PARBOABOA, Pematangsiantar - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, nyaris 15 juta orang meninggal, baik oleh virus corona atau dampak dari virus tersebut yang memengaruhi sistem kesehatan di dua tahun pertama penyebarannya.
Dilansir Associated Press, Sabtu (7/5/2022), jumlah itu lebih dari dua kali lipatnya jumlah kematian resmi yang dilaporkan, yakni 6 juta jiwa.
Menurut laporan WHO yang dirilis Kamis, kebanyakan jumlah kematian terjadi di Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menggambarkan jumlah kematian terbaru ini sebagai hal yang sangat serius.
Ia menyerukan agar banyak negara yang berinvestasi meningkatkan kapasitas penanganan gawat daruratnya di masa mendatang.
WHO mengerahkan para ilmuwan untuk menentukan jumlah pasti kematian akibat Covid-19 antara Januari 2020 hingga akhir 2021.
Mereka memperkirakan antara 13,3 juta hingga 16,6 juta orang meninggal akibat virus corona atau faktor-faktor yang terdampak oleh virus tersebut, contohnya para pasien kanker yang tak dapat ditangani karena seluruh rumah sakit penuh oleh pasien Covid-19.
Jumlah ini juga memperhitungkan kematian yang dapat dihindari selama pandemi, misalnya, karena risiko kecelakaan lalu lintas yang lebih rendah selama lockdown.
Angka-angka itu didasarkan pada data yang dilaporkan negara dan pemodelan statistik. Tapi WHO belum merinci angka-angka untuk membedakan antara kematian langsung akibat Covid-19 dan penyebab lain sebagai dampak pandemi.
Angka akurat tentang kematian Covid-19 telah menjadi masalah selama pandemi, karena angka tersebut dianggap hanya sebagian kecil dari sejumlah besar kehancuran akibat virus ini.
Angka yang tidak akurat ini sebagian besar disebabkan oleh angka tes yang terbatas dan perbedaan cara negara menghitung kematian akibat Covid-19.
Menurut angka resmi terbaru yang dilaporkan ke WHO, dan dengan hitungan terpisah yang disimpan oleh Universitas Johns Hopkins, ada lebih dari 6 juta kematian akibat Covid-19 yang tercatat hingga saat ini.
Namun, para ilmuwan di Institute of Health Metrics and Evaluation di University of Washington menghitung kemungkinan ada lebih dari 18 juta kematian akibat COVID-19 dari Januari 2020 hingga Desember 2021.
Temuan mereka muncul dalam sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet.
Dan sebuah tim yang dipimpin oleh peneliti Kanada memperkirakan, di India saja ada 3 juta lebih kematian akibat Covid-19 yang tidak terhitung,
Beberapa negara, termasuk India, telah memperdebatkan metodologi WHO untuk menghitung kematian akibat Covid-19, dan menolak gagasan bahwa ada lebih banyak kematian di luar angka resmi.
Awal pekan ini, pemerintah India merilis angka baru, yang menunjukkan ada 474.806 kematian lebih banyak pada tahun 2020 dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi tidak menjelaskan berapa banyak yang terkait dengan pandemi.
India tidak merilis perkiraan kematian apapun untuk tahun 2021, ketika varian Delta yang sangat menular menyapu negara itu, menewaskan ribuan jiwa lagi.
Dr Bharat Pankhania, ahli kesehatan masyarakat di Universitas Exeter Inggris mengatakan, kita mungkin tidak akan pernah mengetahui jumlah kematian yang sebenarnya akibat Covid-19, terutama di negara-negara miskin.
"Ketika Anda memiliki wabah besar di mana orang mati di jalanan karena kekurangan oksigen, mayat ditinggalkan atau orang harus dikremasi dengan cepat karena kepercayaan budaya, kita akhirnya tidak pernah tahu berapa banyak orang yang meninggal," jelasnya.