PARBOABOA, Pematangsiantar - Uni Eropa bergerak menghukum Moskow dengan mengusulkan larangan import minyak atas perang yang terjadi di Kyiv pada Rabu (04/05).
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menjelaskan tahapan 6 bulan ditetapkan agar pasar komoditas bisa beradaptasi dengan pemberhentian impor minyak Rusia.
“Kami akan memastikan bahwa kami menghapus minyak Rusia secara bertahap, dengan cara yang memungkinkan kami dan mitra kami untuk mengamankan rute pasokan alternatif dan meminimalkan dampak pada pasar global,” kata von der Leyen seperti dikutip apnews, Rabu (04/05).
Merasa kesal akan bantuan senjata dari Barat ke Ukraina, Rusia pun kian menggencarkan serangan ke beberapa stasiun kereta api dan titik jalur pasokan lainnya di Ukraina.
“Serangan terhadap infrastruktur kereta api dimaksudkan untuk mengganggu pengiriman senjata Barat,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu mengatakan bahwa Barat “mengisi Ukraina dengan senjata.”
Memang, kereta api Ukraina telah memainkan peran penting dalam memindahkan orang, barang, dan perlengkapan militer selama perang karena jalan dan jembatan telah rusak. Bahkan jalur kereta pun menjadi salah satu pilihan ekspor barang yang mulai berjalan kembali.
Namun Rusia telah menghantam enam stasiun kereta api di wilayah tengah dan barat Ukraina dan menimbulkan kerusakan parah. Akibatnya, setidaknya ada 14 kereta tertunda perjalanannya akibat serangan itu.
Padahal, persenjataan Barat yang mengalir ke Ukraina membantu pasukannya menggagalkan upaya awal Rusia untuk merebut Kyiv dan tampaknya akan memainkan peran sentral dalam pertempuran yang berkembang untuk Donbas, kawasan industri timur yang sekarang dikatakan Moskow sebagai tujuan utamanya.
Itu juga yang menjadi alasan mengapa Ukraina mendesak Barat untuk meningkatkan pasokan senjata menjelang bentrokan yang menentukan tersebut.
Kanselir Olaf Scholz dari Jerman, yang awalnya lambat membantu mempersenjatai Ukraina, mengatakan pemerintahnya sedang mempertimbangkan untuk memasok howitzer, selain senjata anti-pesawat Gepard dan peralatan lain yang telah disetujui untuk dikirim.
Sebelumnya, pertempuran sengit juga berkecamuk di pabrik baja Azovstal, Mariopol yang membuat banyak warga terjebak di dalamnya.
Pabrik tersebut merupakan kantong persediaan terakhir perlawanan Ukraina di kota Pelabuhan selatan yang telah hancur lebur.
Dilansir CNN, Sviatoslav Palamar, seorang komandan Resimen Azov di pabrik tersebut, mengatakan bahwa pabrik telah dibombardir secara intens oleh artileri, kapal, dan serangan udara.
Usai kejadian tersebut, PBB mengkonfirmasi 127 warga sipil Ukraina yang terdiri dari wanita, anak-anak, dan orang tua berhasil dievakuasi usai terperangkap di pabrik baja Azovstal selama dua bulan terakhir.