lingkungan dan biaya relatif murah dengan kapasitas angkutan yang besar,” imbuh Ketut.