Kisah Riko, Eks Karyawan yang Sukses Kenalkan Kopi Simalungun

kedai kopi milik Riko yang ada di area Kebun Teh Sidamanik, Kabupaten Simalungun. (Foto: PARBOABOA/Ilham Pradilla)

PARBOABOA, Medan - Masyarakat Sumatra Utara, khususnya Kabupaten Simalungun pasti tak asing dengan Kebun Teh Bahbutong di Sidamanik. 

Objek wisata alam ini tengah menjadi primadona berbagai kalangan masyarakat di Sumut.

Selain karena pemandangan alamnya yang indah, udara di sekitar objek wisata yang terletak di Desa Baharen, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, ini juga sangat segar dan asri. 

Hamparan tanaman teh membuat pengunjung betah berlama-lama menikmati suasana sejuk, khas pegunungan.

Objek Wisata Kebun Teh Bahbutong Sidamanik juga mudah dikunjungi wisatawan domestik. Harga tiket masuk ke objek wisata pun sangat terjangkau. 

Selain menikmati teh, yang menjadi salah satu teh terbaik di Indonesia, pengunjung juga dapat menikmati kopi seduhan kedai kopi Baren, atau yang lebih dikenal dengan Baren Coffee.

Kedai kopi ini layaknya rumah singgah bagi muda-mudi Sumatra Utara, khususnya Kabupaten Simalungun yang melintasi objek wisata kebun teh Bahbutong Sidamanik.

Terlebih Riko, si pemilik Baren Coffee yang awalnya karyawan di Kota Medan yang memilih pulang ke kampung halamannya dan mencoba peruntungan dengan berjualan kopi.

Riko menamai kedainya dengan nama Baren Coffee and Roastery karena terinspirasi dari Desa Baharen, lokasi kedai kopi yang ia bangun sejak 2016 lalu itu.

"Karena capek jadi karyawan bang, akhirnya saya memutuskan untuk pulang kampung, membuka usaha bersama istri," katanya ditemui Parboaboa di kedai kopi miliknya, Sabtu (3/6/2023). 

Riko pun paham akan kondisi perekonomian masyarakat di Sumatra Utara, khususnya Simalungun. Oleh karenanya, ia dan istrinya tak mematok harga tinggi untuk segelas kopi. 

Harga minuman berbahan dasar kopi dan non-kopi dan yang ia jual mulai dari Rp6 ribu hingga Rp18 ribu. Sementara harga makanan, juga berkisar di harga Rp10 hingga 18 ribu.

Hal itu lah, kata Riko, yang menjadi alasan wisatawan pengunjung Kebun Teh Bahbutong Sidamanik turut berkunjung ke kedai kopinya.

"Saya buka usaha ini semata-mata bukan untuk wisatawan saja bang, tapi agar penduduk sini juga agar bisa menikmati kopi asal sini (Simalungun), dengan harga yang terjangkau," ujarnya.

Meskipun harganya terjangkau, Riko tak lantas melupakan kualitas. Biji kopi yang ia gunakan pun berjenis arabika, jenis yang lebih mahal dari jenis kopi lainnya seperti robusta dan liberika.

Dari biji kopi arabika itu, Riko lantas mengkolaborasikannya dengan lemon dan menjadikannya kopi Romans, menu andalan Baren Coffee. 

"Romans ini yang banyak dibeli pengunjung luar karena segar dia. Kalau warga lokal biasanya kopi hitam," ucap Riko.

Ia berharap usaha yang ia geluti sekarang menjadi inspirasi warga Desa Baharen lain untuk memaksimalkan potensi kopi yang juga menjadi khas Kabupaten Simalungun, tanah kelahirannya. 

"Biar terbuka pola berpikir warga sini, bahwa kopi Simalungun itu enak dan mudah dikelola sendiri hingga ke pasaran," katanya.

Menurut Riko, selama ini petani di daerahnya hanya tahu memanen dan langsung menjual kopi ke pengepul atau cukong dengan harga yang relatif murah. Bukan mengolahnya sendiri, sehingga bisa menghasilkan nilai tambah.

"Sebagian hidup saya dibesarkan oleh ayah saya dari panen kopi, selama ini ayah saya panen kemudian jual ke pengepul, sekarang saya produksi sendiri," ungkapnya.

Di hari biasa, pengunjung Baren Coffee bisa mencapai 50 hingga 100 orang. Sementara saat libur dan cuti bersama seperti ini, pengunjung kedai kopinya bisa mencapai 500 orang per hari.

"Kalau rame itu biasanya pas hari libur, Jumat, Sabtu, Minggu, dua kali lipat dari hari biasa," ungkapnya.

Saat ini Riko memiliki 8 orang karyawan yang merupakan warga di Desa Baharen. 

"Alhamdulillah sudah 8 karyawan sekarang, mereka warga desa semua tidak ada yang dari luar, karena niat saya membangun desa agar mereka bisa belajar, maju dan bisa mengembangkan kreativitas mereka ke depan," pungkasnya.

Salah seorang wisatawan Kebun Teh Sidamanik, Sylvia Ramadani mengaku tertarik mengunjungi Baren Coffee karena cerita pemberdayaan yang digalakkan pemiliknya. 

Apalagi sebelumnya, Sylvia juga mendengar cerita pemberdayaan ini dari temannya yang sebelumnya mengunjungi kedai kopi itu. 

"Awalnya kawan yang rekomendasikan bang, katanya tempatnya asik dan terkejut harganya murah sekali. Murah, tapi rasanya tidak murahan, orangnya ramah," katanya. 

Sylvia menyarankan wisatawan lain untuk singgah ke Baren Coffee jika berwisata ke Kebun Teh Bahbutong di Sidamanik, karena kopinya produk lokal masyarakat Desa Baharen.

"Saya rekomendasikan buat wisawatan, kopinya juga kopi lokal membantu perekonomian penduduk lokal,” imbuh Sylvia.

Editor: Kurnia Ismain
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS