Ketika Isu Lingkungan Kalah di Kontestasi Pemilu

Proses pemadaman kebakaran hutan menggunakan water bombing dari helikopter. (Foto: Parboaboa/Bina Karos)

PARBOABOA, Jakarta – Isu-isu lingkungan masih belum mendapat perhatian saat kontestasi pemilihan umum (Pemilu).

Padahal menurut Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), isu lingkungan seharusnya mendapat perhatian yang sama besarnya dengan isu lain seperti pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di program-program kerja saat Pemilu. Apalagi Indonesia termasuk salah satu negara yang mengalami darurat isu lingkungan. 

“Ada beberapa hal yang sebenarnya bisa ditempuh oleh pemangku kebijakan untuk memulihkan lingkungan, salah satunya memperbaiki sistem legislasi dan penegakan HAM juga demokrasi,” kata Direktur Eksekutif Walhi Jakarta, Suci Fitria Tanjung, Kamis (13/4/2023).

Bahkan menurut survei yang dilakukan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada Maret 2019 lalu, isu lingkungan masih belum menjadi topik utama.

Dari 1.960 responden yang dilibatkan dalam penelitian itu, 41,02 persen responden pernah mendengar isu lingkungan menjadi salah satu pembahasan dalam program calon presiden pada kampanye tahun lalu.

Kemudian hanya 22,86 persen responden yang pernah mendengar calon legislatif yang membawa isu lingkungan sebagai bahan kampanye politik di daerah mereka masing-masing. 

Sementara hasil survei CSIS di pemilu sebelumnya, isu lingkungan tentu bukan bagian dari topik utama program politik partai di Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi lebih banyak menjadi salah satu senjata paling ampuh saat masa-masa kampanye, misalnya memberantas kemiskinan, atau mendukung UMKM lokal. 

Suci juga menilai, dalam tiga tahun terakhir, Walhi malah melihat sektor bisnis yang membuat kerusakan lingkungan lebih parah. Tidak hanya itu, pemerintah bukan hanya menjadi instrumen bisnis, tetapi memfasilitasi. 

Apalagi menurutnya, jika kondisi bencana alam yang terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir ini merupakan dampak dari eksploitasi alam yang dilakukan terus menerus, dan sistematik.

“Sehingga perlu ada pengambilan keputusan yang tegas demi mencapai perubahan yang lebih baik, bukan hanya untuk manusia, namun juga alam yang lestari,” pungkas Suci Fitria Tanjung.

Editor: Kurnia Ismain
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS