PARBOABOA, Jakarta - Sepasang suami istri guru honorer di Kampung Salimah, Desa Gintung Cilejet Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat mengembangkan berbagai kerajinan dari anyaman bambu untuk menafkahi ratusan yatim piatu dan dhuafa.
Lambat laun, kerajinan anyaman bambu yang dihasilkan pasangan suami istri tersebut berkembang menjadi sebuah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Nama UMKM pun disamakan dengan lembaga pendidikan yang didirikan keduanya, yaitu Baitul Qurro.
Pendiri UMKM Baitul Qurro, Yayat Supriatna dan istrinya, Susi Damayanti juga melibatkan orang tua siswa yang anaknya mengenyam pendidikan di Baitul Qurro membuat aneka anyaman dari bambu itu.
"Kita mendirikan UMKM anyaman dari bambu ini untuk menghidupi yatim piatu dan mewadahi orang tua anak asuh saya untuk berkarya, jadi uangnya muter," jelas Ayya, panggilan akrab Susi Damayanti.
Ia menjelaskan, harga jual anyaman bambu berbeda-beda, mulai dari Rp5 ribu hingga Rp20 ribu, tergantung bentuk dan motif.
Pasar dari anyaman bambu UMKM Baitul Qurro semakin luas setelah adanya e-commerce. Bahkan beberapa waktu yang lalu, UMKM Baitul Qurro mendapatkan pesanan dari masyarakat di Bali.
"Kemarin kita dapat pesanan dari agama Hindu di Bali untuk upacara sesembahan mereka. Total pesanan mencapai Rp12 juta," jelas Ayya.
Ia mengaku, usaha yang dilakukan Ayya dan suaminya itu sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap Desa Cilejet yang minim tersentuh pendidikan serta bantuan pemerintah.
"Saya mendirikan Istana Yatim Baitul Qurro sejak 2017. Saat ini saya memiliki kurang lebih 121 anak yatim piatu dan dhuafa ya. Tujuan saya, untuk menumbuhkan rasa berbagi ilmu dan kepedulian sosial," kata Ayya.
Ayya dan suami merupakan pendidik. Keduanya berbagi ilmu, mulai dari ilmu agama, kenegaraan hingga bahasa Inggris kepada anak-anak yatim piatu yang mereka asuh di Baitul Qurro.
Ia hanya berharap ratusan anak yatim piatu dan dhuafa yang mereka asuh bisa mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
"Saya harap anak asuh saya bisa mengenyam pendidikan tinggi dan bisa terus berbagi antarsesama ke depan," katanya.
Atas usahanya memajukan pendidikan di Cilejet, Ayya bahkan dinobatkan sebagai pemuda pelopor di bidang agama, sosial dan budaya oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Bogor.
Sementara itu, salah seorang anak asuh Baitul Qurro, Alif Khoerunatiq mengaku sangat senang bisa belajar di Istana Yatim Piatu Baitul Qurro.
"Saya seneng sekali ya. Banyak yang saya pelajari di sini. Bisa mengaji dan juga bertemu dengan teman-teman baru," katanya.
Hal senada diungkapkan Maya Agustin yang juga mengaku senang bisa belajar di Istana Yatim Baitul Qurro. Maya mengaku bisa lebih banyak mendapat ilmu agama di Baitul Qurro.
"Kita suka ya belajar dan bermain ke Istana Baitul Qurro. Baca buku terus main juga kita senang. Di sini bisa dapat ilmu, baca dan mengaji Al-Qur'an," ungkapnya.