Ijeck Mundur dari Kontestasi Pilgubsu, Pengamat: Faktor Dinasti Politik

Bobby Nasution memberi salam pada Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto ketika menerima dukungan untuk pencalonannya dalam kontestasi Pilgubsu 2024 . (Foto: Instagram @Bobbynst)

PARBOABOA, Medan – Ketua DPD Golkar Sumut, Musa Rajekshah atau yang akrab dipanggil Ijeck akhirnya tidak akan maju dalam kontestasi Pilgubsu 2024.

Partai Golkar Sumut sudah memastikan dukungannya kepada Bobby Nasution sebagai calon gubernur Sumatera Utara dalam Pilgubsu 2024.

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto memberikan langsung surat rekomendasi dukungan itu pada Bobby Nasution di Medan.

Airlangga bahkan mengatakan bahwa dukungan penuh Golkar untuk Bobby Nasution adalah berdasarkan rekomendasi dari Ketua DPD Partai Golkar Sumut, Musa Rajekshah.

Pengamat Politik Sumatera Utara, Sohibul Anshor Siregar mengatakan mundurnya Ijeck dari pencalonan adalah mutlak dikarenakan faktor dinasti politik.

Pasalnya, jika bukan karena faktor kedahsyatan dinasti politik, sebagaimana pada Pilkada Kota Medan 2020, maka dipastikan Bobby Nasution tidak akan begitu mudah merebut kesempatan emas itu dari tangan Musa Rajekshah atau Ijeck.

“Ketua DPD Tingkat I Golkar Sumatera Utara itu kita ketahui telah berniat dan mendeklarasikan tekadnya untuk maju pada Pilgub 2024,” jelas Sohibul Anshor Siregar kepada PARBOABOA, Kamis (20/06/2024).

Menurut Sohibul Anshor Siregar, sebagai langkah awal tekadnya menjadi calon gubernur adalah Ijeck telah melakukan konsolidasi kepengurusan partai dan menargetkan jutaan kader baru terutama dari generasi muda

 Kemudian, kebulatan tekad itu semakin diperkuat dengan majunya Ijeck sebagai calon legislatif pada Pemilu 2024 dan berhasil terpilih.

Semua kader Golkar sangat paham makna dan tujuan dari langkah-langkah strategis itu. Jika akhirnya kesempatan yang dinanti dan dirancangnya itu kandas, pastinya karena tidak berdaya dan digilas oleh politik dinasti.

Karenanya, dapat dibayangkan kekecewaan dirinya dan kader, terutama di tataran grassroot.

Namun, Sohibul Anshor Siregar memastikan bukan hanya Ijeck yang merasakan dampak politik dinasti ini. Partai-partai lain juga merasakan hal yang sama.

Dalam kondisi politik normal, diyakini beberapa partai lain memiliki obsesi yang dapat diidentifikasi sebagai calon potensial untuk maju dalam Pilgubsu 2024.

“Saya menyarankan kepada Ijeck agar menerima kenyataan ini dengan legowo saja sebagai bagian dari trend baru politik Indonesia abad 21,” ucap Sohibul Anshor Siregar.

Sementara, untuk Bobby Nasution, Sohibul Anshor Siregar berharap untuk memperjuangkan kompensasi politik bagi sejumlah kader partai yang terpaksa mengurungkan niatnya menjadi peserta kompetisi Pilgubsu 2024, dengan memanfaatkan pengaruh mertuanya, Joko Widodo.

“Kompensasi politik yang saya maksud adalah memperjuangkan figur-figur yang disingkirkannya agar menjadi menteri pada kabinet Prabowo-Gibran 2024-2029,” katanya.

Sohibul Anshor Siregar menjelaskan, Sumatera Utara sangat memerlukan “our man in the center of power” (orang kita di pusat kekuasaan) untuk ikut memperjuangkan kepentingan Sumatera Utara ke depan.

Misalnya, dalam hal revisi pola bagi hasil sumber-sumber amat strategis antara pemerintah pusat dan daerah yang hingga kini amat tidak adil dan bersifat kolonialistik.

Dilihat dari nilai-nilai adat dan jasa politik, Bobby Nasution sangat berkewajiban untuk itu.

“Saya sendiri menginginkan, dan saya rasa amat pantas, jika figure seperti Ijeck, Gus Irawan Pasaribu, dan beberapa figur berkapasitas nasional lainnya menjadi menteri kabinet,” terang Sohibul Anshor Siregar.

Beberapa tokoh yang dirasa pantas menjadi menteri antara lain Prof Dr H Syahrin Harahap, Ivan Iskandar Batubara, Prof Dr H Hasyimsyah Nasution, Dedi Iskandar Batubara, RE Nainggolan dan Nurdin Lubis.

Bobby Nasution menurut Sohibul Anshor Siregar tampaknya harus diberi stimulus wawasan politik nasional untuk memperkuat paradigma pembangunan daerah dengan tidak berjuang hanya untuk diri sendiri.

Sumatera Utara, jika diamati dengan cermat dari satu lintas dasawarsa mengalami degradasi peran dalam konstelasi nasional hanya karena sistem.

“Bobby Nasution dengan fasilitas kedinastiannya, seharusnya berkewajiban untuk berusaha keras untuk itu,” tandas Sohibul Anshor Siregar.

Editor: Fika
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS