PARBOABOA, Medan – Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Indonesia menyesalkan tindakan represif aparat TNI dan Polri yang menggusur paksa belasan kampung Melayu Tua di wilayah Rempang, Kecamatan Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau Kamis (7/9/2023).
Perwakilan Walhi Nasional, Parid Ridwanuddin, kemudian menjelaskan kronologi dari tindakan represif aparat yang terjadi sekitar sejak pukul 09.00 hingga 11.00 WIB itu.
"Pada pukul 09.51 WIB, tim gabungan sudah berada di depan jembatan 4 Barelang. Mereka bersiap merangsek ke Pulau Rempang," ujarnya saat konferensi pers, sekitar pukul 15.00 WIB.
Tidak lama setelah tim gabungan berkumpul, kata Parid, warga Rempang juga bersiaga di depan Jembatan 4 Barelang.
"Tepat pukul 10.00 WIB, tim gabungan merangsek ke arah warga dan 5 menit setelahnya terjadi pelemparan ke arah petugas. Kemudian petugas bereaksi dengan melakukan penyiraman dan menembakkan gas air mata," jelasnya.
Sekitar pukul 10.13 WIB, tim gabungan berhasil memukul mundur warga dan menduduki SMP Negeri 22 Galang dan SD 24 Galang.
"Saat itu warga dan guru meminta untuk tidak menembakkan gas air mata karena ada anak sekolah dan sedang berlangsung proses evakuasi. Namun penembakan gas air mata tetap dilakukan sehingga menimbulkan banyak korban," kesal Parid.
Saat itu terjadi kepanikan karena orangtua juga turut mencari anak-anak mereka setelah sekolah mereka di lempar gas air mata.
"Anak-anak pun dievakuasi ke rumah warga yang ada di Tanjung Kertang," ungkapnya.
Setelah semua kekacauan, sekitar pukul 14.53 WIB, tim gabungan masih melakukan pergerakan di bawah bukit sebelum simpang Kampung Cate, Kelurahan Rempang Cate, Kecamatan Galang, tambah Parid.
Sementara itu, salah seorang perwakilan Lembaga Adat Kesultanan Riau Lingga, sekaligus saksi mata di kejadian tersebut, Akmaluddin Din, mengaku kecewa dengan tindakan represif aparat.
Pasalnya, kata dia, aparat membuat anak-anak Rempang trauma.
"Hari ini anak-anak kami trauma, banyak yang pingsan. Tampak penindasan tanpa belas kasihan. Zaman Belanda saja tidak seperti hari ini,” kesalnya.
Akmaludin mengatakan, penggusuran ini bukan yang pertama kalinya mereka alami.
"Di Tangki Seribu juga terjadi. Warga yang sudah puluhan tahun tinggal digusur paksa aparat keamanan," tegasnya.
Diketahui, Kawasan Rempang, Kecamatan Galang, Kota Batam akan dijadikan proyek strategis nasional Rempang Eco City oleh pemerintah, akhir Agustus lalu.
Proyek tersebut menggusur 16 kampung Melayu Tua yang telah eksis di pulau tersebut sejak 1834.
Proyek Rempang Eco City menjadikan sepenuhnya Pulau Rempang dan sebagian Pulau Galang sebagai kawasan industri, perdagangan dan kawasan wisata yang terintegrasi.
Editor: Kurniati