Di Balik Dapur Anies Bubble dan Gelombang Kpopfikasi Capres

Tampilan halaman muka akun X @aniesbubble (Foto: PARBOABOA/Muazam)

PARBOABOA - Suara perempuan di ujung sambungan telepon itu terdengar ramah. Parboboa berkomunikasi dengannya melalui aplikasi perpesan Telegram akhir Januari lalu.

Mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Jabodetabek itu lancar berbicara. Dipantik sedikit saja, ia nyerocos panjang lebar, runut tanpa terbata-bata. 

Sejak awal ia tidak ingin identitasnya diungkap. Ia hanya meminta dipanggil Abel. 

Obrolan pun mengalir lebih dari satu jam. Pada satu bagian, dia mengaku terkejut ketika akun X yang dikelolanya menjadi perbincangan. 

"Saya nggak expect jadi booming gitu," ujarnya. 

Abel adalah orang di balik akun X—dulu bernama Twitter—dengan username @aniesbubble. Akun ini hadir dengan nuansa Kpop dan menjadi populer di tengah hingar bingar pemilihan Presiden 2024.

Abel mengaku bukan tipikal orang yang tertarik dengan politik. Tapi suatu momen pada Desember 2023 mengubah pandangannya. 

"Pertama kali milih itu, ya, tahun ini, kan", ungkap penggemar NCT, grup vokal asal Korea Selatan, ini. 

Saat itu, suasana kampanye pemilihan presiden sudah sangat terasa. Abel kepincut dengan figur Anies Baswedan, salah satu calon presiden yang berlaga. Ketertarikan tersebut muncul setelah Anies pertama kali melakukan live Tiktok, yang kemudian menarik banyak penonton. 

Baginya, Anies seperti artis Kpop yang berasal dari agensi kecil. Di komunitas fan Kpop, istilah semacam itu menggambarkan artis dalam naungan agensi dengan modal pas-pasan. 

"Agensi miskinlah, tapi dia itu punya talenta," Abel menjelaskan. 

Ia merujuk pada modal kampanye pasangan Anies Baswedan dan Muhamin Iskandar (Amin) yang relatif lebih kecil dibanding pasangan lain. 

Tiba-tiba saja ide membuat @aniebubble muncul untuk sekadar lucu-lucuan. Niat awalnya, kata Abel, hanya membuat akun berisi informasi live TikTok Anies.

Sebuah akun X miliknya, yang dibelinya dari seseorang pada medio 2023, bersalin nama menjadi @aniesbubble. Abel semula berencana menggunakan akun itu untuk berjualan gambar-gambar karyanya. 

Sekitar akhir Desember lalu Anies Bubble mulai aktif berkicau di X. Di jagat Kpop, bubble semacam wadah artis berkomunikasi dengan fan. Abel sudah akrab mengelola akun fan untuk mempromosikan idol tertentu.

Food Truck yang digagas Anies Bubble dan Olppaemi Project di Jakarta Selatan, 7 Januari 2024. (Foto: Dok Anies Bubble)

Di hari-hari awal kemunculannya, akun itu hanya punya 300-an pengikut. Hanya dalam hitungan hari @aniesbubble menjelma menjadi fenomena politik baru.

Banyak akun nimbrung dalam perbincangan Anies Bubble. Menurut Abel, ada di antara mereka yang memang fan Kpop, ada juga yang bukan.

“Mereka yang bukan K-Pop kalau jawab (tweet) itu beda sendiri. Kelihatan sih (bedanya),” ia berujar. 

Hingga Minggu (4/2/2024), akun tersebut punya 176 ribu pengikut. Ia menjadi rujukan bagi orang yang juga mengidolai Anies. 

Kehadiran Anies Bubble kemudian menginspirasi gerakan bercorak Kpop lain yang mendukung Anies-Muhaimin, salah satunya Olppaemi Project (@olpproject). Abel ingat, suatu ketika ada salah satu akun yang membalas cuitannya. 

"Awalnya kayak bercanda, 'Kak, ini kalau misalnya ada videotron lucu nih'," kata Abel. 

Videotron dari kacamata Kpopers, sebutan untuk para penggandrung Kpop, bisa dimaknai semacam bentuk dukungan untuk artis idola. Mereka biasanya akan menggalang donasi untuk membiayai proyek menyewa videotron di lokasi tertentu untuk menampilkan idolanya. 

Abel tidak berani menyanggupi tantangan itu. Dia khawatir tidak sanggup memenuhinya. 

"Pertama capek, terus abis itu saya juga ngelakuin ini kayak for fun kok ini jadinya ngeberatin,” kata perempuan yang mulai menggemari Kpop sejak 2017 itu. 

Orang-orang yang menginisiasi ide videotron tadi kemudian membentuk grup sendiri. Itulah yang kemudian menjadi bibit awal terbentuknya Olppaemi Project. 

Merekalah yang “bertanggung jawab” atas pemasangan videotron Anies di salah satu mall di Bekasi, Jawa Barat. Videotron itu sempat viral lantaran diturunkan sepihak oleh pengelola. 

Olppaemi pula yang berinisiatif menyediakan food truck di salah satu kegiatan kampanye pasangan Amin di Jakarta Selatan. Parboaboa sempat berkomunikasi dengan admin akun Olppaemi. 

Ia menyatakan bersedia diwawancarai. Namun, belakangan Olppaemi sulit dikontak kembali. 

Abel melalui @aniesbubble tetap mendukung kegiatan Olppaemi. Ia mempublikasikan kegiatan mereka, sambil sesekali membantu untuk keperluan desain. 

Nah, Abel pula yang pertama kali mempopulerkan ikon burung hantu atau owl untuk merepresentasikan Anies Baswedan. Ia juga yang mengawali usul menyebut penggemar Anies sebagai “Humanies”. 

Pemberian ikon dan sebutan itu, seperti juga videotron dan food truck,  juga merupakan bagian dari kultur khas fan Kpop. Lain waktu, ada lagi orang yang mengirim direct message ke @aniesbubble. 

Si pengirim punya ide membuat situs. Abel pun ikut membantu. Dari situ, ia kemudian berpikir untuk membuat website lain yang kelak beralamat di haveaniesday.com. 

Tampilan situs haveaniesday.com (Foto: PARBOABOA/Muazam))

Bak gayung bersambut, seseorang mengontak Olppaemin untuk menawarkan kolaborasi pembuatan situs. Jadilah, mereka akhirnya bekerja sama. 

Abel merasa puas karena semua idenya bisa diterjemahkan ke dalam sebuah situs dari sisi teknis. Ia menganggap dirinya sebagai seorang perfeksionis. 

Ia tidak bisa menoleransi masalah sekecil apa pun. “Alhamdulillah dia ngejabanin semua,” katanya.

Dari sisi animasi situs, ia juga dibantu orang lain dalam tim haveaniesday.com. Sementara Abel fokus di ilustrasi halaman muka.

Kolaborasi tersebut dikelola melalui discord, sebuah platform sosial perpesan. Uniknya, dalam kolaborasi tersebut, Abel juga tidak pernah mengungkapkan identitas aslinya. 

Ia menggunakan kode “Bubur” tiap berkomunikasi. Sementara kode anggota yang lain adalah “Ager”, “Jeje”, “Shaka G” dan “Caryn”.

“Sejujurnya muka satu sama lain aja kita sebenernya nggak tahu,” ungkap Abel. 

Soal kerahasiaan itu juga dibawanya ke dunia nyata. Hanya lima teman dekat dan keluarganya yang tahu dia berada di balik Anies Bubble. Dan mereka pun kaget mengetahui fakta itu. 

Cerita lucu lainnya terjadi ketika Abel pernah semobil dengan Timnas Anies dalam sebuah kegiatan. Akan tetapi mereka tidak menyadari kehadiran admin @aniesbubble di sana. 

Tim yang membuat haveaniesday.com rata-rata berusia 20-an tahun, Abel yang paling muda. Ia bersyukur dipertemukan relawan-relawan semacam itu. 

Apalagi mereka bekerja tanpa imbalan. Abel mengaku tidak pernah mendapat sepeser pun dari aktivitasnya mengidolai Anies. 

“Udah berharap padahal (untuk biaya operasional). Awalnya saya buka dm (direct mesagge) itu biar dikasih dana,” katanya setengah berkelakar. 

Ia tak punya harapan muluk untuk Anies Bubble. Ia cuma ingin membuka mata generasi muda bahwa politik tak semenyeramkan yang dibayangkan. 

Itu sebabnya, Abel tak pernah memasukan ajakan memilih Anies atau mencantumkan nomor urut. Ia justru ingin menanamkan pesan bahwa pemilih harus kritis. 

Ia selalu menyisipkan tautan ke situs “bijak memilih”di setiap konten yang ditayangkan. Kalau Anies Bubble dianggap gerakan politik, Abel tak ambil pusing.

“Sebenarnya kalau boleh saya bilang, ini kayak akun parodi,” jawab Abel enteng.

Dengan begitu, pemilu menjadi lebih asik dan seru. Syukur-syukur, kontribusinya bisa tercatat dalam buku sejarah, lanjut Abel sambil tertawa.  

Anies Baswedan bersama istri dan Humanies berfoto di Food Truck, 7 Januari 2024. (Foto: Dok tim Anies Baswedan)

Apa yang dimulai Anies Bubble telah menciptakan efek berantai. Hilmawan Adi Nugroho, seorang fan Kpop, tergerak menggarap proyek LED truck untuk menyosialisasikan pasangan Amin. Ia menggunakan akun X @rymnleo untuk menggalang donasi. 

“Kami terinspirasi dari gerakan yang dibuat oleh olpproject,” ungkapnya melalui pesan WhatsApp kepada Parboaboa. 

LED truck juga merupakan cara fan KPop mendukung gacoannya. Hilmawan bersama beberapa orang lain menggalang dana untuk proyek tersebut. 

Hingga artikel ini ditayangkan, sudah ada tiga lokasi yang disambangi LED truck Amin, yakni di Tarakan, Tangerang dan Jakarta. 

“Dan akan ada di Makassar, Samarinda, dan JIS (Jakarta International Stadium),” katanya. 

Lokasi LED truck sengaja dipilih di area keramaian yang mampu menarik perhatian orang. Hilmawan menilai penggunaan LED Truck sebagai sarana promosi lebih efektif. 

Setiap mobil berjalan hingga 12 jam dengan jangkauan pemilih yang banyak serta jarak pandang yang dekat.

Hilmawan selalu membuat laporan keuangan tiap proyek LED truck selesai. Tujuannya untuk memberikan transparansi kepada donatur.

Apalagi, jumlah dana yang terkumpul tidak main-main, sampai Rp80-an juta. Serupa dengan Anies Bubble, ia tak memasukkan unsur ajakan memilih Amin. 

Murni untuk mengajak orang-orang mengetahui lebih dekat saja,” ia mengungkapkan alasannya. 

Ia tidak memungkiri gerakan ini hadir dalam konteks politik. Namun ia menegaskan tidak punya afiliasi dengan tim pemenangan.

LED Truck berwajah Anies Baswedan yang digagas Humanies di Tangerang, Banten, Minggu (28/1/2024). (Foto: PARBOABOA/Muazam)

Anies Bubble juga mengilhami inisiatif-inisiatif “kecil” fan Kpop untuk mengekspresikan kekaguman mereka kepada Anies. Sebutlah Wardatul Ulya dan Nafa, dua sahabat yang membuat pernak-pernik Anies dengan gaya Kpop.

"Jujur, terinspirasi dari ramainya Anies Bubble," kata Nafa

Karya berupa merchandise, hand banner, photocard dan kaos itu mereka bagikan gratis di lokasi acara kampanye Anies. Kaos yang mereka buat sampai mendapat perhatian Anies di momen jelang debat presiden ketiga. 

Ulya bahkan beroleh kesempatan memberikan hand banner dan kaos bertulisan "anak abah" ke Anies langsung. Tren yang dicetuskan Anies Bubble, menurutnya, membuat pemilu lebih menyenangkan. 

Ulya yang semula tidak peduli sama sekali dengan politik pun akhirnya ikut terlibat keseruannya.   

"Karena tau ada gerakan menyenangkan ini terus aku kucuk-kucuk ikutan, kan lama-lama jadi tau juga," kata perempuan 25 tahun, yang bahkan lupa apakah dirinya ikut mencoblos atau tidak pada 2019.

Suray Agung Nugroho, Pengajar Bahasa dan Budaya Korea di Universitas Gadjah Mada, melihat merembesnya kultur Kpop di Pemilu kali ini sebagai hal alami. Penggemar Kpop memang rela mengeluarkan biaya, waktu dan tenaga untuk mendukung idolanya. 

"Kalau nggak benar-benar puas nggak akan bayar," ujarnya. 

Di sisi lain, gejala tersebut juga menunjukkan bahwa fenomena Kpop bisa diimplementasikan pada bidang lain, dalam hal ini politik. Suray kurang setuju bila fenomena Kpopfikasi dianggap sebagai gerakan politik. 

Kpopfikasi bisa diartikan sebagai cara mengekspresikan dukungan terhadap seseorang yang diidolai sebagaimana fan Kpop memperlakukan artis pujaannya. 

Kpopers, menurut Suray, juga punya sensitivitas terhadap situasi sekitar sebagai individu independen. Hal itu bisa dilihat dari bagaimana mereka menggalang aktivitas sosial.

Contoh yang terbaru, misalnya, bantuan dari fan Kpop untuk krisis kemanusiaan di Palestina. Ia melihat kemunculan Anies Bubble dan lainnya lebih didorong euforia. 

"Anggap ini sebagai aspirasi politik, ini kan personal," imbuhnya. 

Nyarwi Ahmad, Dosen Komunikasi Universitas Gajah Mada, juga punya pandangan yang mirip. Namun, ia menambahkan upaya Kpopfikasi di ranah politik sebenarnya bukan hal baru. 

Menteri BUMN Erick Thohir, kata dia, pernah mencoba menggunakan pendekatan ini saat bursa capres dan cawapres masih belum ajek. Hal itu sempat diteliti secara khusus oleh salah satu mahasiswanya. Hanya saja, upaya Kpopfikasi Erick kurang mendapat sambutan dan tidak menjadi besar. 

"Jadi Erick juga banyak nge-push dengan Kpop," ujarnya. 

Pendekatan ala Kpop, menurutnya, dari sisi komunikasi bisa saja efektif untuk mempopulerkan calon tertentu. Segmen pemilih muda adalah kelompok yang paling bisa digaet. 

Sejumlah fan Anies Baswedan berpose memegang hand banner ala Kpop di depan videotron di Fatmawati, Jakarta Selatan, Rabu (24/1/2024). (Foto: PARBOABOA/Muazam)

Nyarwi menjelaskan, mereka rata-rata akrab dengan kultur pop. Di sisi lain, juga ada segmen pemilih yang tidak suka pada isu politik yang keras seperti perbincangan soal demokrasi, sistem politik, partai politik, dan seterusnya. Nyarwi menilai kelompok tersebut lebih suka pendekatan budaya, gaya hidup, dll. 

"Saya kira lebih mudah bila politisi masuk dalam ke mereka menggunakan simpul-simpul budaya populer," analisisnya.

Bisa saja Kpopfikasi menjadi sarana mendulang suara. Apalagi 53 persen daftar pemilih tetap (DPT) didominasi kalangan muda. 

Hanya saja, Nyarwi belum bisa memprediksi efek tersebut. Berapa besar pengaruhnya, sambung dia, perlu ditinjau menggunakan riset terukur. Pada akhirnya, waktu yang akan menjawabnya ketika penghitungan suara.

Reporter: Muazam

Editor: Jenar
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS