Kisah Rosa Beatrice, Anak Petani Jagung Samosir Peraih Emas di SEA Games Kamboja 2023

Rosa Beatrice Malau, atlet wushu asal Sumut yang sukses mengharumkan nama Indonesia di ajang SEA Games Kamboja 2023. (Foto: Dok. Rosa Beatrice)

PARBOABOA, Medan - Rosa Beatrice Malau atau yang akrab disapa Ocha tak pernah menyangka hobinya terhadap olahraga wushu membuatnya sukses mengharumkan nama Indonesia di ajang SEA Games Kamboja 2023.

Kepada Parboaboa, Ocha lantas menceritakan awal mula ia berkecimpung di dunia wushu yang telah ia geluti sejak duduk di bangku SMP tersebut.

Saat SD, Ocha mengaku kerap melihat perkelahian, tidak hanya di sekolah, tapi juga di sekitar kediamannya. Namun saat itu, Ocha lebih tertarik berlatih bela diri kungfu bukan wushu. Wushu baru serius digeluti Ocha setelah ia masuk SMP di Samosir.

"Kalau keluarga tak ada yang atlet. Dahulu waktu SD sering liat orang berantem (berkelahi), lama-lama ikut (olahraga wushu). Awalnya ikut kungfu baru ada temen satu kampung yang ngajak wushu," katanya, Rabu (7/6/2023).

Namun siapa sangka, lewat wushu lah Ocha memulai karirnya menjadi atlet hingga sukses menyabet emas di SEA Games Kamboja 2023.

Hanya saja, perjuangan perempuan kelahiran 2004 ini hingga ke SEA Games Kamboja tidaklah mudah. Ocha memulainya dengan giat berlatih dan mengikuti kejuaraan wushu, mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi hingga mendapatkan tiket ke SEA Games Kamboja.

"Waktu Kejurda (kejuaraan daerah) di Medan juara 2, Kejuaraan Nasional (Kejurnas) juara 1, sirkuit nasional Semarang juara 1. Waktu kejuaraan di Semarang kemudian dipanggil Pelatnas ke SEA Games," kata anak ke 4 dari 5 bersaudara ini.

Momen kemenangan Rosa Beatrice di ajang SEA Games Kamboja 2023 (Foto: Dok. Rosa Beatrice)

Ocha juga memiliki pengalaman yang tidak terlupakan saat mengikuti Kejurda Wushu di Medan. Ia terpaksa patungan untuk menutupi biaya konsumsi agar bisa ikut Kejurda di Medan karena terbatasnya anggaran untuk olahraga wushu.

"Pertama kali Kejurda dana kami kurang, yang berangkat juga banyak. Kami nambahi patungan untuk konsumsi kami saat pertandingan," katanya.

Bahkan, Ocha dan teman-temannya sesama atlet saat itu harus rela duduk di mobil bak terbuka (pickup), saat hendak berangkat Kejurda di Medan. Mereka terpaksa duduk di tumpukan peralatan wushu selama perjalanan menuju Medan.

"Dari kampung ke Medan ada mobil pelatih. Naik itu mobil pribadi pickup rame-rame," ungkapnya.

Perjuangan kala Kejurda tak sampai di situ. Sesampainya di penginapan untuk atlet Kejurda di Medan, pelatih wushu Samosir harus menyewa kendaraan umum untuk angkutan atlet ke lokasi kejuaraan, karena pickup di Kota Medan hanya boleh mengangkut barang, tidak boleh mengangkut orang.

"Dari hotel ke pertandingan memakan waktu 20 menit, jadi pelatih bangun cepat, carter (sewa) dua unit angkot (angkutan kota) untuk mengantar kami ke pertandingan. Dari itulah baru naik angkot. Pickup itu untuk barang karena menghindari polisi di Medan," jelas Ocha.

Selain perjuangan tadi, Ocha juga terpaksa menahan rindu kepada orang tua saat mengikuti Kejurda. Rasa rindu ini yang membuatnya sempat ingin menyerah mengikuti kejuaraan wushu.

"Sering nangis, terus sempat berpikir nyerah karena rindu rumah. Sampai di kamar (mess latihan) berpikir jangan pulang, harus berjuang," ungkapnya.

Ocha selalu mengingat pesan orang tuanya yang merupakan petani jagung itu untuk mengharumkan kampung halaman mereka, Desa Salaon Toba, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir.

"Semangat orang tua yang membangkitkan saya. Kok orang batak lemah, harus kuat," kata Ocha.

Hingga akhirnya, seperti pepatah usaha tidak akan mengkhianati hasil, perjuangan Ocha pun terbayar dengan naik podium juara sebagai runner up. Meskipun hanya sebagai juara kedua, prestasi tersebut merupakan prestasi pertama yang Ocha raih di tingkat daerah.

"Itu Kejurda, lawan senioran, juara dua," ucapnya.

Sukses di Kejurda membuat Ocha kembali bersemangat untuk melanjutkan prestasinya hingga berhasil meraih emas untuk Indonesia di SEA Games ke-31 di Kamboja, Mei lalu.

Di cabang olahraga Wushu, Ocha bersama rekannya Tharisa Dea Fiorentina berhasil menambahkan perolehan medali untuk Indonesia di ajang olahraga untuk negara-negara di Asia Tenggara ini. Di SEA Games Kamboja, Tim Wushu Indonesia berhasil meraih total 14 medali, yaitu 6 emas, 6 perak dan 2 perunggu.

Persiapan Asian Games di China

Penampilan memukau Rosa Beatrice di ajang SEA Games Kamboja 2023. (Foto: Dok. Rosa Beatrice)

Saat ini Rosa Beatrice dan tim Wushu Indonesia tengah menyiapkan diri untuk Asian Games di China, September mendatang.

"Lagi latihan untuk Asian Games China," ungkapnya.

Selain latihan, Ocha pun tengah melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Ia berencana kuliah di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) atau di Universitas Negeri Medan (Unimed).

Ia berharap Pemerintah, baik pusat maupun daerah memperhatikan nasib atlet yang telah mengharumkan nama negara sepertinya. Sebab menurutnya banyak atlet yang sudah meraih medali di kejuaraan internasional malah ditelantarkan dan tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah. Beberapa dari atlet berprestasi ini bahkan terlantar.

"Semoga atlet lebih diperhatikan, jenjang selanjutnya kayak pekerjaan, pendidikan. Senior saya atlet SEA Games Vietnam tahun lalu, dia dapat medali Emas belum dapat pekerjaan. Makanya saya berharap supaya nanti dikasih pekerjaan tetap, tidak nganggur atau pontang-panting kesana ke mari," harapnya.

Di SEA Games Kamboja Mei lalu, Indonesia membawa pulang total 276 medali, terdiri dari 87 medali emas, 80 medali perak, dan 109 medali perunggu.

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Dito Ariotedjo, mengungkapkan pencapaian tersebut melebihi target yang ditetapkan dan merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah SEA Games.

“Indonesia sudah dapat 87 emas. Ini merupakan emas terbanyak sepanjang sejarah SEA Games ketika kita main di luar kandang kita sendiri,” kata Dito dalam keterangan resminya, Rabu (17/5/2023).

Editor: Kurnia Ismain
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS