PARBOABOA, Siantar - Perang antar Rusia dan Ukraina kian memanas. Bahkan, pasukan khusus Rusia kini sudah menembus Ibu Kota Ukraina, Kiev dalam invasi hari kedua, Jumat (25/2). Pertempuran sengit sedang berlangsung di jalan-jalan Kiev, di mana tembakan terdengar di dekat gedung parlemen ibu kota.
Akibatnya, sebanyak 1.000 anggota militer Ukraina tewas dalam serangan invasi Rusia. Ukraina mengklaim, korban meninggal pihak lawan tak sebanyak dari pihaknya.
"Rusia tidak menderita begitu banyak korban selama pertempuran di salah satu konflik bersenjatanya sejak awal," kata Kementrian Pertahanan Ukraina seperti dikutip dari Reuters, Jumat (25/2).
Tak hanya itu, perang ini juga mengakibatkan puluhan ribu orang telah meninggalkan Ukraina sejak dimulainya invasi Rusia. Mereka memilih berlindung ke negara tetangga seperti Polandia dan Moldova.
"Lebih dari 50.000 pengungsi Ukraina telah meninggalkan negara mereka dalam waktu kurang dari 48 jam - mayoritas ke Polandia dan Moldova," kata badan pengungsi PBB, Filippo Grandi.
Bahkan, Amerika Serikat telah menyatakan kesiapannya untuk menampung pengungsi Ukraina. Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki, menyatakan AS siap membantu negara-negara tetangga Ukraina menghadapi peningkatan arus pengungsi.
"Kami siap. Tetapi kami tentu berharap sebagian besar, atau mayoritas, ingin pergi ke Eropa dan negara-negara tetangga," ujar Psaki.
"Jadi kami juga bekerja sama dengan negara-negara Eropa menangani apa yang mereka butuhkan yakni kapasitas. Polandia, contohnya, adalah tempat di mana kami melihat peningkatan arus pengungsi selama 24 jam terakhir," sambungnya.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah memohon pertemuan langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin guna menghentikan perang yang terus berkecamuk.
"Jika pembicaraan memungkinkan, itu harus diadakan. Jika di Moskow mereka mengatakan ingin mengadakan pembicaraan, termasuk dalam status netral, kami tidak takut dengan ini," kata penasihat Presiden Mykhailo Podolyak.
Kabar baiknya, Rusia menyatakan siap mengirim perwakilan negara mereka ke Ibu Kota Belarus, Minsk untuk berdialog dengan Ukraina sesuai permintaan Presiden Volodymyr Zelensky guna menghentikan perang.
"Melanjutkan permintaan Zelensky untuk membicarakan status netral Ukraina, (Presiden Rusia Vladimir) Putin akan mengirim perwakilan dari Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri, dan pemerintahannya untuk bernegosiasi dengan delegasi Ukraina," ujar juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Di lain sisi, perbandingan kekuatan militer antara Rusia dan Ukraina memang terbilang timpang. Mengutip data Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) di 2022, Rusia memiliki 900 ribu personel aktif.
Sementara Ukraina hanya punya 196 ribu personel aktif. Rusia memiliki dua juta pasukan cadangan, sementara Ukraina hanya punya 900 ribu.
Dari sisi kendaraan lapis baja, Rusia memiliki lebih dari 15 ribu jenis kendaraan tersebut, sementara Ukraina hanya mempunyai 3.309 kendaraan jenis ini.
Dari sisi pesawat militer, Rusia juga masih unggul dengan 1.391 pesawat, sementara Ukraina hanya memiliki 132 pesawat. Rusia juga memiliki 49 kapal selam, sementara Ukraina tak memiliki kapal selam apapun.
Anggaran pertahanan mereka juga berbeda jauh. Ukraina memiliki anggaran militer sebanyak US$4,7 miliar (Rp67 triliun), sementara Rusia memiliki anggaran militer senilai US$45,8 miliar (Rp656 triliun).