Beternak Madu, Berkontribusi Menjaga Alam dan Menghasilkan Cuan

Aam Hasanudin, peternak madu mendedikasikan dirinya untuk orang lain. Sambil memanen, dia ikut mengajarkan ke orang sekitar teknik berbudidaya. (Foto: Parboaboa/Dimas)

PARBOABOA, Simalungun - Puluhan tahun sudah waktu yang dihabiskan Aam Hasanudin, peternak madu mendedikasikan dirinya untuk orang lain. Sambil memanen, dia ikut mengajarkan ke orang sekitar teknik berbudidaya.

Keinginannya cuma satu, bisa memberi bermanfaat. Ilmu yang dia miliki dibagi ke orang lain. Harapannya ada banyak yang mengikuti jejaknya sebagai peternak madu.

"Madu ini nilai ekonomisnya tinggi," jelasnya kepada Parboaboa di Rumah Flora Aek Nauli belum lama ini.

Aam yang saat ini berumur 56 tahun bercerita, sejak di bangku sekolah dasar (SD) berbaur di tempat budidaya madu. Lebah sudah jadi teman mainnya.

Pengalaman-pengalaman sejak kecil itulah masih membekas hingga Aam dewasa hingga membuatnya jadi mahir dan diaplikasikannya dengan membuat peternakan lebah madu.

"Saya SD di Bantarujeg Majalengka, sejak itu saya sudah mainnya di tempat lebah," ucapnya.

Sampai pada 1987 dia memutuskan untuk merantau ke Pulau Sumatra dan menetap di Aek Nauli, Kabupaten Simalungun. Dia melihat tempat ini memiliki potensi yang besar untuk berbudidaya.

Mengikuti apa kata hati dan berbekal pengalaman yang dimilikinya, jalan peruntungannya dia coba. Dimulai lah dengan lahan terbatas.

"Yakin saja, ya dimulai," katanya.

Tidak disangka, 35 tahun sudah waktu yang dijalaninya tinggal di Simalungun sambil beternak lebah madu. Usaha yang dibangunnya tidak sia-sia, selain hasil produknya sudah dikenal banyak orang, lokasi budidayanya sering jadi tempat penelitian.

Aam bercerita, mahasiswa dari Universitas Sumatra Utara (USU), Intitut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Andalan dan universitas lainnya memilih tempatnya sebagai tempat penelitian.

Lewat ilmu yang dibaginya tanpa batas, ada banyak desa binaan ternak madu yang bermunculan saat ini.

"Desa binaan itu saling terhubung antara satu dengan yang lain," ucapnya.

Aam sendiri mengaku tidak khawatir bisnis tersaingi jika ada banyak yang mengikuti jejaknya. Sambil tersenyum dia hanya mengatakan, jika rezeki sudah ada yang mengatur.

"Kita manuia hanya perlu berbagi dan menciptakan lapangan kerja," sebutnya.

Berbicara tentang hasil panen, dalam sebulan antara 100-200 kilogram madu. Bahkan, sepanjang 2022, rumah madu Aam mampu menghasilkan produksi hingga dua ton madu.

“Harusnya Indonesia ini tidak ada pengangguran,” Kata Aam Hasanuddin saat ditemui pada Jumat (06/01/2022) di Rumah Flora Aek Nauli.

Alasan dia mengatakan itu karena banyak usaha yang bisa diciptakan. Salah satunya beternak madu ini, dengan lahan yang terbatas, dan tanpa banyak tenaga kerja, serta tidak perlu memikirkan membeli pakan, sudah bisa memanen hasilnya.

"Lebah madu inikan mencari sendiri makannya, kita hanya perlu menyediakan sumber makanannya dengan menanam pohon yang berbunga di sekitar rumahnya, termasuk ketersediaan air bersih yang cukup," jelasnya.

Bisnis madu akan tetap memiliki prospek yang menjanjikan. Bagi Aam, pasar madu sangat bergairah di Indonesia, hingga ke luar negeri, tidak hanya pasar domestik.

Saat pandemi COVID-19 melanda, disaat banyak usaha terpuruk, justru bisnis madu tidak pernah sepi, bahkan angka permintaannya meroket tinggi. Biasa penjualan hingga ke luar kota, stoknya sudah habis diborong oleh penduduk lokal.

"Di dalam negeri saja pasokannya kekurangan. Saat pandemi COVID-19 lagi tinggi-tingginya, ada orang Singapura sampai bela-belain datang untuk membeli langsung. Untuk itulah, saya bercita-cita agar semakin banyak orang yang mau beternak madu," ujarnya.

Itulah geliat beternak madu Aam Hasanuddin yang tak pelit ilmu, tak memandang siapa orangnya, dia rela meluangkan waktunya untuk menjawab dan membagikan ilmu yang dimilikinya.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS