Kisah Toni Hutapea, Atlet Kick Boxing Peraih Emas SEA Games 2023 Asal Laguboti 

Toni Christian Hutapea (22) atau lebih dikenal dengan sapaan Toni, merupakan seorang atlet kick boxing asal Laguboti, Kabupaten Tobasa, Sumatra Utara. (Foto: Dok. Toni Hutapea)

PARBOABOA, Simalungun - Toni Christian Hutapea (22) atau lebih dikenal dengan sapaan Toni, merupakan seorang atlet kick boxing asal Laguboti, Kabupaten Tobasa, Sumatra Utara.

Namanya mencuat setelah Toni mengalahkan Naksawad Sittichok (Thailand) di nomor Full Contact 54 kilogram Putra di ajang SEA Games 2023 Kamboja. 

Toni menang dengan skor 2-1 sekaligus mempersembahkan medali emas ke-81 untuk Indonesia.

Ia memulai debutnya sebagai atlet di salah satu Dojo (perguruan) Karate bernama Dojo Kala Hitam Kyokushinkaikan Karate di Balige selama lebih dari 6 tahun.

“Di Karate saya mulai dari kelas 6 Sekolah Dasar (SD) 2015 sampai ke SMA pada 2020,” jelas Toni.

Alasannya saat itu, Toni sering mengalami perundungan semasa kecilnya. Emosi ketika dipermainkan teman seusianya membuat Toni selalu terlibat perkelahian dan berujung kekalahan dan tangisan.

“Dulu saya sering berantem karena di-bully anak-anak dari Balige karena saya bukan asli sana. Setiap berkelahi saya selalu kalah dan ujung-ujungnya mengadu ke rumah sambil menangis,” tutur Toni.

Di Dojo tersebut, Toni lantas menghabiskan waktunya  untuk terus berlatih karate. Hanya saja, karena minimnya perhatian dari KONI setempat terhadap cabang olahraga bela diri tersebut, Toni mengaku tidak berkembang dan tidak memperoleh prestasi.

Tergiur olahraga yang lebih memiliki prestasi, Toni akhirnya memutuskan untuk memulai debut barunya di cabang olahraga kick boxing setelah tamat Sekolah di SMA Negeri 1 Laguboti.

Keputusan besar Toni pindah ke kick boxing juga mendapat pengaruh dari seorang atlet Senior cabang olahraga wushu yang dikenalnya.

Oleh atlet wushu senior itu, Toni lantas direkomendasikan ke bekas petinju wanita asal Samosir yang saat itu menjadi pelatih di salah satu club kick boxing, R12 Fighting Camp di Medan.

“Senior dari Bela diri Wushu bernama Adi yang merekomendasikan saya dan menitipkan saya kepada Pelatih Sadarmawati Icen Simbolon lalu dia yang mengajari saya teknik kickboxing,” ucap Toni.

Perbedaan teknik karate dengan kick boxing itu berbeda jauh membuat Toni harus kembali memulai dari awal. Kesulitan seperti itu akhirnya menjadi pelajaran bagi Toni untuk semakin menguasai cabang olahraga tersebut.

Selain itu, minimnya keuangan dan lokasi latihan yang jauh terkadang membuatnya ingin menyerah dengan keadaan.

“Pada awal berlatih, saya salah satu orang yang sulit diajari. Sebab teknik yang dulu sudah saya kuasai tidak berlaku di kick boxing. Tidak hanya itu, minimnya keuangan pada saat itu dan terbatasnya kendaraan membuat saya harus berjalan kaki sejauh 12 km dari tempat tinggal saya di Medan menuju tempat berlatih,” ucap Toni.

Bertahan demi Membanggakan Orang Tua

Toni Christian Hutapea (22) atau lebih dikenal dengan sapaan Toni, merupakan seorang atlet kick boxing asal Laguboti, Kabupaten Tobasa, Sumatra Utara. (Foto: Dok. Toni Hutapea)

Kondisi serba kekurangan tak lantas membuat Toni menyerah menekuni olahraga bela diri, meski sebelumnya ia mendapat penolakan dari orang tuanya saat ingin menekuni olahraga karate dan kick boxing.

Saat itu, orang tua Toni yang bekerja sebagai tukang becak dan pembuat lapet (makanan khas Batak) mengaku tak tega ketika melihat anaknya berkelahi dan harus berakhir kalah karena dipukuli lawannya.

“Sekarang sudah beda, kedua orang tua saya sudah mendukung saya. Setiap dukungan yang saya dapatkan dari mereka saya jadikan motivasi untuk bertambah kuat dan menambah prestasi saya,” ujarnya.

Dukungan dari kedua orang tuanya itu lah yang membuat Toni semakin bersemangat untuk terus berprestasi di olahraga bela diri itu.

Segudang Prestasi di Awal Debut

Meski terbilang baru menekuni olahraga kick boxing, Toni akhirnya menuai berbagai prestasi baik tingkat daerah, nasional hingga internasional.

Toni bahkan meraih medali emas di kejuaraan Asian Championship di Thailand pada 2022 sebelum akhirnya ia mendapatkan medali emas di SEA Games Kamboja 2023.

“Sebelumnya ada di Medan, ada seleksi Kick Boxing Medan, saya lolos kemudian berangkat ke Batam untuk Pelatnas, kemudian saya mengikuti Asian Championship di Thailand 2022 saya mendapatkan medali emas, 2023 di Sea Games saya mendapatkan medali emas juga,” jelas Toni.

Ia mengakui, semua hasil dari usaha dan jerih payahnya juga di berbagai kompetisi juga termotivasi dari pelatih.

“Pelatih saya merupakan atlet tinju yang pernah mendapatkan medali emas pada PON, kalau pelatih saya juara nasional maka muridnya harus melebihi pelatihnya. Dan saya bersyukur bahwa saat ini impian saya tersebut sudah terwujud,” ucap Toni.  

Dari sang pelatih, Toni diajarkan banyak hal, bukan hanya teknik namun juga tekad. Selain itu, Toni diharuskan menjalani semua jenis pelatihan agar bisa bersaing dengan lawan-lawan yang lebih kuat darinya.

“Semua bela diri itu ada susahnya, intinya latihan selalu, bagaimana kita melawan orang lain yang selalu latihan jika kita jarang latihan. Untuk itu, Saya menghabiskan sekitar 4 hingga 5 jam waktu latihan setiap harinya,” jelas Toni.

Ia pun tak lantas merasa puas dengan berbagai prestasi yang telah ia peroleh. Toni masih ingin berjuang dan mendapatkan lebih banyak prestasi untuk Indonesia dan membanggakan orang tuanya.

“SEA Games berikutnya di Thailand saya targetkan untuk dapatkan 5 hingga 6 medali emas untuk Indonesia,” tuturnya dengan sangat percaya diri.

Ingin Punya Pelatihan Sendiri

Toni Christian Hutapea (22) atau lebih dikenal dengan sapaan Toni, merupakan seorang atlet kick boxing asal Laguboti, Kabupaten Tobasa, Sumatra Utara. (Foto: Dok. Toni Hutapea)

Toni yang saat ini masih melanjutkan pendidikan Pendidikan dan Pelatihan Olahraga di Universitas Negeri Medan (UNIMED) juga mendapat dukungan penuh dari kampus, meski ia tidak aktif mengikuti berbagai macam proses pembelajaran yang saat ini memasuki semester ke-6.

“Pihak kampus sangat mendukung, prestasi yang saya peroleh dijadikan sebagai nilai pada perkuliahan yang tidak saya ikuti,” ucap Toni.

Untuk terus melanjutkan karirnya, Toni juga bercita-cita melatih anak-anak baru yang tertarik dan memiliki bakat di olahraga kick boxing.

“Setelah tamat, saya berencana membuat camp pelatihan saya sendiri. Saya ingin meneruskan perjuangan pelatih saya dan menuai prestasi yang lebih tinggi dari saya kelak,” harap Toni.

Apalagi, dari prestasi yang ia peroleh, Toni mendapatkan sejumlah anggaran, baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi. Jumlahnya pun cukup besar, yaitu Rp525 juta dan Rp100 juta.

Toni lantas ingin uang yang ia terima digunakan sebagai investasi di masa depan dan membantu mereka yang memerlukan.

“Pertama kepada orang tua dulu saya sisihkan, kemudian saya rencanakan untuk investasi saya di masa depan. Selain itu saya juga ingin membantu anak-anak di panti asuhan dan membantu Gereja yang kekurangan dana,” tutupnya.

Toni juga berpesan untuk pemuda Sumut untuk tidak mudah menyerah jika memperoleh prestasi.

“Selesaikan apa yang sudah kamu mulai, jangan cepat berpuas diri, jangan sombong, jadilah seperti padi, semakin berisi semakin merunduk,” tutup Toni.

Editor: Kurnia Ismain
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS