PARBOABOA, Jakarta- Sabtu (18/02/2023), suasana sore di sekitar bendungan Situ Gintung tampak ramai pengunjung.
Bendungan raksasa peninggalan kolonial Belanda tersebut terlihat asri dengan beragam bunga yang bermekaran. Sebagian pengujung menggunakan jogging track.
Namun di balik keindahan dan ketenangan yang ditawarkan, Situ Gintung menyimpan sejarah kelam.
Bendungan tersebut sempat jebol di 2009 dan menumpahkan 2,1 juta liter air ke pemukiman warga di sekitar bendungan.
Peristiwa nahas tersebut terjadi subuh hari. Akibatnya ratusan korban jiwa tak terelakan.
Salah satu saksi mata jebolnya Situ Gintung, Syarif, (69) mengatakan peristiwa tersebut terjadi saat ia tengah menunaikan salat Subuh.
Seketika, ia merasakan getaran dan mendengar teriakan warga.
"Ada air, jebol....jebol",” terangnya saat menceritakan kepanikan saat itu.
Karena sebagaian besar warga masih terlelap, air yang bergemuruh leluasa menerjang dan menghancurkan perumahan Cirendui Permai.
Sekejap, menyapu sebagian Kampung Poncol.
"Air datang cepat sekali, seketika saya sedang berwudhu. Tanpa pikir panjang saya masuk kembali ke dalam rumah menyelamatkan anak istri. Saya sempat menggendong istri, tapi lalu terlepas kena terjang air. Saya hanyut, dan selamat. Tapi istri meninggal saat sudah ditemukan,” kenang Syarif.
Terjangan air yang sangat dahsyat, lanjut Syarif, juga merusak sebagian kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta. Persisnya Fakultas Kesehatan dan Agama Islam.
"Sekiranya 160 orang dinyatakan meninggal dunia dan puluhan orang hilang akibat tragedi itu. Sampai saat ini saya masih belum bisa melupakannya karena istri saya juga salah satu korban peristiwa subuh itu," tuturnya lirih.
Serupa disampaikan Johana (29), warga RT 01 RW 08 Kampung Gintung. Ia mengatakan banyak warga Kampung Gunung yang tinggal di bawah tanggul sudah tahu tanda-tanda akan terjadi banjir.
"Karena air sudah mulai menggenangi rumah warga, sebagian besar warga Kampung Gunung selamat, karena sudah tahu," katanya.
Diketahui penyebab jebolnya tanggul raksasa Situ Gintung kondisi bangunan tanggul yang sudah tua dan terbuat dari tanah liat.
Situ Gintung dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda 1932 sampai 1933. Dengan luasan 31 Hektare dan menampung sekitar 2,1 juta meter kubik air.