PARBOABOA, Myanmar - Kekacauan pemerintahan Myanmar usai junta militer mengambil alih kekuasaan pada Februari lalu semakin parah. Yang terbaru sebuah video beredar menunjukkan 11 tubuh hangus dengan tangan terikat di sebuah desa di Do Taw, wilayah Sagaing pada Selasa (7/12).
Para korban disebut merupakan penduduk desa yang berhasil ditangkap pasukan junta dan dibakar hidup-hidup, sebagai balasan atas serangan ranjau dan bom saat konvoi militer terjadi sehari sebelumnya. Dikabarkan bahwa 5 diantara korban yang tewas dalam insiden tersebut merupakan anak-anak.
Video itu sontak menuai kemarahan setelah beredar di media sosial, tindakan tersebut merupakan upaya junta militer untuk menghentikan perlawanan warga kepada pemerintahan setelah kudeta.
Menganggapi video tersebut AS dan PBB mengungkapkan kemarahan atas tindakan kejam pasukan junta militer tersebut. Juru Bicara Sekjen PBB Antonio Guterres mengungkapkan keprihatinan atas peristiwa tersebut.
"(saya) sangat prihatin dengan laporan pembunuhan mengerikan terhadap 11 orang yang disebut dan dibakar oleh militer," kata Guterres, dikutip dari AFP, dikutip Jumat (10/12).
Sementara Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Amerika, Ned Price menyerukan agar junta militer mengakhiri penggunaan kekerasan dan membebaskan tokoh-tokoh politik serta warga yang ditahan sejak kudeta militer yang terjadi pada 1 Februari lalu.
Hingga kini, menurut laporan Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) jumlah orang yang ditangkap junta mencapai 10.815 orang, sementara yang tewas selama kudeta 1.323 jiwa. Junta militer tersebut bahkan telah menangkap presiden Myanmar dan penasihat negara Aung Saan Suu Kyi. Tak hanya itu, mereka juga menangkap dan tak segan membunuh siapa saja yang melawan kekuasaannya.