PARBOABOA - Indonesia terkenal akan keberagaman kuliner khasnya yang memikat selera. Setiap daerah di negeri ini memiliki hidangan khas yang mencerminkan kekayaan budaya dan bahan lokal yang digunakan.
Salah satu hidangan yang sangat populer adalah Siomay, sebuah variasi dari dim sum yang berasal dari bahasa Mandarin dan dikenal dengan berbagai nama seperti shumai, siewmai, shaomai, siumai, dan siomay.
Menurut Fadly Rahman, M.A, pengarang buku Rijstaffel, pengaruh terbesar dalam perkembangan kuliner Nusantara berasal dari budaya Belanda dan Tionghoa.
Fadly, yang juga seorang dosen di Departemen Sejarah dan Filologi Universitas Padjadjaran, menjelaskan bahwa hal ini telah dibahas secara rinci dalam dua edisi buku "Nusa Jawa: Silang Budaya".
Menurutnya, Indonesia tidak hanya mengadopsi unsur citarasa dari kedua budaya tersebut, tetapi juga peralatan, teknik memasak, dan bahkan rutinitas makan prasmanan.
Asal Usul Siomay
Dilansir dari Channel Youtube Asal Usul, Siomay berasal dari Mongolia Dalam, yang dalam bahasa Mandarin disebut Shaomai dan dalam bahasa Kanton disebut Siu Maai.
Siomay, yang berasal dari Tiongkok, awalnya terbuat dari daging babi cincang yang dibalut dengan kulit tipis dari tepung terigu.
Namun, di Indonesia, siomay telah mengalami variasi yang luas, dengan menggunakan bahan seperti daging udang, kepiting, atau sapi. Proses memasaknya dilakukan dengan cara mengukus.
Bentuk asli siomay adalah bulat pipih, sering kali disajikan dengan tambahan garnish seperti telur kepiting, parutan wortel, dan kacang polong, disantap bersama cuka atau kecap asin.
Di Indonesia, kehadiran siomay telah dipengaruhi oleh percampuran budaya antara Indonesia dan Tiongkok.
Dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, siomay di sini umumnya dibuat dari bahan-bahan halal seperti ayam, ikan tenggiri, atau udang, disertai dengan bumbu kacang.
Ada juga variasi bentuk siomay, yang mulai dari bulat pipih hingga bulat. Kulit tipis dari tepung terigu yang biasanya digunakan untuk membungkus siomay di Tiongkok telah digantikan dengan kulit pangsit di Indonesia.
Prestasi Global Siomay
Dilansir dari Instagram resmi @tasteatlas, Siomay meraih peringkat pertama dalam Top 100 Dumplings in The World versi platform katalog makanan dan minuman global.
Ini menjadikan Siomay sebagai satu-satunya makanan Indonesia yang terdaftar dalam daftar tersebut.
Menurut Taste Atlas, Siomay adalah hidangan khas Indonesia yang terdiri dari pangsit ikan kukus berbentuk kerucut, lengkap dengan telur, kentang, kol, tahu, dan pare, yang kemudian dipotong dan disiram dengan saus kacang pedas.
Biasanya, Siomay disajikan dengan kecap manis atau saus, serta perasan jeruk nipis untuk menambah kelezatannya.
Di laman Taste Atlas, Siomay mendapatkan penilaian tertinggi dengan skor 4.8, dan pengunjung situs dapat memberikan bintang setelah mendaftar sebagai anggota.
Selain Siomay, daftar ini juga mencakup beragam jenis dumpling lainnya, yang kebanyakan berasal dari China.
Beberapa yang menonjol termasuk Guotie dari China di peringkat kedua, diikuti oleh Tangbao dari China di peringkat ketiga, Gyoza dari Jepang di peringkat keempat, dan Jiaozi dari China di peringkat kelima.
Dari berbagai jenis dumpling yang tercantum dalam kategori Taste Atlas, berikut adalah perbedaan Siomay dengan keempat peringkat lainnya.
Guotie
Guotie merupakan variasi pangsit jiaozi Tiongkok yang digoreng. Ini merupakan pangsit khas Tiongkok Utara yang umumnya diisi dengan daging babi cincang, kubis Cina, daun bawang, jahe, arak beras, dan minyak biji wijen.
Tekstur renyah dan lembutnya diperoleh melalui metode memasak khusus. Saat bagian bawah pangsit digoreng, ditambahkan sedikit air ke dalam wajan yang kemudian ditutup.
Dari segi bentuk, guotie biasanya panjang dan lurus agar mudah berdiri dan tidak jatuh saat dimasak.
Dalam bahasa Inggris, guotie sering disebut ‘potsticker’ yang secara harafiah berarti 'menempel di panci'.
Tangbao
Nama ‘tangbao’ atau ‘tangbaozi’ mengacu pada jenis pangsit kukus berukuran besar dari Cina yang berisi sup.
Pangsit ini terbuat dari adonan beragi atau polos yang biasanya diisi dengan agar-agar, kemudian dilipat, dipelintir, dan ditutup rapat di bagian atas sebelum dikukus.
Saat proses pengukusan berlangsung, isi pangsit yang padat (biasanya terbuat dari daging babi cincang atau kepiting) berubah menjadi sup aromatik yang tetap terperangkap di dalam adonan.
Karena cita rasanya yang lezat, tangbao biasanya disajikan segera setelah dikukus untuk mempertahankan kecairan dan kehangatan kuahnya.
Gyoza
Gyoza adalah pangsit berbentuk bulan sabit berasal dari Jepang, yang terinspirasi dari pangsit jiaozi tradisional Tiongkok.
Pangsit ini telah mengalami sedikit penyesuaian agar sesuai dengan selera orang Jepang dan kini menjadi salah satu makanan favorit di negara tersebut.
Gyoza terbuat dari kulit tipis yang dibuat dari campuran tepung terigu, telur, dan air, yang kemudian diisi dengan campuran daging dan sayuran.
Isian ini sering bervariasi tergantung pada wilayahnya, namun bahan yang umum digunakan antara lain daging babi atau ayam cincang, kubis, bawang putih, jahe, dan daun bawang yang cukup banyak.
Secara tradisional, gyoza dapat disiapkan dengan tiga cara yang berbeda: digoreng, direbus, dan dikukus.
Gyoza biasanya disajikan dengan saus celup yang dibuat dari cuka beras, kecap, dan minyak wijen.
Jiaozi
Pangsit Tiongkok, yang dikenal sebagai jiaozi, dibuat dari adonan yang digulung tipis dan diisi dengan daging atau campuran sayuran.
Jiaozi merupakan salah satu hidangan paling populer dan sering dikonsumsi di Tiongkok dan Asia Timur.
Pangsit ini bisa disajikan sebagai hidangan pembuka atau utama, biasanya disertai dengan saus berbasis kecap. Secara tradisional, jiaozi sering dimakan selama perayaan Tahun Baru Imlek.
Jiaozi dapat dimasak dengan tiga cara berbeda, yakni direbus, dikukus, dan digoreng. Dalam hal teknik melipatnya, ada beragam metode, tetapi yang paling populer adalah 'lipatan tepi terjepit', yang menghasilkan jiaozi berbentuk bulan sabit yang sangat disukai di Tiongkok.