PARBOABOA – Membaca sejarah Islam akan memperkaya pengetahuan kita dan meningkatkan rasa cinta terhadap agama yang diajarkan para nabi. Kisahnya diabadikan dalam Al Quran sebagai pelajaran dan pengajaran lengkap untuk kaumnya. Salah satu yang patut diteladani adalah kisah Nabi Ibrahim AS.
Nabi keenam umat Islam ini mendapat julukan sebagai bapak para nabi (Abul Anbiya), mengapa? sebab dari beliau lahirlah pejuang di jalan Allah SWT, salah satunya Nabi Ismail AS. Selain itu, Nabi Ibrahim AS merupakan seorang ulul azmi, yakni golongan nabi yang memiliki ketabahan luar biasa dalam perjuangan dakwahnya.
Seorang nabi yang melewati berbagai macam ujian dan tak pernah lelah untuk berdakwah. Salah satu yang paling terkenal adalah karena peristiwa kurban terhadap anaknya, Nabi Ismail AS. Dari kisah tersebut, terkandung pesan moral dan kehidupan.
Nabi Ibrahim patut kita jadikan panutan dan teladan dalam kehidupan. Agar lebih mendalaminya, berikut Parboaboa akan memberikan rangkaian kisah kehidupan yang ditelusuri nabi keenam umat Islam ini. Apa saja? simak ulasannya di bawah ini.
Kisah Nabi Ibrahim saat Masih Kecil
Nabi Ibrahim AS dilahirkan di kota Ur yang terletak di wilayah Mesopotamia, yang kini dikenal sebagai Irak, sekitar tahun 2295 SM pada masa jahiliyah di mana banyak orang membuat patung untuk disembah.
Pada masa itu, terdapat seorang penguasa yang menyatakan dirinya sebagai Tuhan bernama Raja Namrud. Ia merupakan penguasa Babilonia yang sombong dan banyak pengikutnya yang mempercayai bahwa Raja Namrud adalah Tuhan.
Pada suatu ketika, Raja Namrud bermimpi tentang seorang anak yang akan menghancurkan dan menggulingkannya. Sejak itu, ia mengeluarkan kebijakan untuk membunuh seluruh bayi laki-laki yang baru lahir. Meskipun demikian, orang tua Nabi Ibrahim AS menyembunyikan putranya di dalam sebuah gua.
Di negeri Nabi Ibrahim AS, seluruh masyarakat menyembah berhala, termasuk matahari, bulan, dan bintang. Hal ini membuat Nabi Ibrahim AS memiliki banyak pertanyaan tentang siapa yang menciptakan dunia ini. Ia sering termenung dan mencari tahu siapakah Tuhan yang seharusnya disembah.
Kisah Nabi Ibrahim Mencari Tuhan
Nabi Ibrahim AS selalu mempertanyakan dan merenungkan siapa sebenarnya Tuhan yang seharusnya disembah. Ia tidak percaya bahwa berhala-berhala atau Raja Namrud yang berkuasa adalah Tuhan yang sebenarnya. Kemudian, Nabi Ibrahim AS mengamati bulan, bintang, dan matahari, namun menyadari bahwa benda-benda tersebut tidak bisa menjadi Tuhan yang sejati.
Proses pencarian Nabi Ibrahim AS dalam menemukan Tuhan yang sebenarnya terdapat dalam ayat suci Al-Quran Surat Al-An’am.
Allah SWT berfirman:
Ùَلَمَّا جَنَّ عَلَيْه٠ٱلَّيْل٠رَءَا كَوْكَبًا Û– قَالَ هَٰذَا رَبّÙÙ‰ Û– Ùَلَمَّآ Ø£ÙŽÙÙŽÙ„ÙŽ قَالَ لَآ Ø£ÙØÙبّ٠ٱلْءَاÙÙÙ„Ùينَ
Artinya: “Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam.”(Al-An’am 6:76)
Allah SWT berfirman:
Ùَلَمَّا رَءَا ٱلْقَمَرَ بَازÙغًا قَالَ هَٰذَا رَبّÙÙ‰ Û– Ùَلَمَّآ Ø£ÙŽÙÙŽÙ„ÙŽ قَالَ لَئÙÙ† لَّمْ يَهْدÙÙ†ÙÙ‰ رَبّÙÙ‰ Ù„ÙŽØ£ÙŽÙƒÙونَنَّ Ù…ÙÙ†ÙŽ ٱلْقَوْم٠ٱلضَّآلّÙينَ
Artinya: Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat.”(Al-An’am 6:77)
Allah SWT berfirman:
Ùَلَمَّا رَءَا ٱلشَّمْسَ بَازÙغَةً قَالَ هَٰذَا رَبّÙÙ‰ هَٰذَآ أَكْبَر٠ۖ Ùَلَمَّآ Ø£ÙŽÙَلَتْ قَالَ يَٰقَوْم٠إÙنّÙÙ‰ بَرÙىٓءٌ مّÙمَّا تÙشْرÙÙƒÙونَ
Artinya: Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”(Al-An’am 6:78)
Setelah merenung dan mempertanyakan benda-benda berhala yang tidak bisa menjadi Tuhan yang sejati, Nabi Ibrahim AS menyadari kebatilan penyembahan kepada berhala. Kemudian, Allah SWT memberikan perintah kepada Nabi Ibrahim AS untuk mengajak manusia untuk kembali menyembah hanya kepada Allah SWT, bukan berhala-berhala. Semua di alam semesta ini, beserta hukum-hukum yang mengaturnya, merupakan bukti keesaan Allah dan kebatilan penyembahan berhala oleh orang-orang musyrik. Dengan demikian, Nabi Ibrahim AS meyakini bahwa hanya Allah SWT yang layak disembah.
