Gajah 43 Tahun Mati di Pusat Konservasi Aek Nauli karena Malnutrisi

Petugas melakukan nekropsi (bedah bangkai hewan) terhadap gajah yang mati di Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC), Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara (Sumut). (Foto: Dok BBKSDA Sumut)

PARBOABOA, Simalungun - Gajah jantan Dwiki berumur 43 tahun mati di pusat koservasi Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC), Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara (Sumut) karena malnutrisi (ketidak seimbangan nutrisi dalam tubuh).  

Kepala Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya (BBKSDA) Sumut, Rudianto Saragih Napitu menyampaikan, gajah Dwiki dipindahkan dari Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) ke Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC). 

"Setelah sampai di ANECC dilakukan perawatan intensif dengan diberikan pakan, obat-obatan dan vitamin," katanya, Jumat (17/02/2023). 

Rudianto menyampaikan pada tanggal 7 dan 8 Januari 2023, Tim Medis Vesswic, yaitu dokter hewan Daniel Sianipar dan dokter hewan Munhar melakukan kunjungan ke ANECC untuk monitoring kondisi kesehatan Dwiki.

"Pada saat pemeriksaan, ditemukan kondisi kesehatan Dwiki yang memiliki luka luar di pipi kanan sudah mulai membaik, serta sudah mulai makan dan minum walaupun sedikit," ucapnya. 

Memasuki awal Februari 2023, Rudianto mengatakan Dwiki mulai mengalami perubahan perilaku tidak mau makan. 

"Atas kondisi tersebut, pada tanggal 11 Februari 2023, dokter Vesswic kembali turun ke ANECC," ungkapnya.

Tim vesswic dibatu Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik menurunkan dokter hewan ahli gajah dari Taman Safari Indonesia (TSI), drh. Bongot Huaso Muka dan drh. M. Nanang Tejolaksono, untuk merawat intensif Dwiki. Sebanyak 100 botol infus, obat-obatan dan vitamin diberikan. 

"Namun kondisi Gajah Dwiki semakin melemah. Akhirnya pada Selasa, 14 Februari 2023, pukul 06.20 WIB tidak tertolong lagi dan dinyatakan mati," ungkapnya. 

Gajah Mengalami Malnutrisi 

Kepala BBKSDA Sumut melanjutkan, gajah berumur 43 tahun tersebut dilakukan nekropsi dengan hasil sesuai dengan penjelasan dokter, terjadi infeksi pada gigi kanan bawah sehingga tidak bisa tumbuh secara normal. 

Menurut pemeriksaan itu, lanjut Rudianto, mengakibatkan gigi graham atas yang sehat tidak tumbuh normal, membuat penampakannya menjadi asimetris antara kiri dan kanan. Kelainan struktur gigi ini mengakibatkan gajah sulit untuk makan dan jumlahnya makin hari berkurang.

"Ini juga berdampak pada lambung, volumenya tidak bisa optimal. Hal ini diperparah dengan intosusepsi lambung dan menjadi malnutrisi dan malabsorsi, di mana tubuh kesulitan menyerap nutrisi dari makanan sehingga terjadi penurunan kesehatan dan berat badan," jelas Rudianto. 

Selain itu, terang Rudiantor kembali, hasil Nekropsi juga ditemukan luka rahang bagian dalam, membuat gajah tidak mau makan dan membuatnya mati. Pemeriksaan Nekropsi meliputi bagian hati, paru, ginjal, jantung, limpa dan vesica urinaria untuk pemeriksaan Histopatologi di Balai Veteriner Medan guna mendapatkan informasi yang lebih valid terkait kematian Gajah Dwiki.

"Selesai Nekropsi bangkai gajah Dwiki pada 14 Februari 2023 dikuburkan di lokasi ANECC, sedangkan gading gajah dipotong untuk disimpan di Balai Besar KSDA Sumatra Utara," pungkasnya. 

Editor: RW
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS