PARBOABOA, Jakarta - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) buka suara soal kondisi kontingen Jambore Indonesia yang berada di Korea Selatan.
Staf Khusus Menpora Bidang Komunikasi dan Hubungan Internasional, Alia Noorayu Laksono mengatakan, kondisi 1.586 orang kontingen Merah Putih saat ini dalam keadaan baik dan aman.
Namun, ada satu orang kontingen asal Jawa Timur yang mengalami tubuh kurang fit, diduga karena efek dari cuaca panas.
Kendati demikian, kontingen tersebut telah didampingi oleh tim medis untuk diberikan penanganan.
Kepastian ini didapat usai Menpora, Dito Ariotedjo mengirim tim guna meninjau kondisi kontingen Indonesia di Korsel.
Saat ini kontingen Jambore Indonesia telah berada di Wonkwang University, Korsel untuk mengikuti agenda city tour di Kota Iksan.
Rencananya, seluruh kontingen Jambore Indonesia akan kembali pulang ke Tanah Air pada Minggu, 12 Agustus 2023.
Alia mengatakan, mereka dievakuasi dari Bumi Perkemahan Saemangeum menyusul adanya ancaman Topan Khunan di wilayah tersebut pada 9-10 Agustus 2023.
Menurutnya, pemerintah Korea Selatan sangat memperhatikan para kontingen dengan memberikan fasilitas yang layak.
Sejumlah Masalah Jambore Dunia di Korsel
Jambore dunia yang digelar di Saemangeum, Korea Selatan ini disebut gagal dan dianggap menjadi ‘aib nasional’.
Pasalnya, terdapat sejumlah masalah yang terjadi di perkemahan, dari mulai hal kecil hingga yang dapat mengancam jiwa.
Adapun masalah pertama yakni, banyaknya nyamuk dalam ukuran besar yang dianggap sangat mengganggu seluruh kontingen.
Orang tua dari peserta Jambore bernama Gabriela, Olaf Clayton mengatakan bahwa ada ‘hal-hal lucu’ yang keluar dari tanah di bawah tempat tidur, yaitu seekor ular.
Terhadap kejadian itu, Olaf berujar, “Beruntung para pengawas Bangladesh tahu bagaimana menghadapi ular”.
Lalu, sedikitnya tiga peserta Jambore dari kontingen Swiss mengalami luka-luka akibat bus evakuasi yang ditumpangi bertabrakan dengan bus lokal di Suncheon, Prov. Jeolla Selatan.
Tak hanya peserta kontingen, terdapat lima penumpang di bus lokal yang juga mengalami luka-luka akibat insiden itu.
Kemudian, adanya ancaman badai Topan Khanun yang diprediksi bakal terjadi pada 9-10 Agustus 2023 di wilayah Saemangeum.
Topan Khanun memiliki kecepatan angin hingga 3 kilometer per jam. Oleh karenanya, pihak pemerintah Korsel mengevakuasi para peserta ke lokasi yang lebih aman.
Masalah lainnya adalah terjadi cuaca ekstrem berupa suhu panas yang mencapai 38 celcius di sejumlah wilayah Korea Selatan.
Kondisi tersebut kian diperparah karena tingkat kelembapan yang tinggi. Akibatnya, pemerintah Singapura, Inggris, dan AS menarik seluruh kontingen dari Korsel.
Bahkan, Korea Selatan melaporkan bahwa ada 21 kematian yang terkait dengan cuaca panas sejak 20 Mei-Juli 2023.
Kasus terbaru terjadi pada Selasa, (01/8/2023), di mana ada 2 kematian yang juga terkait dengan cuaca panas ekstrem.