Kisah Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala
Dengan kecerdikannya, Nabi Ibrahim AS berusaha membuktikan bahwa berhala bukanlah Tuhan yang sejati. Ia mencoba menyadarkan Raja Namrud dan para pengikutnya dengan taktiknya. Nabi Ibrahim AS melancarkan aksinya ketika Raja Namrud dan banyak pengikutnya sedang pergi meninggalkan kota. Ia menghancurkan semua berhala yang ada di wilayah Namrud, kecuali berhala yang paling besar.
Pada saat Nabi Ibrahim menghadap ke Raja Namrud, terjadilah percakapan sehingga membuat pengikut Raja Namrud menjadi tersadar dan berpikir jernih. Percakapannya adalah sebagai berikut:
Setelah Nabi Ibrahim dihadapkan ke Raja Namrud, terjadi percakapan antara keduanya yang memicu pengikut Raja Namrud untuk berpikir jernih. Berikut adalah kutipan percakapan tersebut dalam ayat suci Al-Quran Surat Al-Anbiya:
Raja Namrud: "Siapakah Tuhannya yang patut disembah menurutmu, hai Ibrahim?"
Nabi Ibrahim: "Tuhan yang menciptakan aku dan segala sesuatu."
Raja Namrud: "Maka, aku juga bisa menciptakan seseorang."
Nabi Ibrahim: "Baiklah, ciptakanlah seseorang itu."
Raja Namrud pun mencoba menciptakan seekor burung dengan tanah, namun tidak berhasil. Kemudian Nabi Ibrahim berkata:
Nabi Ibrahim: "Allah yang menciptakan manusia dan memberikan kepadanya akal untuk berfikir dan menciptakan, sedangkan kamu hanya mencoba meniru ciptaan Allah. Bukankah ini menunjukkan bahwa hanya Allah yang layak disembah?"
Raja Namrud : “Wahai Ibrahim, bukankah engkau yang telah menghancurkan berhala-berhala ini?”
Nabi Ibrahim : “Bukan!”
Raja Namrud : “Lalu siapa lagi kalau bukan engkau, bukankah kau berada di sini saat kami pergi dan bukankah engkau membenci berhala-berhala ini?”
Nabi Ibrahim : “Ya, tapi bukan aku yang menghancurkan berhala-berhala itu. Aku pikir, berhala besar itulah yang menghancurkannya, bukankah kampaknya masih berada di lehernya?”
Raja Namrud: “Mana mungkin patung berhala dapat berbuat semacam itu!”.
Mendengar hal itu dengan tegas Nabi Ibrahim berkata,
Nabi Ibrahim: “Kalau begitu, kenapa engkau menyembah berhala yang tidak dapat berbuat apa-apa?”
Setelah Nabi Ibrahim menjawab dengan cerdik pertanyaan-pertanyaan Raja Namrud, ia menunjukkan kebenaran bahwa Tuhan yang sebenarnya tidak bisa digambarkan sebagai benda mati yang tidak dapat bergerak dan hanya diam. Pengikut-pengikut Raja Namrud pun menyadari kekeliruan mereka dalam menyembah berhala-berhala tersebut. Namun, Raja Namrud semakin marah dan tidak menerima kebenaran tersebut.
Kisah Nabi Ibrahim Dibakar
Raja Namrud kesal dan dendam pada Nabi Ibrahim AS. Ia memerintahkan tentaranya untuk menghukum mati Nabi Ibrahim AS. Api berkorbar sangat besar dan panas dengan kayu sebagai bahan bakarnya. Allah SWT selalu menunjukkan kuasa-Nya, Allah belum menghendaki Nabi Ibrahim kalah dan mati dari musyriknya Raja Namrud.
Raja Namrud dan para pengikutnya tertawa saat melihat aksi pembakaran tersebut dan merasa sangat lega dan puas. Namun, begitu terkejutnya mereka, seketika kobaran api yang besar itu padam. Seketika Nabi Ibrahim AS keluar dari puing-puing pembakaran dan selamat tanpa ada luka sedikit pun, bagaimana Allah menunjukkan kekuasaannya dengan memberikan mukjizat. Semenjak itu, pengikut Raja Namrud berbondong-bondong menjadi umat Nabi Ibrahim AS untuk mentaati dan semangat berjalan lurus kepada Allah SWT.
Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail
Kisah nabi ibrahim menyembelih nabi ismail. Nabi Ibrahim dikarunia anak-anak yang sangat sholeh dan diutus oleh Allah SWT untuk menjadi Nabi. Suatu ketika Nabi Ibrahim AS mendapatkan suatu mimpi, dan ia berkata kepada putranya yaitu Ismail:
“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.”
Perlu dipahami bahwa mimpi para Nabi itu wahyu yang mesti dipenuhi. Dalam hadits mawquf –hanya sampai pada perkataan sahabat Ibnu ‘Abbas- disebutkan,
رÙؤْيَا الأَنْبÙيَاء٠ÙÙÙŠ المنَام٠وَØْيٌ
Artinya: “Penglihatan para nabi dalam mimpi itu wahyu.”
(HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 2: 431. Hadits ini kalau dikatakan marfu’ –sabda Nabi- itu dha’if. Yang benar, hanyalah perkataan sahabat atau hadits mawquf. Lihat tahqiq Tafsir Ibnu Katsir, 6: 386 oleh Syaikh Abu Ishaq Al-Huwaini hafizhahullah)
Nabi Ismail AS sabar dan mengharapkan ridha, serta berbakti kepada kedua orang tuanya dengan menjalankan perintah Allah. Kesabaran itu merupakan kehendak Allah, karena tanpa kehendak-Nya kesabaran tersebut tidak akan dapat dicapai. Nabi Ibrahim yakin bahwa itu adalah ujian dari Allah SWT dan bentuk cinta-Nya kepadanya. Allah menguji Nabi Ibrahim dengan anak yang sangat ia cintai, diperintahkan untuk disembelih.
Ketika Nabi Ibrahim hendak menyembelih putranya sambil memandang wajah Nabi Ismail, Allah menunjukkan kembali kekuasaan-Nya. Dalam sekejap, Allah SWT menggantikan putra itu dengan seekor domba besar sebagai tebusan. Sehingga Nabi Ibrahim tidak menyembelih putranya, tetapi ia menyembelih seekor domba. Itulah balasan dari Allah SWT bagi orang yang beriman dan beribadah dengan ihsan, yang senantiasa mengutamakan ridha Allah daripada sekedar memenuhi nafsu semata.
Hikmah Kisah Nabi Ibrahim
Kisah Nabi Ibrahim AS mengandung banyak hikmah yang dapat diambil. Salah satu hikmah yang bisa dipetik adalah keteguhan dalam beriman dan taqwa kepada Allah SWT. Meskipun dihadapkan pada ujian yang berat, Nabi Ibrahim tetap bersabar dan taat dalam menjalankan perintah Allah. Selain itu, kisah ini juga mengajarkan kita untuk mempercayai bahwa segala yang terjadi di dunia ini telah ditentukan oleh Allah SWT dan kita harus menerima segala takdir dengan tawakkal kepada-Nya.
Selain itu, kisah Nabi Ibrahim AS juga mengajarkan kita tentang pentingnya berbakti kepada orang tua dan keluarga, serta pentingnya ketaatan dalam beribadah kepada Allah SWT. Kisah ini juga mengajarkan kita untuk mengutamakan kepentingan Allah dan ridha-Nya di atas segala-galanya, dan menempatkan kesetiaan dan keimanan sebagai nilai yang paling penting dalam hidup.
Kisah Nabi Ibrahim AS juga mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ujian kehidupan, serta memberikan kita contoh tentang keberanian dalam menghadapi cobaan yang sangat berat. Akhirnya, kisah ini mengingatkan kita tentang kebesaran Allah SWT dan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas, serta mengajak kita untuk selalu mengagungkan dan memuja-Nya dengan segenap jiwa dan raga.
Demikianlah pembahasan mengenai kisah Nabi Ibrahim AS. Kita dapat mempelajari bahwa keimanan, keteguhan hati, kesabaran, dan taqwa yang dimilikinya telah menjadi inspirasi bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan ini.
Melalui perjuangannya yang penuh pengorbanan, Nabi Ibrahim AS berhasil membawa umat manusia kepada jalan yang lurus, yaitu jalan Allah SWT. Oleh karena itu, mari kita mengambil hikmah dari kisah ini dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.