DPRD: Direksi PDAM Tirtauli dan Pemko Pematang Siantar Gagal Jamin Akses Air Bersih Warga Tambun Nabolon

DPRD Pematang Siantar menilai tersendatnya pasokan air bersih dari PDAM Tirtauli di Kelurahan Tambun Nabolon, Kecamatan Siantar Martoba yang telah berlangsung 2 bulan merupakan bentuk kegagalan direksi dan Wali Kota Pematang Siantar. (Foto: PARBOABOA/Calvin Siboro))

PARBOABOA, Pematang Siantar - DPRD Pematang Siantar menilai tersendatnya pasokan air bersih dari PDAM Tirtauli di Kelurahan Tambun Nabolon, Kecamatan Siantar Martoba yang telah berlangsung selama 2 bulan merupakan bentuk kegagalan direksi dan Wali Kota Pematang Siantar.

Menurut Anggota Komisi III DPRD Pematang Siantar, Daud Simanjuntak, kegagalan tersebut yaitu menjamin pemenuhan akses air bersih yang baik di masyarakat, terutama di Kelurahan Tambun Nabolon.

“Kalau cerita sampai berbulan-bulan sudah seperti itu, maaf, itu bentuk kekurangajaran dari Direksi PDAM Tirtauli. Kalau sudah sampai berbulan-bulan itu enggak bener itu manajemennya. Manajemen PDAM harus lebih agresif lah untuk memperbaiki keadaan keadaan seperti itu. Kalau Kota Pematang Siantar juga airnya enggak lancar, itu manajemen PDAM harus periksa diri," katanya kepada Parboaboa, Kamis (27/07/2023).

Politisi Partai Golkar ini akan menghubungi Direksi PDAM Tirtauli untuk mengatasi persoalan ini dengan cepat dan agar kejadian serupa tidak terulang lagi di kelurahan lain di Kota Pematang Siantar.

“Saya akan telepon Dirutnya (PDAM) untuk secepatnya mengatasi persoalan ini. Jangan sampai hal seperti ini terjadi lagi dan kalau ada terjadi kerusakan jangan sampai hitung minggu atau hitung hari. Harus hitung jam, selesai permasalahan. Apalagi Undang-Undang kita pun menjamin itu. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jangan, isinya (pegawai) sarjana-sarjana semua, tapi menjalankan amanat Undang-Undang tidak bisa," kesal Daud Simanjuntak.

Ia juga menyindir penghargaan yang baru saja diterima PDAM Tirtauli sebagai BUMD terbaik di Indonesia.

Daud menilai, penghargaan terbaik bukan yang diberikan oleh suatu lembaga melainkan dari masyarakat yang puas akan pelayanan yang telah diberikan.

"Terlepas dapat atau tidak dapatnya penghargaan ya, jangan hanya sebatas atau tidak dapat. Yang paling perlu kita dapat penghargaan pelayanan yang terbaik dari masyarakat. Itu yang paling penting. Kalau hanya selembar kertasnya dari lembaga lembaga mana itu enggak penting. Saya enggak percaya itu. Terus terang saja. Bisa ditukang-tukanginya itu. Bisa direkayasa itu. Hal yang paling penting adalah bagaimana pelayanan yang prima ke masyarakat. Masyarakat yang memberi penghargaan. Pertama, tidak ada keluhan seperti ini. Airnya lancar. Ini yang paling pokok di seluruh wilayah kota. Penghargaan seperti itu yang paling perlu," tegasnya dengan logat Batak.

Sebelumnya, warga yang tinggal di Kelurahan Tambun Nabolon, Kecamatan Martoba, Kota Pematang Siantar, Sumatra Utara mengeluhkan tersendatnya pasokan air bersih dari PDAM Tirtauli.

Warga Tambun Nabolon, Kecamatan Martoba, Kota Pematang Siantar, mengeluhkan tersendatnya pasokan air bersih dari PDAM Tirtauli. (Foto: PARBOABOA/Calvin Siboro) 

Salah satunya Samsul, yang meminta adanya langkah konkret Pemko Pematang Siantar untuk segera menyelesaikan permasalahan air bersih warga, agar masyarakat dapat merasakan kualitas hidup yang layak dan fasilitas air bersih terpenuhi dengan baik.

"Kami sudah berulang kali melaporkan masalah ini kepada pihak PDAM. Jawaban dari mereka bilang kalau pegawai dari mereka memperbaiki. Tapi sudah sampai 2 bulan masalahnya enggak kunjung selesai. Kami masyarakat di sini sih berharap agar pemerintah daerah segera turun tangan dalam mengatasi masalah ini agar kami bisa menikmati air bersih dengan layak," keluhnya.

Apalagi, kata Samsul, dalam hal penagihan, PDAM Tirtauli melakukannya sesegera mungkin kepada pelanggan mereka. Sedangkan untuk menanggapi keluhan warga, PDAM terkesan enggan melakukannya yang terbukti hingga saat ini, air yang mengalir tidak lancar.

“Orang ini (PDAM Tirtauli) cuman cepat menagih aja (biaya air) dari kami. Kalau telat bayar langsung diputus. Tapi kalau ada masalah yang kayak gini (air mati) malas kali memperbaikinya,” kesal Samsul.

Selain Samsul, ada Martina (bukan nama sebenar), seorang ibu rumah tangga dari Kelurahan Tambun Nabolon yang menyebut air PDAM hanya mengalir di malam hari. Itupun debitnya sangat kecil. Kondisi tersebut, kata dia, telah berlangsung lebih dari 2 bulan.

“Dari pagi sampai siang air di sini mati. Sudah 2 bulan lebih kayak gini. Susah kalau ada tamu yang datang terus numpang ke kamar mandi. Mau enggak mau, harus disuruh ke SPBU lah," katanya kepada PARBOABOA,Rabu(26/07/2023).

Senada dengan Martina, Sondang, warga di Kelurahan Tambun Nabolon juga mengeluhkan hal yang sama. Ia mengatakan, air yang tak kunjung mengalir menyulitkannya menyiapkan keperluan sehari-hari seperti masak, mandi dan mencuci.

“Sangat sulit lah. Apalagi kalau mau masak air minum dan masak nasi. Belum lagi kalau mau mandi di pagi hari,” keluhnya.

Sementara Sondang menyiasati kebutuhan air bersihnya dengan berjaga di malam hari untuk menampung air. Kadang, ia terpaksa membeli air galon untuk memenuhi kebutuhannya.

“Mau enggak mau harus ditampung malam lah. Itupun kecil kali airnya kalau malam," kesalnya.

Solusi serupa juga dilakukan Rina (bukan nama sebenar), warga Kelurahan Tambun Nabolon yang juga harus membeli air untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Ia mengaku turut menampung air PDAM dengan debit yang kecil di malam hari, namun terkadang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

“Ya ditampungnya di malam hari lah bang. Cuman kan karena air nya kecil, kadang juga harus beli air galon buat kebutuhan sehari-hari. Kalau cuman ngandalin air yang ditampung tadi kadang kurang," jelas Rina.

Editor: Kurniati
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS