PARBOABOA, Pematangsiantar - Perang panas antara Rusia dan Ukraina sudah genap sebulan sejak dimulai pada 24 Februari lalu. Ukraina porak poranda setelah rudal-rudal Rusia membombandir, namun Rusia juga rugi banyak saat melakukan invasi ini, mulai dari kehilangan banyak alat perang mahal, menanggung sanksi ekonomi internasional, ditambah lagi ada banyak prajurit mereka yang gugur di medan perang.
Pada 2 Maret, pihak Rusia mengakui hanya ada 498 pasukan mereka yang tewas. Namun pada Senin (21/3), sebuah media Rusia yang pro-pemerintah tabloid Komsomolskaya, merilis data terbaru bahwa 9.861 orang militer Rusia meninggal selama perang. Namun tak lama setelah dirilis, media Rusia itu langsung menghapus laporan tersebut dan mengatakan mengalami peretasan dan pemalsuan data.
Padahal data yang dihapus itu sesuai dengan perkiraan pihak Amerika dan NATO, yang menyebut korban tewas di pihak Rusia mencapai 3.000 hingga 15.000 personel.
Namun meski kedua belah pihak menelan kerugian yang besar, tanda-tanda gencatan senjata masih belum terlihat, sehingga jumlah kerugian dan korban masih akan terus bertambah.
Tumpukan Mayat Prajurit Rusia
Kebenaran mengenai jumlah pasukan Rusia yang tewas di medan pertempuran hingga kini memang belum terungkap. Namun sebuah fakta menyakitkan sedang melanda Ukraina, pasalnya para prajurit Rusia yang gugur bertebaran di sepanjang kota. Terlebih saat ini Ukraina sudah mulai masuk ke musim semi, aroma kematian semakin cepat menyebar.
Salah satunya di Kota Mykolaiv di Ukraina Selatan, selain harus berhadapan dengan gempuran, warga Ukraina juga harus menghadapi aroma busuk dari tubuh jenazah-jenazah pasukan Rusia yang ditinggalkan begitu saja.
Hal ini seolah membenarkan klaim dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky awal bulan lalu yang mengatakan, tentara Rusia mengirim krematorium keliling untuk membakar mayat anggotanya, yang berarti Rusia sama sekali tak membiarkan keluarga dari prajurit yang gugur tersebut untuk melihat dan menguburkan jenazah keluarga mereka dengan layak.
"Pasukan Rusia sekarat di sini, tidak ada yang memperdulikan mereka, orang-orang yang sekarat dalam perang ini. Tahukah Anda? Mereka membawa kotak kremasi. Mereka tak akan mengembalikan jasad-jasad ini kepada keluarga. Mereka (Rusia) tidak akan memberi tahu para ibu yang anak-anaknya meninggal di sini usai berperang," kata Zelensky kepada wartawan dalam konferensi pres pada 3 Maret lalu, dikutip dari CNNIndonesia.
Hingga kini belum jelas bagaimana nasib jenazah pasukan-pasukan Rusia yang terlantar di wilayah lawan mereka, apakah akan dibawa kembali ke Rusia atau tidak. Pemerintah Ukraina sejauh ini masih menunggu permintaan dari otoritas Rusia untuk memulangkan jenazah.
Rusia Ingin Hadir di KTT G20 Indonesia
Ditengah perang Rusia dan Ukraina ini, Indonesia yang menjadi tuan rumah dari KTT G20 mendadak terjebak di tengah. Seperti diketahui Rusia merupakan bagian dari G20 sebelum invasi ini terjadi, sehingga Indonesia telah mengirimkan surat undangan kepada Rusia untuk menghadiri KTT G20 Indonesia. Menanggapi undangan tersebut, pihak Rusia mengatakan sedang mempertimbangkan kehadiran Presiden Rusia Vladimir Putin di acara tersebut.
Namun Amerika yang pro Ukraina dengan tegas menyatakan menolak keputusan Indonesia untuk mengundang Rusia dalam pertemuan yang akan berlangsung di Bali akhir tahun ini. Berbanding terbalik, China justru mendukung Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk menghadiri KTT G20 di Indonesia.
Akhir dari perang Rusia dan Ukraina masih belum tertebak hingga saat ini, namun Amerika disebut sedang mempertimbangkan akan mendepak Rusia dari keanggotaan KTT G20.