PARBOABOA – Kue jojorong merupakan warisan budaya kuliner dari Kesultanan Banten. Biasanya, kudapan ini banyak dijual sebagai buah tangan.
Rasanya yang gurih dan manis, menjadi ciri khas dan menambah kenikmatan kue yang dibungkus dari daun pisang dan dibentuk menjadi mangkok atau takir.
Dengan cita rasa yang menggoda dan tekstur yang unik, hidangan ini telah menjadi favorit di kalangan masyarakat Banten dan para wisatawan yang berkunjung ke wilayah ini.
Ingin kenal lebih dekat dengan makanan khas Banten ini? Berikut informasi seputar jojorong yang telah dirangkum Parboaboa buat Anda!
Sejarah Jojorong
Jojorong merupakan salah satu makanan khas daerah Pandeglang, Banten yang telah mengalami perjalanan yang panjang dan mempertahankan keaslian budayanya.
Pada masa kejayaannya, yakni pada era gemerlap tahun 1970-an, jojorong menjadi bintang utama dalam acara-acara pernikahan dan perayaan besar lainnya.
Kehadirannya menjadi simbol persatuan, kekayaan, dan harapan bagi keluarga yang merayakan momen-momen penting dalam kehidupan mereka.
Menggunakan daun pisang yang dibentuk seperti mangkuk sebagai wadahnya, kue ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menyentuh indera penglihatan dengan keindahan visual yang tak terlupakan.
Proses pembuatannya yang memerlukan ketelatenan dan keahlian juga menambah daya tariknya.
Filosofi Jojorong
Jojorong mencerminkan makna simbolis yang mendalam dan memiliki kontribusi dalam budaya dan kehidupan masyarakat Banten. Adapun beberapa filosofi di balik jojorong, yakni:
1. Kesuburan dan Kelimpahan
Jojorong melambangkan kesuburan dan kelimpahan. Hidangan ini terdiri dari daging ayam yang melambangkan kehidupan dan pertumbuhan.
Proses penggorengan yang menghasilkan tekstur renyah melambangkan kejayaan dan kelimpahan rezeki yang melimpah.
Dalam tradisi Banten, jojorong sering disajikan dalam acara pernikahan, khitanan, atau hari raya, yang melambangkan harapan akan kehidupan yang subur dan kelimpahan rezeki bagi pasangan yang menikahatau dalam perayaan penting.
2. Kehangatan dan Kebahagiaan
Tak hanya sebagai kesuburan dan kelimpahan, jojorong juga melambangkan kehangatan dan kebahagiaan dalam acara dan perayaan tradisional.Hidangan ini sering disajikan dalam pertemuan keluarga besar atau acara sosial.
Rasanya yang lezat dan tekstur uniknya memberikan kepuasan kepada orang-orang yang menyantapnya, meningkatkan rasa kehangatan dan kebahagian dalam momen berbagi.
3. Kekayaan Budaya dan Identitas
Jojorong menjadi simbol kekayaan budaya dan identitas kuliner Banten. Makanan khas Banten ini mencerminkan warisan kuliner tradisional yang telah dilestarikan dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Kelezatan jojorong dan keunikan rasanya menjadikannya sebagai salah satu kebanggaan masyarakat Banten dan simbol dari identitas kuliner mereka. Hidangan ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari warisan budaya Banten, menggambarkan kekayaan tradisi dan keunikan wilayah tersebut.
4. Kreativitas dan Transformasi
Transformasi dari Dorokdok menjadi Jojorong mencerminkan kreativitas dalam mengembangkan hidangan tradisional.
Perubahan dan penambahan bahan serta cita rasa menghasilkan hidangan yang lebih kompleks dan beragam.
Tak hanya itu, hal ini juga mencerminkan kemampuan masyarakat Banten untuk beradaptasi dan mengembangkan tradisi mereka seiring berjalannya waktu, tanpa kehilangan akar budaya yang kuat.
Resep Jojorong
Bahan-bahan untuk membuat kue jojorong juga mudah ditemukan di pasar atau supermarket. Cara membuatnya pun gambang, bahan utama pembuatannya gula aren, dan tepung beras. Sedangkan wadah dari kue jojorang terbuat dari daun pisang.
Berikut adalah komposisi yang diperlukan untuk membuatnya:
Lapisan gula/dasar:
- 250 gr gula merah
- 50 gr gula pasir
Lapisan putih:
- 200 gr tepung beras
- 3 sdm tepung tapioka
- 1000 ml santan kental sedang
- 2 sdt garam
- 1/4 sdt vanili bubuk
Lapisan santan:
- 500 ml
- 3 sdm tepung beras
- 1/2 sdt garam
- Bahan wadah takir:
- daun pisang secukupnya
- tusuk lidi secukupnya
Cara Membuat jojorong:
- Campurkan gula merah dan gula pasir, sisihkan.
- Masak santan untuk lapisan putih hingga matang, jangan sampai mendidih. Campur semua bahan di dalam wadah. Tuang santan dan aduk rata hingga tidak ada yang bergerindil dan mengental halus.
- Campurkan semua bahan santan, masak hingga matang mengental. Angkat.
- Ambil wadah takir, taruh gula secukupnya. Tuang lapisan putih menutupi gula jangan sampai penuh. Kukus selama 15 menit.
- Buka tutup kukusan, tuang dengan santan. Kukus lagi selama 10 menit hingga matang. Angkat.
Dengan keunikan bentuknya dan kelezatan rasanya, kue Jojorong merupakan salah satu kue tradisional yang patut dicoba bagi pecinta kuliner dan wisatawan yang ingin mengeksplorasi kekayaan kuliner Banten.