Bacaan Tahiyat Awal NU, Apa Perbedaannya dengan Versi Muhammadiyah?

Bacaan Tahiyat Awal NU (Foto: Freepik/Queenmoonlite Studio)

PARBOABOA – Shalat adalah bentuk ibadah yang paling mendasar dalam agama Islam. Sebagai kewajiban lima waktu, shalat memegang peranan sentral dalam kehidupan seorang Muslim, menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 43:

وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ

Arab-Latin: Wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta warka'ụ ma'ar-rāki'īn

Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.

Bacaan tahiyat awal dan akhir dalam shalat juga merupakan bagian yang penting dan diucapkan oleh setiap Muslim dalam rangkaian ibadah mereka.

Namun, terdapat perbedaan dalam formulasi bacaan tahiyat awal NU dan Muhammadiyah, dua organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Meskipun keduanya memiliki akar yang sama dalam ajaran Islam, perbedaan ini mencerminkan interpretasi dan pandangan yang beragam terhadap tata cara ibadah.

Kali ini Anda akan menyelami lebih dalam mengenai bacaan tahiyat awal NU dan Muhammadiyah, serta menggali pemahaman masing-masing organisasi terhadap aspek penting dalam ritual shalat.

Simak penjelasannya berikut ini!

Bacaan Tahiyat Awal NU

bacaan tahiyat awal nu

Bacaan tahiyat awal NU (Foto: Freepik/garakta_studio)

Melansir buku Risalah Tuntunan Shalat Lengkap Plus 2022 oleh Moh. Rifa'I (2021), bacaan tahiyat awal NU dan bacaan Muhammadiyah dilakukan pada rakaat kedua dalam sholat. Pada posisi duduk, bisa membaca bacaan berikut:

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِاَ 

Bacaan Latin: Attahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaatu lillaah. Assalaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaaamu'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rosuulullah.

Artinya: "Segala penghormatan, keberkahan, salawat dan kebaikan hanya bagi Allah. Semoga salam sejahtera selalu tercurahkan kepadamu wahai nabi, demikian pula rahmat Allah dan berkah-Nya dan semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

Perbedaan Bacaan Tahiyat Awal NU dan Muhammadiyah

doa tahiyat awal nu

Doa tahiyat awal NU (Foto: Freepik/h9images)

Dilansir jurnal Hukum Penambahan Kata Sayyidina pada Shalawat Tasyahud Akhir menurut Fatwa Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama oleh Fadlillah (2022), menurut Nahdlatul Ulama, bacaan tahiyat awal NU dan akhir menambahkan kata “sayyidina” dalam shalawat yang dibaca ketika shalat tidaklah bermakna seperti menanjung Isa AS sebagai anak Allah. Menambahkan kata sayyidina hanya bertujuan memuliakan beliau sebagai nabi dan teladan manusia.

Sedangkan menurut Muhammadiyah, menambah, mengurangi, dan mengubah bacaan salat termasuk larangan dalam agama.

Bacaan-bacaan atau doa-doa dalam ibadah termasuk bacaan-bacaan yang sudah ditentukan agama, oleh sebab itu menambah kata sayyidina pun di muka kata Muhammad dan Ibrahim termasuk yang tidak diperkenankan.

Dengan merinci perbedaan dalam bacaan Tahiyat Awal NU dan Muhammadiyah, Anda dapat melihat bahwa kedua organisasi ini memberikan nilai dan penekanan yang berbeda dalam pelaksanaan ibadah shalat.

Meskipun perbedaan tersebut bisa menjadi ciri khas dari masing-masing tradisi, penting bagi Anda sebagai umat Islam untuk tetap menjaga semangat kerukunan dan toleransi antar sesama Muslim.

Meskipun Anda merayakan keberagaman dalam tata cara ibadah, pada intinya, Anda memiliki tujuan yang sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Semoga pemahaman mengenai perbedaan ini dapat membuka ruang untuk dialog yang lebih mendalam, memperkaya perspektif keagamaan, dan memperkuat kebersamaan umat Islam di Indonesia.

Editor: Sari
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS