Gunung Dago Bogor Sport And Tourism: Bekas Tambang Batu yang Disulap Jadi Objek Wisata Andalan Parung Panjang

Pemandangan dari Gunung Dago, bekas tambang batu pegunungan yang dirubah menjadi objek wisata di Kampung Dago Girang, Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat. (Foto: PARBOABOA/Heri Setiawan)

PARBOABOA, Bogor - Siapa sangka, bekas tambang batu pegunungan kini berubah menjadi objek wisata andalan di Kampung Dago Girang, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Oleh masyarakat, objek wisata tersebut diberi nama 'Gunung Dago Bogor Sport And Tourism', karena di sana, wisatawan dapat menikmati pemandangan Gunung Dago dari atas bukit.

Menurut Pengelola Gunung Dago Junaedi, objek wisata ini awalnya dibangun oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dari bekas gunung tanah tambang batu pegunungan yang dipinjam pakai oleh PT Perhutani dengan luas 20 hektare.

"Objek Wisata Gunung Dago ini berkat perjuangan semua pihak. Awalnya ini lahan bekas tambang yang bangkrut di tahun 1990, kemudian dibangun oleh LMDH tahun 2012, karena kita melihat peluang, setiap sore banyak dipakai nongkrong, dan kita mulai garap ini tempat 1 tahun lamanya dimulai tahun 2018 di atas tanah Perhutani yang dipinjam pakai sebesar 20 hektare lahan. Namun yang sudah dibangun sama kita baru 14 hektare, sisanya belum," katanya, Selasa (18/07/2023) siang.

Hadirnya objek wisata Gunung Dago, kata Junaedi mengubah ekonomi masyarakat di sana, karena mereka turut diberdayakan mengelola objek wisata tersebut.

"Alhamdulillah ya, adanya objek wisata ini bisa merubah sedikit demi sedikit ekonomi masyarakat, karena SDM setempat digunakan. Saat ini kita mempunyai 31 karyawan dan 20 UMKM, dan di sini ada villa untuk penginapan masyarakat dari harga Rp300 ribu hingga Rp1,5 juta per malam," jelasnya.

Untuk Tiket masuk ke objek wisata ini hanya Rp10 ribu per orang. Sementara untuk kendaraan hanya Rp5 ribu untuk sepeda motor dan Rp20 ribu untuk kendaraan roda empat. Di objek wisata Gunung Dago juga terdapat fasilitas umum 'bale warga' atau saung yang bisa dipakai masyarakat umum dan kolam renang dengan tiket masuk semua umur Rp15 ribu per orang.

Bagi wisatawan dari Jakarta yang hendak berkunjung ke objek wisata Gunung Dago bisa menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL) dari Stasiun Tanah Abang-Stasiun Parungpanjang Bogor dengan jarak tempuh kurang lebih 40 menit perjalanan. Dari stasiun, wisatawan dapat melanjutkan perjalanan ke Gunung Dago menggunakan ojek daring yang memakan waktu lebih kurang 20 menit.

Menurut salah seorang pengunjung Objek Wisata Gunung Dago, Jimly, objek wisata ini sangat dekat dengan kediamannya dan harganya pun terjangkau.

"Saya pikir ini objek wisata yang sangat ramah untuk ekonomi masyarakat, selain jajanannya murah, harga masuknya juga terjangkau, lagi pula kita hanya 30 menit perjalanan kesini dari Tangerang karena Parung Panjang ini perbatasan," katanya.

Jimly berharap objek wisata Gunung Dago bisa terus dikembangkan agar masyarakat di Parung Panjang dan sekitarnya punya alternatif untuk berlibur.

"Saya harap objek wisata ini terus dikembangkan ya, karena berlibur ke sini sangat dekat dan sudah jelas tidak perlu ke luar kota," katanya.

Sementara itu, salah seorang pedagang UMKM di Gunung Dago, Rini mengaku terbantu dengan adanya objek wisata ini.

"Saya mulai dagang di sini sejak tahun 2018 saat itu waktu saya memiliki anak satu sekarang mau tiga bersama di dalam kandungan, dulu itu cuma warung saya doang yang berjualan di sini, sekarang banyak, sudah jelas ramai di hari besar dan akhir pekan. Kalau hari-hari biasa paling puluhan pengunjung," katanya.

Rini mengaku bisa mendapatkan omzet hingga Rp7 juta per hari. Tapi ia juga sempat tidak mendapatkan omzet sepeser pun. Ia pun pernah mempekerjakan hingga 4 orang karyawan dan saat ini, berkurang menjadi 1 orang imbas pandemi COVID-19.

"Paling banyak pengunjung itu saat baru pembukaan ya, sampai ribuan orang yang datang. Saat itu penghasilan saya sehari bisa sampai 7 juta rupiah, bahkan pernah juga tidak dapat uang, kalau untuk saat ini paling ada orang yang makan siang dan ngopi-ngopi. Saya pernah memiliki 4 karyawan, sekarang satu saja karena kondisinya seperti ini. Kita juga harus bayar kontrakan Rp500 ribu per bulan," imbuh Rini.

Editor: Kurnia
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS